Indonesia hingga saat ini masih sangat mengandalkan impor gandum sebagai bahan dasar untuk membuat tepung terigu. Menurut Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), jumlah impor gandum dari Australia ke Indonesia pada tahun 2020 mencapai 830.837 metrik ton (MT), naik menjadi 4.692.612 MT pada 2021, lalu turun sedikit menjadi 4.240.428 MT pada 2022, naik lagi menjadi 4.344.809 MT pada 2023, dan menurun lagi menjadi 2.891.880 MT pada periode Januari sampai November 2024. Hal ini memunculkan diskursus yang menarik: apakah ada bahan pati lokal untuk mengurangi ketergantungan pada gandum yang diimpor?
Salah satu pilihan yang menjanjikan adalah sukun (Artocarpus altilis). Salah satu alasan sukun merupakan pilihan yang menjanjikan adalah karena sukun kaya akan pati. Menurut Nadhira (2023), pati merupakan cadangan karbohidrat utama pada tumbuhan yang terbentuk melalui proses fotosintesis dan tersimpan dalam bentuk butiran yang tidak larut. Bahan ini sangat penting dalam pengolahan pangan, terutama sebagai sumber energi sekaligus pemberi tekstur.
Sukun atau Artocarpus artilis termasuk dalam kelas Dicotyledoneae, ordo Urticales, famili Moraceae, dan genus Artocarpus. Tanaman ini merupakan tanaman pekarangan yang sudah dikenal oleh masyarakat Nusantara selama ratusan tahun. Dulu, buah sukun sering digunakan sebagai makanan cadangan yang mengandung karbohidrat, terutama ketika terjadi kemarau panjang atau ketika produksi padi, jagung, dan umbi-umbian menurun. Tanaman sukun berbuah musiman, dengan masa panen utama pada bulan Januari sampai Februari, dan panen susulan pada bulan Juli sampai Agustus. Musim bunganya dan masa berbuah terjadi saat musim kemarau yang kering.
Sukun (Artocarpus altilis) memiliki pati yang memiliki potensi tinggi dalam pengolahan pangan karena memiliki sifat fungsional seperti pengental, penstabil, dan pembentuk tekstur. Selain itu, pati sukun juga bisa diubah menjadi tepung sukun yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam berbagai produk seperti roti, kue, mie, dan biskuit. Dikarenakan kandungan karbohidrat yang tinggi dan sifat amilosanya yang baik, pati sukun mampu membuat produk lebih kenyal dan lembut, sehingga sukun bisa dijadikan sebagai alternatif lokal pengganti gandum.
Namun, tidak ada yang sempurna. Berbagai tantangan dalam penerapan tepung sukun yang membuat penggunaan tepung sukun tidak bisa langsung digunakan di masyarakat. Penerimaan pasar, teknologi pengolahan, dan konsistensi produksi merupakan tantangan utama. Diharapkan penggunaan tepung sukun bisa dilakukan secara luas guna mendukung usaha lokal dan UMKM.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”









































































