Jalan Pitara Raya ambrol disebabkan oleh alam atau memang sudah harus diperbaiki, Siapa yang bertanggung jawab? Tentunya pemerintah tetapi apakah sepenuhnya salah pemerintah, bagaimana dengan oknum yang membuang sampah sembarangan sehingga menjadi salah satu penyebab naiknya air kali.
Hujan deras yang mengguyur Kota Depok sejak beberapa hari terakhir kembali menimbulkan bencana. Jumat malam (17/10/2025), sebagian ruas Jalan Pitara Raya, Pancoran Mas, Depok, mengalami longsor cukup parah yang menyebabkan sebagian badan jalan ambles ke arah kali di sisi jalan. Akibatnya, arus lalu lintas di kawasan tersebut tersendat dan warga sekitar diliputi kekhawatiran akan potensi longsor susulan. Ketika hujan lebat mengguyur wilayah itu selama hampir tiga jam tanpa henti. Dinding tanah di tepi jalan yang sebelumnya sudah retak akibat erosi akhirnya tidak mampu menahan tekanan air. Longsor terjadi tiba-tiba, menyeret material tanah, batu, dan sebagian aspal ke dasar kali yang membelah wilayah Pitara.
Sejumlah warga yang tinggal di sekitar lokasi terpaksa harus waspada dan beberapa di antaranya mengungsi sementara ke rumah kerabat terdekat. Salah satu pedagang batagor, Heri (42), mengaku mendengar suara gemuruh sebelum jalanan ambles. “Awalnya cuma retak kecil di pinggir jalan. Tapi malam itu hujannya deras banget, terus tiba-tiba tanahnya ambruk. Untung nggak ada kendaraan lewat saat itu,” ujarnya. Menurut penjelasan warga sekitar lokasi kejadian, curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab longsor. Namun, ia menegaskan bahwa kondisi tanah yang labil turut memperparah kejadian tersebut. “Air hujan tidak mengalir dengan baik, tertahan di tepi jalan, dan menekan lapisan tanah. Akibatnya, struktur tanah menjadi jenuh dan tidak kuat menahan beban,” jelasnya. Titik longsor berada di Jalan Pitara Raya tepatnya di depan Pemancingan Pitara yang menghubungkan Pancoran Mas dengan Sawangan. Jalur ini termasuk padat lalu lintas karena menjadi akses utama masyarakat menuju pusat kota Depok. Kini, sebagian jalan ditutup sementara dan hanya bisa dilalui kendaraan dengan sistem buka-tutup. Warga setempat inisiatif berjaga di lokasi untuk mengatur arus lalu lintas.
Namun, di tengah sorotan terhadap pemerintah yang dianggap lamban dalam mengantisipasi bencana, muncul pertanyaan penting: apakah banjir dan longsor sepenuhnya salah pemerintah? Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar saluran air di sekitar Pitara tersumbat oleh tumpukan sampah rumah tangga. Plastik, botol bekas, dan limbah domestik menumpuk di selokan, menghalangi aliran air hujan yang deras. Akibatnya, genangan air meningkat dan tekanan tanah di pinggiran kali semakin berat hingga akhirnya longsor.
Hal ini menjadi pengingat bahwa bencana bukan hanya soal alam yang marah atau kebijakan yang terlambat, tetapi juga cerminan perilaku manusia yang lalai menjaga lingkungan. Selain memperbaiki infrastruktur yang rusak, langkah pencegahan harus menjadi fokus utama. Pemerintah setempat disarankan melakukan menanam pohon berakar kuat di area lereng untuk menahan pergerakan tanah. Di sisi lain, masyarakat harus turut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan sampah tidak menumpuk di selokan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
 
 

























































 
 




