Amnesia pada usia lanjut sering dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, padahal di balik gejala “sering lupa” terdapat perubahan mendalam pada struktur dan cara kerja otak. Lansia yang mengalami amnesia biasanya sulit mengingat percakapan baru, bingung membedakan kejadian hari ini dan kemarin, atau kesulitan mengenali tempat dan orang. Semua ini bukan semata-mata kelemahan daya ingat, melainkan perubahan biologis yang memengaruhi cara otak memproses dan menyimpan informasi. Neurosains kontemporer menunjukkan bahwa gangguan memori ini terutama melibatkan kerusakan pada sistem memori di hippocampus, sebuah struktur otak yang berperan penting dalam membentuk dan menjaga ingatan.
Salah satu perubahan awal yang terjadi pada lansia adalah berkurangnya koneksi sinaptik antara entorhinal cortex (EC) dan dentate gyrus (DG). Jalur ini merupakan “pintu masuk” utama informasi baru menuju hippocampus. Dalam kondisi normal, EC mengirimkan sinyal tentang pengalaman baru ke DG agar informasi tersebut diolah dan dibedakan dengan memori lain yang mirip. Namun, pada lansia, koneksi ini melemah dan jumlah sinapsisnya berkurang drastis. Ketika informasi baru masuk, sinyalnya menjadi kurang kuat sehingga otak tidak mampu memprosesnya secara akurat. Hal ini mengganggu kemampuan penting bernama pattern separation, yaitu kemampuan otak untuk membedakan dua pengalaman yang hampir sama.
Amnesia pada usia lanjut sering dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, padahal di balik gejala “sering lupa” terdapat perubahan mendalam pada struktur dan cara kerja otak. Lansia yang mengalami amnesia biasanya sulit mengingat percakapan baru, bingung membedakan kejadian hari ini dan kemarin, atau kesulitan mengenali tempat dan orang. Semua ini bukan semata-mata kelemahan daya ingat, melainkan perubahan biologis yang memengaruhi cara otak memproses dan menyimpan informasi. Neurosains kontemporer menunjukkan bahwa gangguan memori ini terutama melibatkan kerusakan pada sistem memori di hippocampus, sebuah struktur otak yang berperan penting dalam membentuk dan menjaga ingatan.
Salah satu perubahan awal yang terjadi pada lansia adalah berkurangnya koneksi sinaptik antara entorhinal cortex (EC) dan dentate gyrus (DG). Jalur ini merupakan “pintu masuk” utama informasi baru menuju hippocampus. Dalam kondisi normal, EC mengirimkan sinyal tentang pengalaman baru ke DG agar informasi tersebut diolah dan dibedakan dengan memori lain yang mirip. Namun, pada lansia, koneksi ini melemah dan jumlah sinapsisnya berkurang drastis. Ketika informasi baru masuk, sinyalnya menjadi kurang kuat sehingga otak tidak mampu memprosesnya secara akurat. Hal ini mengganggu kemampuan penting bernama pattern separation, yaitu kemampuan otak untuk membedakan dua pengalaman yang hampir sama.Akibatnya, lansia lebih sering mengalami salah ingat atau false memory. Mereka bisa saja meyakini bahwa mereka baru saja berbicara dengan seseorang padahal belum, atau mengira orang yang ditemui adalah orang lain yang dekat dalam ingatan mereka. Hyperactivity pada CA3 membuat otak tidak lagi menunggu informasi lengkap, tetapi langsung menutup celah ingatan dengan perkiraan yang sering kali tidak tepat. Inilah penyebab munculnya kebingungan, pengulangan cerita, atau persepsi yang tidak akurat pada lansia dengan amnesia.
Gangguan pemrosesan memori ini tidak hanya mempengaruhi kemampuan kognitif, tetapi juga berdampak pada emosi. Sistem memori dan emosi bekerja bersama dalam menyimpan berbagai pengalaman hidup. Ketika bagian otak yang mengatur emosi dan memori melemah, lansia sering merasa cemas, mudah bingung, atau kehilangan rasa percaya diri. Mereka mengetahui ada sesuatu yang berubah dalam diri mereka, tetapi tidak dapat mengontrolnya. Pada akhirnya, kondisi ini bisa membuat mereka menarik diri dari interaksi sosial karena takut melakukan kesalahan atau dianggap membingungkan orang lain.
Dampak amnesia terhadap aktivitas harian sangat besar. Banyak lansia yang mulai kehilangan kemandirian dalam hal-hal sederhana seperti mengatur waktu makan, minum obat, mengingat janji, atau sekadar mengingat letak barang. Lingkungan yang tidak familiar dapat memperburuk kebingungan dan meningkatkan risiko tersesat. Beberapa studi di Indonesia juga menunjukkan bahwa lansia dengan gangguan memori mengalami penurunan kualitas hidup dan membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas dasar. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi lansia, tetapi juga keluarga dan pengasuh yang harus memberi dukungan ekstra.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































