Pernah kah kamu memasak bayam merah? Atau pernah kah kamu mengonsumsi sayur bayam merah? Jika pernah, apakah kamu memperhatikan warna kuah sayur tersebut? Apakah sesekali kamu memikirkan atau mempertanyakan mengapa kuah sayur tersebut berwarna merah muda padahal jika kamu mengonsumsi sayur bayam hijau warna kuah nya bening dan sering kali kita menyebutnya sebagai “sayur bening”. Banyak orang bingung karena merasa tidak menambahkan pewarna buatan kedalam nya, ternyata itu semua bukan kebetulan loh dan ada penjelasan sains yang seru dibalik itu semua!
Warna merah pada kuah sayur bayam merah muncul secara alami dari pigmen di daun bayam merah yang disebut antosianin. Antosianin ini mirip pigmen yang bikin warna pada buah naga, kol ungu, stroberi, atau bunga telang. Saat bayam merah dimasak dan terkena air panas, pigmennya larut dan keluar ke dalam air, sehingga kuahnya pelan-pelan berubah menjadi merah muda. Menurut Ifadah et al. (2022), antosianin merupakan suatu pigmen alami yang termasuk dalam kelompok flavonoid, yang terkumpul pada vakuola tanaman yang larut dalam air dan banyak ditemukan pada buah, daun, umbi-umbian, kulit batang, dan kulit buah. Akibatnya, senyawa antosianin ini mampu memberikan warna pada berbagai tanaman yaitu warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, bunga dan tumbuhan lainnya.
Selain warnanya yang cantik, kuah bayam merah juga sering bikin orang penasaran: aman ngga sih dimakan kalau warna nya kaya gini? Jawabannya adalah aman banget ya!. Warna itu murni berasal dari pigmen alami, bukan reaksi kimia berbahaya. Justru, pigmen yang larut ke dalam kuah berarti nutrisi dari daun juga ikut pindah ke air rebusan. Jadi, kalau kamu terbiasa membuang kuah bayam, sayang banget karena sebagian kandungan gizinya ada di situ. Makanya memasak bayam merah itu bukan cuma soal rasa, tapi juga soal memaksimalkan manfaatnya.
Menariknya lagi, warna kuah bayam merah bisa berubah tergantung cara memasaknya. Kalau kamu memasaknya dengan air biasa, warna cenderung merah muda atau pink. Tapi kalau ditambah bahan yang sedikit asam, misalnya perasan jeruk nipis, warnanya bisa jadi lebih pekat dan keunguan. Sebaliknya, kalau direbus terlalu lama atau dipanaskan ulang berkali-kali, warnanya bisa kusam dan cokelat karena pigmennya mulai rusak. Makanan ternyata punya mood juga ya, bisa berubah hanya karena pH dan panas.
Banyak orang juga merasa kuah bayam merah terlihat seperti “dicampur sirup”, padahal justru itu tanda kualitas sayurnya masih baik. Bayam merah yang masih segar punya kandungan pigmen yang lebih stabil, sehingga warnanya keluar terang saat dimasak. Selain itu, rasa kuah bayam merah cenderung lebih ringan dan sedikit manis alami sehingga cocok dikombinasikan dengan jagung manis atau tempe goreng. Jadi, jangan ragu eksperimen menu warna cantik dan rasa lembutnya bisa bikin anak-anak yang tadinya susah makan sayur jadi tertarik mencobanya.
Kuah bayam merah bukan cuma soal tampilan, tapi juga tentang manfaat kesehatan, reaksi kimia alami, dan bagaimana makanan bisa bercerita melalui warna. Makin kita paham prosesnya, makin sadar bahwa dapur ternyata mirip laboratorium kecil banyak hal yang bisa diamati, dipelajari, dan dinikmati. Jadi lain kali saat kamu melihat kuah bayam merah berubah jadi pink, jangan khawatir. Anggap saja itu bonus estetika dari alam. Cantik, sehat, dan alami siapa yang nggak mau?
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”



































































