Begitu banyak perhatian yang telah diberikan para ilmuwan dalam proses mengetahui bagaimana manusia mempelajari segala sesuatu. Dalam lingkungan pelajar, proses belajar selalu dikaitkan dengan aktivitas yang memerlukan kemauan dan kerja keras. Seringkali memanfaatkan waktu sebaik mungkin di malam sebelum menghadapi ujian dengan belajar, mengulang terus seluruh materi yang telah dipelajari. Beberapa pelajar juga bahkan telah menentukan target belajar panjang tanpa henti. Namun, realitas yang telah dibuktikan secara empiris telah menunjukkan bahwa usaha besar yang telah dilakukan dalam prose belajar tidak selalu sejalan dengan hasil yang diinginkan. Banyak mahasiswa telah memusatkan waktu yang dimiliki untuk belajar, tetapi tetap mendapatkan kesulitan dalam mengingat materi yang telah dipelajari. Fenomena tersebut menjadi pemicu dalam memunculkan sebuah pertanyaan penting, yakni apakah proses pembelajaran yang efektif ditentukan oleh lama waktu belajar, atau ditentukan dari cara otak mengolah informasi? Riset dalam neurosains kontemporer menyajikan jawaban yang menjelaskan hal tersebut. Belajar, berdasarkan riset neurosains kontemporer, adalah suatu proses biologis yang berlangsung dalam jaringan saraf otak, dimana keberhasilan dari proses belajar itu ditentukan oleh mekanisme internal otak itu sendiri . Tulisan ini membahas mengenai temuan riset neurosains kontemporer, menyoroti koordinasi aktivitas hipokampus dan prefrontal cortex sebagai salah satu penentu keberhasilan pembentukan memori jangka panjang.
Dalam perspektif biopsikologi, belajar dan memori tidak dianggap hanya sekedar proses mental, tetapi juga sebuah proses biologis yang terjadi melalui perubahan koneksi sinaptik antar sel saraf. Prosesnya dimulai dengan encoding, yaitu proses memasukkan dan memberi makna pada informasi terbaru. Tahap berikutnya adalah consolidation, yaitu penguatan jejak memori agar dapat menjadi lebih stabil. Tahap terakhir, retrieval adalah kemampuan otak untuk mengakses kembali suatu memori ketika memori tersebut dibutuhkan. Ketiga proses tersebut tidak berlangsung hanya di satu area otak saja, melainkan dengan melalui koordinasi dari beberapa wilayah otak. Beberapa bagian meliputi hipokampus dan prefrontal cortex. Hipokampus mengambil peran penting dalam membentuk memori baru dan menyimpan memori jangka pendek. Kemudian prefrontal cortex bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, perhatian, dan pengaturan konteks dalam membaca suatu informasi, sehingga otak dapat menentukan apa saja hal yang penting diingat. Kemudian, ada Neokorteks yang menjadi tempat penyimpanan memori untuk jangka panjang. Dengan kata lain, belajar tidak hanya mengenai proses menerima informasi, namun juga tentang bagaimana otak memindahkan informasi dari tempat penyimpanan sementara ke tempat penyimpanan yang permanen, dan proses ini sangat ditentukan oleh komunikasi antar-ROI pada otak.
Riset neurosains yang paling baru pada masa kini semakin memperjelas gambaran tentang proses yang telah disebutkan sebelumnya . Studi neuroimaging oleh Tallman,Luo & Smith, dalam penelitiannya tahun 2024 mengamati aktivitas pada otak manusia selama proses konsolidasi memori verbal jangka panjang. Telah ditemukan bahwa aktivitas pada hipokampus semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia memori, sedangkan konektivitas pada bagian ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) ke posterior parietal korteks menunjukkan peningkatan. Temuan tersebut mendukung teori konsolidasi sistem yang menyatakan bahwa memori awalnya tergantung pada hipokampus, kemudian makin geser ke bagian korteks. Penelitian lain pun menunjukkan bahwa proses penguatan konektivitas antara hipokampus dan prefrontal cortex pada saat setelah melakukan proses pembelajaran berhubungan dengan retensi informasi yang lebih baik pada mahasiswa. Artinya, mahasiswa yang menunjukkan koordinasi aktivitas saraf antara hipokampus dengan bagian prefrontal cortex memiliki retensi materi yang lebih baik.
Kemudian, terdapat studi yang memberikan sorotan bahwa ada pengaruh dari strategi belajar terhadap proses biologis yang terjadi sebelumnya. Peserta yang menerapkan strategi spaced learning, strategi dimana belajar dalam beberapa sesi yang diselingi dengan beristirahat, menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam konektivitas antara hipokampus dan prefrontal cortex dibandingkan dengan peserta yang belajar satu sesi langsung panjang sekaligus tanpa adanya jeda. Temuan ini membantah asumsi yang ada dulu bahwa belajar akan menjadi efektif hanya jika di lakukan dalam durasi yang lama, dan menegaskan bahwasanya ritme kognitif yang dimiliki otak perlu jeda waktu untuk memproses dan mengonsolidasi informasi yang diterima. Kebiasaan belajar tanpa jeda untuk berhenti dalam satu waktu mungkin menciptakan rasa “sudah belajar cukup banyak sekali”, namun ternyata kalau secara biologis, hal tersebut tidak memberikan kesempatan untuk otak melakukan proses penguatan jejak memori..
Temuan ini memiliki implikasi yang cukup penting bagi praktik dalam ranah pendidikan, kebiasaan dalam belajar yang dimiliki kemudian diterapkan oleh mahasiswa, dan pengembangan strategi dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang. Dilihat menggunakan konteks individual, keberhasilan belajar dapat ditingkatkan tidak dengan memperpanjang durasi belajar seseorang, namun, dengan memberikan jeda waktu pada otak untuk mengolah informasi. Belajar bersesi–sesi, memberi jeda untuk beristirahat yang cukup memadai, menerapkan metode retrieval practice secara rutin, dan menjaga pola tidur supaya teratur merupakan strategi–strategi yang sesuai dengan mekanisme pada konsolidasi memori didalam otak. Dalam konteks pendidikan, riset ini menunjukkan bahwa ada perlunya mempertimbangkan ritme kognitif pada otak dalam menyusun desain untuk pembelajaran. Beberapa universitas di dunia mulai untuk menerapkan jadwal pembelajaran berbasis neurosains, seperti mengurangi tekanan dari sesi belajar yang panjang berturut-turut dan memberikan ruang untuk strategi belajar reflektif. Upaya ini, secara empiris terbukti meningkatkan kemampuan memori sekaligus menurunkan stres akademik.
Secara keseluruhan, perkembangan riset neurosains kontemporer memberi pemahaman baru bahwa belajar tidak hanya bergantung pada motivasi atau kedisiplinan saja, tetapi juga pada cara otak bekerja dalam menyimpan informasi–informasi. Hipokampus dan prefrontal cortex berperan sebagai pusat dari koordinasi biologis yang menentukan keberhasilan pada pembentukan memori jangka panjang. Dengan memahami mekanisme ini,kita dapat mengubah pendekatan belajar dari sekadar “belajar lebih keras dan lama” menjadi “belajar sesuai dengan cara otak bekerja”. Pada akhirnya, keberhasilan akademik tidaklah hanya tentang berapa lama seseorang belajar, tetapi, seberapa baik otak diberi kesempatan dan waktu untuk memproses dan memperkuat informasi. Bila kita ingin menjadi pembelajar yang bisa lebih efektif, langkah yang sebenarnya mungkin kita butuhkan bukanlah menambah jam belajar,melainkan belajar dengan ritme yang mendukung cara dari kerja otak kita sendiri.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”




































































