MAKASSAR – Pameran Arsip Skena 1869 – 2025 sukses menarik perhatian masyarakat luas sejak dibuka. Pameran ini merupakan sebuah narasi visual dan sonik yang mendalam, membentangkan jejak perkembangan musik di Makassar (dulunya Ujung Pandang) dari masa Hindia Belanda hingga era digital. Pameran ini diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian acara dalam Prolog Festival.
Pameran Arsip Skena secara khusus menghadirkan jejak perjalanan musik Makassar melalui beragam bentuk penyajian. Mulai dari koleksi alat musik, piringan hitam (vinyl), rekaman audio, teks lirik lagu, video dokumenter, hingga informasi menarik seputar para pencipta dan musisi asal Makassar.
Menurut Annis, Kurator Museum Kota Makassar, pameran ini terselenggara berkat kolaborasi antara Dinas Kebudayaan Kota Makassar dengan komunitas Prolog Ecosystem.
“Awalnya itu kami memang di museum menerapkan program Museum at Night,” jelas Annis. “Dari situlah kemudian Prolog, suatu lembaga yang bergerak dalam komunitas seni dan musik, ingin mengadakan bentuk kerja sama dengan menjadikan museum sebagai wadah untuk menampilkan koleksi-koleksi mereka. Kami selaku perpanjangan tangan pemerintah yang memberikan wadah untuk mengembangkan potensi, menyetujui kerja sama tersebut, maka lahirlah Pameran ini.”
Pameran temporer ini berlangsung selama tujuh hari, mulai 25 hingga 31 Oktober 2025, dan terbuka setiap hari dari pukul 09:00 hingga 21:00.
Mengenai antusiasme pengunjung, Annis menyatakan bahwa sambutan dari masyarakat umum, entah itu dari kalangan mahasiswa, pelajar, pekerja, bahkan pegiat seni, sangat luar biasa.
“Khusus di Pameran Arsip Skena ini, kami menerima antusiasme yang luar biasa. Bahkan, kami menilai kegiatan pameran yang kami lakukan dalam jangka waktu 7 hari ini rasa-rasanya tidak cukup bagi mereka,” ungkap Annis. Ia menambahkan bahwa di hari pertama pembukaan, jumlah pengunjung mencapai 500 orang, jauh melampaui target program tahunan museum yang biasanya menargetkan di bawah 200 pengunjung.
Pameran ini bertujuan mengenalkan kembali bagaimana perkembangan musik, khususnya di Makassar, telah melalui transformasi dari masa Hindia Belanda hingga masa serba digital.
Tujuan ini tampaknya tercapai, terbukti dari pengalaman salah satu pengunjung pameran tersebut, N.H, mahasiswi Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia (UMI).
“Happy sekali! Kebetulan ku suka sekali pergi ke tempat-tempat pameran seperti ini,” ujar Hani, yang mengetahui event ini dari media sosial. “Banyak sekali informasi yang sebelumnya tidak kutahu jadi tahu. Kebetulan lagi mumet sama laprak dan ada event ini, jadi saya sempatkan ke sini.” Jelasnya.
Pameran ini memanjakan pengunjung dengan narasi visual dan sonik yang berputar pada hal-hal terkait skena atau alat musik, yang memiliki nilai sejarah dan masih hadir hingga saat ini, menjadikannya tontonan yang edukatif dan menarik.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
 
 

























































 
 




