Fenomena fatherless atau ketiadaan figur ayah dalam kehidupan anak semakin menjadi perhatian para ahli psikologi dan pendidikan di Indonesia. Kondisi ini tidak hanya terjadi akibat kematian, tetapi juga disebabkan perceraian, ayah yang bekerja di luar kota dalam jangka panjang, atau ketidakhadiran emosional ayah dalam pengasuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan tren peningkatan angka perceraian di Indonesia dalam lima tahun terakhir, yang berimplikasi pada bertambahnya jumlah anak yang tumbuh tanpa kehadiran penuh figur ayah.
Dr. Ahmad Fauzi, psikolog anak dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa anak-anak yang mengalami fatherless cenderung menghadapi berbagai tantangan perkembangan. “Figur ayah memiliki peran penting dalam pembentukan identitas, terutama pada anak laki-laki. Ketiadaan ayah dapat mempengaruhi konsep diri, regulasi emosi, dan kemampuan sosial anak,” ungkapnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak fatherless memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah emosional seperti kecemasan, depresi, dan rendah diri. Mereka juga lebih rentan terlibat dalam perilaku berisiko seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan zat, dan kesulitan akademik.
Pada remaja perempuan, ketiadaan figur ayah dapat mempengaruhi pola relasi dengan lawan jenis di masa depan, sementara pada remaja laki-laki, hal ini dapat berdampak pada pembentukan maskulinitas dan kesulitan dalam memahami peran gender. Meskipun menghadapi tantangan besar, banyak ibu tunggal yang berhasil membesarkan anak-anak mereka dengan baik melalui dukungan sistem yang kuat. Siti Rahma, seorang ibu tunggal dari Aceh, berbagi pengalamannya: “Saya berusaha menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anak. Dukungan dari keluarga besar dan komunitas sangat membantu”. Para ahli menekankan pentingnya menciptakan support system yang solid bagi keluarga fatherless, termasuk kehadiran figur laki-laki positif seperti kakek, paman, atau mentor yang dapat memberikan role model maskulin yang sehat.
Pemerintah dan lembaga pendidikan mulai memberikan perhatian khusus pada fenomena ini dengan mengintegrasikan program bimbingan konseling yang sensitif terhadap kebutuhan anak-anak dari keluarga tidak utuh. “Di sekolah, kami berusaha menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif bagi semua siswa, termasuk mereka yang berasal dari keluarga fatherless. Program mentoring dan konseling individual sangat membantu,” ujar Fitri Handayani, guru BK di salah satu SMA di Langsa. Para ahli juga menyarankan agar masyarakat lebih memahami dan tidak menstigmatisasi anak-anak dari keluarga tidak lengkap, karena dukungan sosial yang positif dapat membantu meminimalkan dampak negatif ketiadaan figur ayah.
Fenomena fatherless mengingatkan akan pentingnya peran ayah dalam keluarga, tidak hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga sebagai figur yang hadir secara emosional. Para aktivis keluarga mendorong ayah untuk lebih terlibat aktif dalam pengasuhan anak sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan mereka. Mengatasi dampak fatherless membutuhkan kesadaran dan tanggung jawab bersama dari keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk memastikan setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal meskipun tanpa kehadiran penuh figur ayah.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































