Hari ini, tidak sulit menemukan anak-anak yang lebih akrab dengan layar gawai dibanding buku pelajaran. Sejak usia dini, mereka sudah fasih mengoperasikan smartphone, bermain gim online, atau menonton video tanpa henti. Teknologi memang membawa banyak manfaat, tetapi jika tidak diimbangi, ada risiko besar: lunturnya nilai etika dan moral yang seharusnya menjadi dasar pembentukan karakter. Sekolah memiliki peran penting dalam situasi ini. Pendidikan bukan hanya soal angka rapor atau nilai ujian, melainkan juga soal bagaimana seorang anak tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas, peduli, dan bertanggung jawab. Tantangannya, bagaimana menanamkan karakter ketika dunia digital begitu mendominasi perhatian mereka?
Salah satu jawabannya adalah mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pemanfaatan teknologi. Misalnya, guru tidak hanya memberi tugas akademik, tapi juga mengajarkan etika berinternet, pentingnya menghargai karya orang lain, hingga bagaimana bersikap sopan di ruang digital. Dengan begitu, anak-anak tidak hanya “melek teknologi” tapi juga “melek moral”. Selain itu, sekolah bisa menghidupkan kembali kegiatan yang mendorong kolaborasi, empati, dan kepedulian sosial, baik lewat proyek kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, atau program bakti masyarakat. Nilai-nilai karakter akan lebih mudah tumbuh jika dipraktikkan langsung, bukan hanya diajarkan lewat teori.
Namun, tanggung jawab ini tentu tidak bisa dibebankan pada sekolah saja. Orang tua juga memiliki peran besar untuk menjadi teladan di rumah. Jika anak melihat orang tuanya bijak menggunakan gawai, menghargai orang lain, dan menjaga etika dalam komunikasi, maka nilai tersebut akan lebih mudah ditiru. Di tengah derasnya arus teknologi, pendidikan karakter justru semakin relevan. Sebab, secanggih apa pun teknologi, ia tetaplah alat. Yang membedakan apakah alat itu membawa kebaikan atau keburukan adalah karakter manusia yang menggunakannya.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
 
 

























































 
 




