Menelusuri Jejak Prasejarah di Taman Arkeologi Leang-Leang, Maros
Di balik pegunungan kapur yang menjulang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah tempat yang menyimpan kisah panjang tentang kehidupan manusia purba. Namanya Taman Arkeologi Leang-Leang — sebuah kawasan yang bukan hanya indah secara alam, tetapi juga kaya akan nilai sejarah dan budaya.
Taman ini pertama kali diperesmikan pada tahun 1980, kemudian mulai dikembangkan lebih lanjut sekitar tahun 2007. Kawasan seluas 4 hingga 5 hektar ini terus menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah. Selain panorama alamnya yang menakjubkan, Leang-Leang dikenal sebagai situs prasejarah tertua di dunia dengan berbagai penemuan arkeologis yang luar biasa.
Lukisan Gua yang Mendunia
Menurut Pak Anwar, salah satu pemandu wisata di kawasan ini, daya tarik utama Leang-Leang terletak pada dua gua prasejarahnya, yaitu Gua Pettakere dan Gua Pettae. Di dinding gua-gua ini terdapat lukisan hewan seperti babi rusa serta cap tangan manusia purba yang diperkirakan berusia puluhan ribu tahun.
Selain itu, ditemukan pula alat-alat berburu seperti Maros Point, yakni mata panah batu khas yang pertama kali ditemukan di Kabupaten Maros. Ada juga alat serpih, yaitu pecahan batu tajam yang digunakan untuk memotong hasil buruan. Semua peninggalan ini kini disimpan dan dipamerkan di museum kecil yang berada di dalam kawasan taman.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan sejarahnya,” tutur Pak Anwar, menegaskan pentingnya menjaga warisan ini agar tetap lestari.
Upaya Pelestarian yang Ketat
Untuk menjaga kelestarian situs, Balai Pelestarian Budaya Wilayah XIX menerapkan aturan ketat bagi pengunjung. Setiap wisatawan yang ingin masuk ke gua harus didampingi oleh pemandu resmi, dilarang mencoret dinding, memotret menggunakan flash, ataupun menyentuh lukisan purba.
Selain itu, jumlah pengunjung yang naik ke gua juga dibatasi agar suhu tubuh manusia tidak memengaruhi kondisi lukisan dinding yang sensitif. Pengunjung yang ingin menjelajah gua di luar area taman pun wajib menyurat terlebih dahulu ke Balai Pelestarian Kebudayaan untuk izin resmi.
Pesona Edukasi dan Alam
Bagi sebagian orang, Taman Arkeologi Leang-Leang bukan hanya tempat wisata sejarah, tetapi juga ruang belajar terbuka. Banyak pelajar datang untuk melakukan studi lapangan, mempelajari peninggalan prasejarah, hingga memahami pentingnya pelestarian budaya.
Salah satu pengunjung, Ahmad Ikram asal Makassar, membagikan kesannya:
“Saya tahu tentang tempat ini dari TikTok. Setelah datang langsung, ternyata suasananya sejuk banget dan lukisan di guanya luar biasa. Kita sebagai generasi muda harus menjaga tempat seperti ini supaya generasi berikutnya juga bisa melihatnya.”
Ahmad datang bersama teman-temannya, Rezky dan Nurul, dalam kunjungan pertamanya ke Leang-Leang. Ia berharap agar pengelola terus menjaga disiplin aturan agar situs ini tetap terpelihara dengan baik.
Menjaga Sejarah, Menjaga Identitas Bangsa
Taman Arkeologi Leang-Leang adalah bukti bahwa Indonesia memiliki peradaban yang luar biasa sejak masa prasejarah. Melalui kerja sama antara pengelola, peneliti, dan masyarakat, situs ini diharapkan tetap menjadi warisan dunia yang bisa dinikmati dan dipelajari oleh generasi masa depan.
Karena seperti kata Pak Anwar,
“Sejarah bukan hanya untuk diingat, tapi untuk dijaga.”
Taman Arkeologi Leang-Leang bukan sekadar tempat wisata, melainkan jendela menuju masa lalu — tempat di mana kita bisa belajar bahwa akar peradaban dan identitas bangsa sudah tumbuh kuat sejak ribuan tahun yang lalu.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
 
 

























































 
 




