PEMBELAJARAN MENDALAM BUKAN MERUBAH TAPI MENYEMPURNAKAN
Awal tahun 2025 Pendidikan di Indonesia mulai panas dengan digaungkannya istilah “Deep Learning” oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Banyak berita yang kemudian mengaitkan ini dengan adanya perubahan kurikulum yang akan diberlakukan pada sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Jagat maya pun mulai ramai dengan istilah “Deep Learning” dengan berbagai asumsi yang menyatakan kembali lagi Indonesia ganti menteri ganti kurikulum. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena kecepatan informasi yang kini telah terjadi. Keinginan membangun pendidikan menjadi lebih baik sebagai jembatan menuju Indonesia Emas telah membawa berbagai asumsi masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan terkait dengan pendidikan.
Lalu apa itu Deep Learning, mengapa ia diterapkan di Indonesia dan apakah akan menjamin bahwa pendidikan di Indonesia bisa lebih baik?. Pertanyaan ini kemudian ditanyakan oleh kaum-kaum intelektual yang kemudian mulai mengkaji terkait dengan Deep Learning. Sebelum bisa menyimpulkan terkait jaminan apa yang bisa dijanjikan oleh pendekatan ini maka sebaiknya kita mengenal dahulu terkait dengan Deep Learning. Deep Learning atau dalam bahasa pemerintah dikenal dengan Pembelajaran Mendalam adalah sebuah pendekatan yang ditawarkan oleh Michael Fullan serta rekannya Joanne Quin dimana istilah ini merupakan bagian dari karyanya berkaitan dengan pembelajaran mendalam (deep learning) dalam konteks pedagogi, yaitu bagaimana siswa dan guru dapat terlibat dalam pembelajaran yang bermakna dan transformatif.
MUNCULNYA PEMBELAJARAN MENDALAM (MICHAEL FULLAN)
Michael Fullan pada dasarnya merupakan seorang revormis terkait dengan pendidikan. Pada tahun 2000 an, ia banyak menulis terkait dengan reformasi sekolah dan pentingnya kepemimpinan instruksional. Karyanya yang cukup terkenal menyampaikan tentang pentingnya penekanan terhadap perubahan sistemik sekolah berjudul Culture Of Change pada tahun 2001. Buku ini memberikan pemahaman terkait dengan budaya sekolah yang dianggap tidak mendukung perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan zamannya. Sekolah-sekolah dianggap “Kolot” dan perlu melakukan perubahan sesuai dengan jiwa jaman pada masa kini.
Fullan bersama Joanne Quinn dan lainnya memperkenalkan New Pedagogies for Deep Learning (NPDL), sebuah inisiatif global untuk mentransformasi pembelajaran. Deep learning didefinisikan sebagai penguasaan enam kompetensi utama (6C) yang diperlukan di era modern, yaitu Karakter (Character), Kewarganegaraan (Citizenship), Kolaborasi (Collaboration), Komunikasi (Communication), Kreativitas (Creativity), dan Pemikiran Kritis (Critical Thinking). Karya Fullan dan Quinn kemudian dijadikan sebagai dasar utama dari perubahan pendidikan di Australia, melalui kerangka “Deep Learning” (New Pedagogies for Deep Learning/NPDL) dengan fokus pada pengembangan kompetensi abad ke-21, kolaborasi, dan pembelajaran berbasis proyek.
Berdasarkan laporan dari Australian Council for Educational Research (ACER) atau semacam Badan Standar Kurikulum kalau di Indoneia, penerapan Pembelajaran Mendalam di Australia menunjukkan peningkatan keterlibatan siswa dan kemampuan pemecahan masalah. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menurut laporan tersebut meningkat sebesar 65 % dari sebelumnya. Karya Fullan dan Quinn telah membantu Australia menggeser fokus dari ujian standar ke kompetensi holistik, juga memperkuat kolaborasi antar sekolah dan komunitas, serta mendorong inovasi melalui pedagogi berbasis proyek. Selain Australia, Pembelajaran Mendalam juga dipraktikkan di negara lainnya seperti Kanada yang merupakan negara asal Fullan, Singapura, Finlandia, Jepang, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan masih banyak negara lainnya menjadikan Pembelajaran Mendalam sebagai pendekatan untuk pendidikan di negaranya.
Pendekatan Pembelajaran Mendalam diterapkan di negara-negara tersebut, walau tidak semuanya secara penuh mengadopsi pendekatan ini. Hasil dari penerapan penerapan pendekatan Pembelajaran Mendalam di berbagai negara itu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebagai contoh di Singapura, dikenal program “Applied Learning Programme” (ALP) seperti yang diterpakan pada sekolah Riverside Secondary menggunakan kerangka 6C untuk proyek smart city. Hasilnya 95% siswa melaporkan peningkatan kreativitas (Kementerian Pendidikan Singapura, 2022). Atau yang diterapkan di California Amerika Serikat pada tahun 2021 dimana guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis komunitas merancang cara mengatasi Homelessness, yang akhirnya meningkatkan kehadiran siswa sebanyak 25 %. Bahkan di Jepang siswa dan guru di Fukisima merancang solusi untuk revitalisasi pasca-bencana nuklir, menggunakan Collaboration dan Critical Thinking yang hasilnya ditampilkan dalam UNESCO Global Education Monitoring Report (2023).
MENGAPA PEMBELAJARAN MENDALAM
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa pembelajaran mendalam sudah diterapkan di berbagai negara di dunia, dan hasilnya berhasil menjadikan negara seperti Finlandia menjadi negara nomer 1 dalam ranking PISA. PISA adalah singkatan dari Programme for International Student Assessment. Ini adalah studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) untuk mengevaluasi sistem pendidikan di berbagai negara. PISA fokus pada mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika, dan sains, serta bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
PISA dijadikan sebagai dasar perankingan terhadap kualitas sistem pendidikan pada negara-negara di seluruh dunia. Indonesia sendiri pada tahun 2022 menduduki peringka PISA ke-69 dari 80 negara yang berpartisipasi. Meskipun peringkatnya naik 5-6 posisi dibandingkan dengan tahun 2018, skor rata-rata kemampuan siswa Indonesia dalam literasi, matematika, dan sains mengalami penurunan. Indonesia menduduki peringkat ke-6 dari 8 negara ASEAN dalam PISA (Programme for International Student Assessment) 2022, dengan skor yang masih di bawah rata-rata OECD. Peringkat PISA Indonesia menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia perlu di tingkatkan agar menjadikan penguasaan Literasi dan Numerasri siswa menjadi lebih baik.
Sebenarnya pengukuran keberhasilan penerapan pendekatan Pembelajaran Mendalam tidak dapat benar-benar diukur hanya dari PISA saja, karena PISA hanya mengukur akademik, sementara Pembelajaran Mendalam fokus pada holistik learning. Tapi pabila kita terpaksa merujuk pada PISA, kita bisa melihat pada keberhasilan Finlandia untuk tetap masuk dalam 10 besar teratas negara dengan nilai PISA tertinggi. Di Negara Australia pada tahun 2012 terjadi penurunan terhadap hasil PISA, namun setelah dilaksanakan perubahan dengan penerapan Pembelajaran Mendalam atau dalam kurikulum Australia dikenal dengan NPDL, terjadi peningkatan terhadap nilai PISA Australia terutama pada bidang Literasi dan Sains pada tahun 2022. Walaupun untuk numerasi nilai PISA Australia belum menunjukkan peningkatan signifikan, tetapi menurut Australian Council for Educational Research (ACER) tingkat keterlibatan siswa dan keterampilan non akademik.
Jadi Pembelajaran Mendalam bukan bertujuan hanya untuk meningkatkan nilai PISA, melainkan menjadikan pendidikan di Indonesia dapat lebih mengarah pada keterlibatan aktif peserta didik. Fenomena School Without Learning menjadi sebuah temuan yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia yang berangkat sekolah tapi tidak belajar apapunn di sekolah. Sistem pembelajaran dengan pendekatan siswa aktif banyak disalah artikan oleh pendidik sehingga benar-benar menghilangkan perannya dalam rangka transfer knowledge bagi peserta didiknya di ruang-ruang kelas.
Pendekatan pembelajaran mendalam sebenarnya menjadikan pembelajaran bukan hanya menerima pengetahuan tapi juga mengaplikasikannya. Seperti yang disampaikan oleh Toto Raharjo (dalam Pratama,2022:77) bahwa menerima pengetahuan bukan hanya sekadar dikumpulkan, tetapi dijadikan sebagai laku atau perbuatan. Seiring dengan hal tersebut, pendekatan pembelajaran mendalam bertujuan utama untuk meingkatkan keterlibatan aktif peserta didik dalam pembelajaran. Peran guru sebenarnya akan sangat penting, bukan hanya sebagai fasilitator seperti pada pendekatan sebelumnya, melainkan juga sebagai katalisator yang menyaring pengetahuan peserta didik agar lebih terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada.
Perkembangan kurikulum yang memberikan keleluasaan bagi guru untuk menentukan materi-materi esensial dalam menentukan tujuan pembelajaran, turut serta menjadi bagian dari perlunya pendekatan berbeda dalam pembelajaran. Paolo Freire (2021:55) menyampaikan bahwa Pendidikan menindas saat para guru berbicara tentang realitas yang seolah-olah tidak bergerak, statis, terbagi-bagi dan mudah diprediksi. Mereka mengeluarkan topik-topik asing dari pengalaman eksistensial murid. Pembelajaran mendalam dengan prinsip pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembiarakan jelas mengarahkan pada pendidikan yang membebaskan atau dalam bahasa freire adalah raison d’etre.
Pendidikan tidak lagi menggunakan gaya Bank dimana peserta didik hanya menjadi tabungan pengetahuan yang diberikan oleh guru, karena inilah yang memunculkan Learning Lost dalam pendidikan di Indonesia. Pendekatan Pembelajaran Mendalam diarahkan bukan hanya membentuk pembelajaran yang memanusiakan peserta didik tapi juga merubah mindset pendidik dari pola pikir tetap menjadi pola pikir bertumbuh.
BAGAIMANA PENDEKATAN PEMBELAJARAN MENDALAM BISA BERHASIL DI INDONESIA
Pembelajaran mendalam bukanlah perubahan kurikulum, melainkan pendekatan pembelajaran yang di tawarkan untuk dapat mengedepankan proses bukan hanya pada hasil. Secara devinisi, Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Pertanyaan utamanya adalah bagaimana menjadikan pendekatan ini berhasil dalam rangka memperkuat pendidikan di Indonesia?.
Merujuk pada devinisi pembelajaran mendalam sebagai pendekatan yang memuliakan maka perlu perubahan pemikiran dari pendidik dan peserta didik terkait dengan proses pembelajaran. Peserta didik bukan lagi hanya obyek dari proses pembelajaran, tetapi juga subyek dari proses tersebut. Perubahan pemikiran bahwa guru tidak pernah salah menjadi guru bisa saja memberikan pengetahuan yang tidak selalu kontekstual dan siswa dapat berbagi pengetahuan yang lebih kontekstual di ruang-ruang kelas. Untuk itu, perlu menanamkan 6 langkah Master seperti yang di sampaikan oleh Colin Rose (2020:99) yaitu Motivating Mind (Memotivasi Pikiran), Acquire the Facts (Mengenali Fakta-Fakta), Search Out the Meadning (Menggali Makna) , Trigger the Memory (Memicu Memory) , Exhibit What You Know (Pamerkan Apa Yang Anda Tahu), Reflect on the Process (Merefleksikan Proses).
Semua unsur yang terlibat dalam pendidikan harus menjadikan pembelajaran mendalam sebagai bagian dari perubahan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan bagian dari penyempurnaan pendekatan sebelumnya dalam kurikulum merdeka yaitu pendekatan pembelajaran terdiferensiasi. Jika pendekatan sebelumnya hanya bicara mengenai bagaimana memuliakan peserta didik untuk dapat menghasilkan keberhasilan dari proses, disempurnakan dengan menerapkan tiga prinsip pembelajaran, yaitu berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui proses pembelajaran yang menyeluruh melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga.
Jadi pembelajaran mendalam dapat berhasil dengan perbuhan pola pikir pendidik serta peserta didik dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, masyarakat, dan keluarga. Tiga pilar pendidikan yaitu Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah wajib berkolaborasi dalam menciptakan lulusan sekolah yang siap berada di tengah masyarakat dalam rangka menciptakan pemecahan-pemecahan masalah yang kontekstual dengan aksi nyata dalam hubungannya dengan berbagai permasalah sosial yang terjadi. Karena muara pendidikan adalah menciptakan peserta didik yang dapat menampilkan 8 kompetensi lulusan.
Daftar Pustaka
- Freire, P. (2021). Pendidikan Kaum Tertindas (Edisi Terjemahan). Jakarta: Penerbit LP3ES.
- Fullan, M. (2001). Leading in a Culture of Change. San Francisco: Jossey-Bass.
- Fullan, M., & Quinn, J. (Dalam kolaborasi dengan McEachen, J.). New Pedagogies for Deep Learning: A Global Partnership. Dikutip dari kerangka kerja New Pedagogies for Deep Learning (NPDL).
- Kementerian Pendidikan Singapura. (2022). Laporan Program Applied Learning Programme (ALP). Singapura.
- Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2022). PISA 2022 Results (Volume I): The State of Learning and Equity in Education. OECD Publishing.
- Pratama, A. (2022). Transformasi Pendidikan: Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Edukasia.
- Raharjo, T. (2022). Dalam A. Pratama, Transformasi Pendidikan: Teori dan Praktik (hlm. 77). Bandung: Penerbit Edukasia.
- Rose, C. (2020). Accelerated Learning for the 21st Century. London: Piatkus.
- UNESCO. (2023). Global Education Monitoring Report 2023: Technology in Education – A Tool on Whose Terms?. Paris: UNESCO.
- Australian Council for Educational Research (ACER). (Laporan berbagai tahun). Implementasi dan Dampak New Pedagogies for Deep Learning (NPDL) di Australia. Melbourne: ACER.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































