Kegiatan yang digelar pada Minggu (11/5) ini tidak sekadar mengenalkan gadget atau internet. Peserta diajak memahami cara kerja dunia digital, bahaya hoaks, cyberbullying, hingga pentingnya menjaga etika di media sosial. “Kalau kebanyakan main handphone jadi malas belajar, susah tidur, dan matanya jadi sakit,” ujar Bintang (10), salah satu peserta, dengan polos.
Metode pembelajaran dikemas interaktif melalui permainan edukatif, kuis, dan simulasi langsung penggunaan platform seperti Google for Kids dan Belajar bersama teman menggunakan Discord. Tak hanya itu, anak-anak juga menulis “pohon impian” sebagai refleksi tujuan belajar mereka. “Kami ingin mereka paham bahwa digital bukan hanya untuk hiburan, tapi juga jendela ilmu,” jelas Cantika, Ketua Pelaksana PR Campaign.
“Key message kami adalah ‘Bangun Cerdas Inovasi’. Kami beri keterampilan dan akses belajar luas agar anak-anak siap menyongsong masa depan,” tambah Cantika. Harapannya, Desa Tanjungsari bisa menjadi contoh bagaimana transformasi digital dimulai dari hal sederhana, namun berdampak besar.