Mahasiswa KKN di Kelurahan Sokanandi Banjarnegara Gagas Program “Mung 15 Ewu” untuk Cegah Stunting Lewat MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) Pada Balita
Banjarnegara, Jawa Tengah — Stunting masih menjadi salah satu tantangan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran kota. Merespon tantangan ini, sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto melaksanakan program unggulan bertajuk “Mung 15 Ewu” sebagai solusi preventif terhadap stunting, yang menyasar balita di Kelurahan Sokanandi, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara.
Latar Belakang Program
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Data Dinas Kesehatan Banjarnegara menunjukkan bahwa masih terdapat balita dengan risiko stunting di berbagai kelurahan, termasuk Sokanandi. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan mahasiswa KKN bersama kader posyandu setempat, ditemukan adanya kebutuhan mendesak akan edukasi gizi dan penyediaan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang sehat, murah, dan mudah dibuat oleh masyarakat.
Dengan semangat pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa KKN Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto menginisiasi program “Mung 15 Ewu” sebuah inovasi MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) berbasis pangan lokal dengan biaya produksi hanya sekitar Rp 15.000 per porsi, yang dirancang bergizi seimbang dan ramah kantong masyarakat kelas menengah ke bawah.
Konsep Program “Mung 15 Ewu”
Nama “Mung 15 Ewu” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Cuma Lima Belas Ribu”. Program ini bukan hanya slogan hemat, tetapi juga filosofi kemandirian keluarga dalam memberikan asupan bergizi kepada balita tanpa harus bergantung pada produk komersial mahal.
MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) yang dikembangkan dalam program ini memanfaatkan bahan pangan lokal seperti tempe, tahu, telur, bayam, wortel, ubi, dan beras merah, yang kaya akan protein nabati, zat besi, vitamin, dan karbohidrat kompleks. Mahasiswa KKN juga menyusun modul MPASI kreatif yang mencakup resep harian bergizi, panduan porsi, dan cara penyajian menarik untuk meningkatkan selera makan balita.
Pelaksanaan Program di Lapangan
Program ini dijalankan selama 45 hari masa KKN melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
Pemetaan Masalah dan Survei Gizi Awal
Mahasiswa melakukan survei dengan dukungan bidan kelurahan dan posyandu untuk mendata balita yang berisiko stunting dan pola makan mereka.
Workshop MPASI Murah dan Sehat
Kegiatan pelatihan kepada ibu-ibu balita dan kader posyandu dengan praktik langsung membuat MPASI “Mung 15 Ewu”.
Kampanye Edukasi Gizi Lewat Media Sosial dan Door to Door
Mahasiswa KKN membuat infografis dan video edukatif yang dibagikan melalui grup WhatsApp warga, serta melakukan kunjungan rumah ke keluarga dengan balita yang terindikasi mengalami masalah gizi.
Monitoring Pertumbuhan dan Feedback
Bersama kader posyandu, mahasiswa mencatat berat badan dan tinggi badan balita setiap dua minggu untuk memantau dampak program.
Launching Buku Resep dan Video Tutorial
Di akhir program, mahasiswa menyusun buku mini resep MPASI lokal “Mung 15 Ewu” dan membagikannya kepada warga serta posyandu sebagai bahan edukasi berkelanjutan.
Dampak dan Respon Masyarakat
Program ini disambut antusias oleh masyarakat Sokanandi, khususnya para ibu yang selama ini kesulitan menemukan alternatif MPASI bergizi dengan biaya terbatas. Beberapa orang tua mengaku anak mereka menjadi lebih semangat makan dan mengalami peningkatan berat badan setelah rutin diberikan resep dari program ini.
Lurah Sokanandi, Bapak Suryono menyampaikan apresiasinya, “Program ‘Mung 15 Ewu’ ini sangat membumi, mudah diterapkan, dan solutif. Saya harap bisa diteruskan oleh kader posyandu dan ibu-ibu PKK.”
Harapan Ke Depan
Mahasiswa KKN berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi kelurahan lain di Banjarnegara dalam menanggulangi stunting. Keberlanjutan program diupayakan melalui kolaborasi dengan puskesmas, PKK, dan pemerintah kelurahan.
Program “Mung 15 Ewu” menunjukkan bahwa dengan semangat gotong royong, ilmu pengetahuan, dan pendekatan berbasis kearifan lokal, mahasiswa mampu memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan kesehatan masyarakat.