Yogyakarta, Siaran-Berita – Dr. Arif Rahman, M.Pd.I., seorang dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang juga peneliti Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM), tidak pernah menyangka bahwa kehadirannya di acara akademik di Salatiga akan berujung pada pengalaman penuh pelajaran bersama para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Yogyakarta.
“Saya tidak pernah benar-benar bisa memprediksi arah hari-hari saya sebagai dosen. Ada saja kejutan yang muncul di tengah aktivitas, dan kadang—justru dari situ, saya belajar banyak hal,” ujarnya saat dihubungi oleh Rian.
Beberapa waktu lalu, Dr. Arif sedang menghadiri prosesi pengukuhan guru besar Prof. Mochlasin, M.Ag di UIN Salatiga, suami dari koleganya di Fakultas Agama Islam (FAI) UAD, Prof. Rika Astari, M.A. Suasana yang khidmat itu mendadak berubah bagi Arif ketika menerima panggilan dari Pak Santo, pejabat Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
“Dengan suara ramah tapi mengejutkan, beliau meminta saya menjadi narasumber Diklat Inovasi Pembelajaran untuk Guru PAI SD se-Kota Yogyakarta—yang akan dilaksanakan esok paginya,” tutur Arif.
Meski sempat terdiam dan mempertimbangkan waktu serta jarak tempuh dari Salatiga ke Jogja, Arif menyanggupi. “Saya merasa ada beban moral dan tanggung jawab keilmuan yang perlu saya jaga. Ini soal kepercayaan,” imbuhnya.
Setiba di Jogja menjelang maghrib, Arif segera menyusun materi. Meski sempat diliputi keraguan, ia akhirnya menyadari bahwa inovasi dalam pembelajaran agama bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyentuh aspek-aspek dasar seperti kesadaran spiritual dan karakter anak. Ia menyiapkan materi yang berfokus pada tiga fondasi utama: mentalitas, komunikasi, dan penguasaan kelas.
Antusiasme Luar Biasa dari 168 Guru PAI
Keesokan paginya (23/07/2025), Arif tiba di kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan motor bebek andalannya. Ia disambut langsung oleh Pak Santo, lalu diarahkan ke ruang acara. Ia sempat tertegun melihat ruangan yang telah dipenuhi 168 guru PAI SD dari berbagai sekolah.
“Diklat ini, meski persiapannya cukup mendadak, dilaksanakan karena adanya peluang anggaran untuk penguatan kompetensi guru PAI, yang selama ini jarang mendapat pelatihan,” jelas Pak Santo dalam sambutannya.
Arif pun memulai sesi dengan hati-hati. Di hadapannya, duduk guru-guru senior, beberapa bahkan telah mengajar selama 30–40 tahun. “Saya tidak ingin terlihat menggurui. Maka saya mengajak mereka merenungkan bersama bagaimana dunia pendidikan telah berubah,” katanya.
Ia memperkenalkan konsep VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity), lalu menghubungkannya dengan dinamika pendidikan agama. Tak hanya itu, ia juga memperkenalkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu inovasi pembelajaran, seperti menciptakan lagu Islami secara instan dan demonstrasi aplikasi pembelajaran yang interaktif.
Namun Arif menegaskan bahwa inovasi tidak selalu berarti digitalisasi. “Inovasi sejati lahir dari cara berpikir kreatif dan adaptif. Teknologi hanyalah alat. Inti dari pengajaran tetap terletak pada mentalitas, komunikasi, dan penguasaan kelas,” tegasnya.
Pertemuan Penuh Makna
Interaksi berjalan aktif. Para peserta antusias bertanya dan berdiskusi. Yang membuat Arif semakin terharu, beberapa di antara peserta ternyata merupakan alumni FAI UAD, bahkan ada yang pernah menjadi mahasiswanya. “Melihat mereka kini menjadi guru-guru PAI yang berdedikasi, membuat saya merasa haru dan bangga,” ujarnya.
Sebelum mengakhiri sesi, Arif mengajak peserta menonton tayangan video motivasi guru. Momen penutup diabadikan dengan sesi foto bersama. “Rasanya seperti menutup lingkaran. Dari ruang kelas sebagai dosen, kini bertemu lagi dengan mereka sebagai sesama pendidik. Mungkin inilah esensi menjadi guru—melihat yang kita tanam, kini tumbuh dan memberi manfaat.”
Inovasi, Refleksi, dan Tumbuh Bersama
“Inovasi bukan selalu soal hal-hal baru. Kadang, inovasi adalah ketika kita mengingatkan diri untuk terus tumbuh,” pungkas Dr. Arif Rahman, M.Pd.I. selaku Peneliti PS2PM dan Dosen UAD Yogyakarta. Dari pertemuan singkat yang tak terduga ini, ia mengaku justru belajar banyak dari para guru hebat yang hadir. (JA)