Lebak, Banten – Forum Komunikasi Remaja Masjid Lebak (FKRML) kembali menghadirkan inovasi kegiatan edukatif untuk anak-anak. Dalam peringatan Hari Anak Nasional 2025, FKRML menggelar Festival Literasi Anak Soleh di Kampung Cinangka, Desa Cibarani, Kecamatan Cirinten, Sabtu, 26 Juli 2025, dengan kegiatan unggulan membuat wayang dari daun singkong.
Festival ini menjadi ruang belajar yang menyenangkan sekaligus memperkenalkan budaya lokal kepada anak-anak. Dengan melibatkan sekitar 85 peserta usia TK dan SD, anak-anak diajak mengenal bentuk ekspresi kreatif dari bahan alam yang mudah ditemukan di lingkungan mereka. Wayang dari daun singkong menjadi daya tarik utama karena menggabungkan unsur seni, imajinasi, dan cinta lingkungan.
“Kami ingin menghadirkan literasi yang tidak hanya berkutat pada buku, tapi juga menyentuh aspek budaya dan kearifan lokal,” ujar Imas Vira, Ketua Departemen Peranan dan Pemberdayaan Perempuan (Dep. P3) FKRML sekaligus penanggung jawab kegiatan. Ia menambahkan bahwa anak-anak terlihat antusias saat membentuk tokoh wayang dari daun, batang singkong, dan lidi.
FKRML menyelenggarakan kegiatan ini dengan dukungan Yayasan Baitul Maal PLN (YBM PLN), serta berkolaborasi bersama BEM STAI Wasilatul Falah Rangkasbitung, Komunitas Distrik Literasi, dan PMII Rayon Tarbiyah Komisariat Wasfal. Kerja sama lintas elemen ini mempertegas posisi FKRML sebagai penggerak literasi berbasis komunitas masjid.
Ketua Umum PP FKRML, Hasan Komarudin, menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan cerminan visi besar FKRML dalam memberdayakan generasi muda sejak dini. “Wayang daun singkong adalah simbol. Dari sesuatu yang sederhana, bisa lahir imajinasi, cerita, dan nilai kehidupan. Inilah wajah literasi yang membumi,” jelasnya.
Dukungan juga datang dari PIC YBM PLN, Mardiana Akin, yang menyebut kegiatan ini sebagai bentuk nyata pendidikan berbasis lokalitas. “Kami mengapresiasi FKRML karena mampu mengemas literasi secara kontekstual. Ini membuat anak-anak lebih terlibat dan merasa memiliki,” katanya.
Abidudin, Ketua Rayon Tarbiyah PMII Wasfal, menilai pembuatan wayang dari daun singkong sebagai pendekatan edukatif yang menyatu dengan realitas masyarakat. “Ini bukan hanya tentang kreativitas, tapi juga tentang mengenalkan nilai-nilai warisan lokal,” ungkapnya.
Tokoh masyarakat Desa Cibarani, Nurman, juga menyampaikan rasa bangganya. “Anak-anak kami jarang sekali mendapatkan pengalaman belajar seperti ini. Mereka bukan hanya bermain, tapi juga belajar menghargai alam sekitar,” tuturnya.
Selain membuat wayang, anak-anak juga mengikuti berbagai kegiatan lain seperti membaca bersama, lomba mewarnai, menulis cita-cita di pohon impian dari karton, hingga permainan edukatif. Namun, karya seni dari daun singkong menjadi momen paling berkesan dan dibawa pulang dengan penuh kebanggaan oleh para peserta.
Festival Literasi Anak Soleh tidak hanya menjadi perayaan Hari Anak Nasional, tetapi juga bentuk nyata komitmen FKRML dalam merawat tradisi, mendidik generasi, dan memperkuat jati diri anak melalui cara-cara kreatif yang dekat dengan kehidupan mereka.