Desa Sukorejo, yang terletak di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, telah menjelma menjadi contoh inspiratif dari keberhasilan pertanian berkelanjutan di Indonesia. Di tengah tantangan zaman yang menuntut efisiensi dan kelestarian lingkungan, desa ini justru tampil sebagai pelopor dalam membangun sistem pertanian organik yang konsisten, produktif, dan mengakar pada kearifan lokal.
Dengan pendekatan alami yang bebas dari bahan kimia sintetis, para petani di Sukorejo berhasil meningkatkan kualitas dan kuantitas panen mereka. Keberhasilan ini bukan sekadar capaian teknis, melainkan wujud dari perubahan pola pikir dan budaya bertani yang lebih selaras dengan alam. Di tengah tren global menuju konsumsi sehat dan pertanian berkelanjutan, Sukorejo membuktikan bahwa desa pun bisa ikut mengambil peran strategis dalam perubahan besar ini.
Terletak di kaki Gunung Lawu yang sejuk dan subur, Sukorejo dianugerahi sumber air yang melimpah sepanjang tahun. Kondisi geografis ini menjadi modal alamiah yang sangat mendukung penerapan sistem pertanian organik. Air yang jernih dan tanah yang subur menjadi fondasi kuat bagi praktik pertanian yang minim intervensi buatan, tetapi tetap menghasilkan panen berkualitas tinggi.
Kesadaran untuk beralih dari pertanian konvensional ke organik tidak datang dalam sekejap. Gerakan ini dimulai sejak tahun 2008, ketika sekelompok kecil petani mulai mempertanyakan dampak jangka panjang dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Perjalanan transisi menuju organik memakan waktu dan energi. Selama masa adaptasi yang berlangsung sekitar tiga tahun, petani dihadapkan pada ketidakpastian hasil panen, keterbatasan pengetahuan teknis, hingga minimnya akses pasar yang siap menampung beras organik dengan harga yang layak.
Namun, berkat kegigihan dan kerja kolektif, para petani secara bertahap mulai mengurangi penggunaan bahan kimia dan menggantinya dengan bahan-bahan alami. Dalam masa peralihan, kombinasi antara pupuk organik dan kimia masih digunakan untuk menjaga stabilitas produksi. Tapi kini, seluruh lahan pertanian seluas 131,02 telah sepenuhnya dikelola secara organik—tanpa pestisida maupun pupuk sintetis.
Pupuk yang digunakan berasal dari sumber daya lokal, seperti kotoran ternak (pupuk kandang), sisa-sisa tumbuhan yang difermentasi, hingga limbah cair dari reaktor biogas yang juga berfungsi sebagai pengendali hama alami. Inovasi ini tidak hanya memperkuat kesehatan tanah, tetapi juga menekan biaya produksi, menjadikan pertanian lebih efisien dan ramah lingkungan.
Menurut Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki, Pak Suyanto (04/08/2025), padi organik Sukorejo memiliki sejumlah keunggulan yang tidak ditemukan pada padi konvensional. Beras yang dihasilkan tidak mudah basi, memiliki rasa yang lebih pulen, serta aroma yang khas dan alami. Saat ini, ada empat varietas padi organik yang rutin dibudidayakan, dengan hasil panen rata-rata mencapai 6 hingga 6,5 ton per hektar per musim—angka yang cukup tinggi untuk standar pertanian organik nasional.
Pasar pun merespons positif. Permintaan terhadap beras organik terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama dari kalangan konsumen yang mengutamakan gaya hidup sehat dan keberlanjutan lingkungan. Produk-produk dari Sukorejo bahkan telah digunakan oleh komunitas Lingkar Organik Yogyakarta dan sempat dipasarkan ke luar Pulau Jawa melalui strategi rebranding untuk beras merah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dan cerita di balik produk organik lokal mampu bersaing di tingkat nasional, bahkan potensial untuk pasar ekspor.
Lebih dari sekadar praktik bertani, padi organik Sukorejo adalah cerminan dari semangat kemandirian desa, kolaborasi antarwarga, dan inovasi berbasis lokal. Dari lereng Gunung Lawu, padi-padi ini tumbuh bukan hanya untuk mengisi perut, tetapi juga untuk menghidupi mimpi akan masa depan desa yang lebih berdaulat secara ekonomi dan lestari secara ekologi.
Ke depan, dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan inisiatif ini—baik dalam bentuk kebijakan yang mendukung pertanian organik, pendampingan teknologi, pelatihan sumber daya manusia, hingga edukasi konsumen agar makin menghargai nilai produk lokal. Jika dikelola secara konsisten, padi organik Sukorejo bukan hanya akan menjadi kebanggaan Sragen, tetapi juga simbol kemajuan pertanian berkelanjutan Nusantara.