Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelombang 114 melaksanakan kegiatan pemasangan Papan Informasi Penguraian Sampah dan Ecobin Sederhana dari Bekas Ember Cat yang berlangsung selama dua hari di Desa Malangke, yakni hari Kamis (31/7/2025) dan Jumat (1/8/2025).
Kegiatan tersebut sebagai program kerja edukatif untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, khususnya anak-anak dalam memilah dan membuang sampah pada tempatnya. Koordinator Desa, Muh. Dirga turut mengungkap alasan dibalik terwujudnya program kerja tersebut, “karena melihat banyak warga terutama anak-anak yang belum teredukasi membuang sampah pada tempatnya,” ujarnya.
Sebagai bagian dari program kerja kelompok, papan informasi penguraian sampah merupakan hasil kolaborasi seluruh anggota Tim KKN-T Desa Malangke. Dengan fungsi sebagai edukasi visual yang menyajikan durasi penguraian sampah organik dan anorganik, papan informasi ini memuat kategori sampah hingga waktu penguraian tiap jenis sampah.
Sementara itu, rancangan program kerja ecobin sederhana dari ember bekas cat, yang diinisiasi oleh salah satu anggota tim KKN-T Unhas, Atika, menyasar keterbatasan fasilitas tempat sampah terpilah di Desa Malangke. Dengan ember cat bekas yang dimodifikasi, dirinya menghadirkan solusi praktis dan murah untuk menampung sampah organik dan anorganik.
Program Kerja Individu “Ecobin Sederhana dari Bekas Ember Cat” oleh Atika, mahasiswa Teknik Sipil, menghadirkan tempat sampah kreatif berbentuk ember cat bekas yang telah dicat ulang dan diberi label kode warna sesuai jenis sampah. Ecobin ini merupakan langkah nyata sekaligus alat peraga untuk mengenalkan konsep pemilahan sampah sejak dini. “Karena kemarin waktu main sama anak kecil, mereka buang sampah sembarangan, jadi dibuatkan ecobin dan papan terurai untuk menarik anak kecil membuang sampah pada tempatnya,” jelas Atika.
Kedua program kerja tersebut kini telah dipasang di dua lokasi strategis, yaitu Masjid Babana Kawali yang diposisikan dekat area wudhu dan pintu keluar masjid, serta SDN 174 Petta Malangke yang dipasang di koridor utama agar setiap siswa yang beraktivitas pagi maupun pulang sekolah dapat melihatnya. Kombinasi dua lokasi ini untuk menjamin jangkauan lintas usia warga.
Sebelum pemasangan, Tim KKN mengadakan sosialisasi singkat di SDN 174 Petta Malangke. Materi sosialisasi meliputi cara mengenali jenis sampah organik, anorganik, dan B3, proses penguraian sampah, serta dampak negatif sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan. Dari hasil observasi sederhana, antusiasme siswa terlihat meningkat saat mereka mempraktikkan langsung membuang sampah ke dalam ecobin yang sesuai. Melalui partisipasi aktif dari para pelajar diharapkan fasilitas ecobin dan papan informasi menjadi alat bantu visual yang efektif untuk mengingatkan siswa guna menerapkan apa yang sudah dipelajari.
Pentingnya program ini juga ditegaskan oleh Kepala Sekolah SDN 174 Petta Malangke, Hartini, yang menyambut baik inisiatif mahasiswa KKN. “Semoga dengan adanya ecobin dan papan informasi penguraian sampah itu, anak-anak bisa memperhatikan. Programnya bagus menurut saya,” ujar Hartini. Lebih lanjut, dirinya juga mengungkapkan keberadaan media edukasi seperti ini sangat relevan untuk memperkuat karakter serta kesadaran lingkungan siswa, yang pada gilirannya akan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih bersih dan sehat.
Disamping itu, Implementasi kedua program ini sejalan dengan Tema KKN “Kebencanaan dan Ketahanan Pangan”. Dengan mengurangi sampah plastik dan organik yang tidak terkelola dengan baik, risiko kebencanaan seperti banjir serta penurunan kualitas tanah yang dapat mengganggu ketahanan pangan lokal dapat diminimalkan. Edukasi pemilahan sampah juga menjadi langkah preventif jangka panjang, mengenalkan pola hidup bersih dan pengelolaan limbah.
Dengan terselenggaranya program kerja “Papan Informasi Penguraian Sampah” dan “Ecobin Sederhana dari Bekas Ember Cat,” diharapkan Desa Malangke makin berdaya dalam menerapkan prinsip untuk mewujudkan lingkungan desa yang bersih serta mengokohkan ketahanan pangan lokal melalui mitigasi risiko kebencanaan berbasis pengelolaan sampah. Program ini turut menjadi contoh nyata sinergi antara pendidikan tinggi dan warga desa.