Dusun Tembelang, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, pada Jumat (11/7/2025) menjadi saksi pelaksanaan program kerja individu mahasiswa KKNT Tim II Universitas Diponegoro. Dyah Berliana Alam Pramestika, mahasiswi Peternakan UNDIP yang tergabung dalam Tim 41 dengan tema “Penerapan IPTEK Agribisnis Berbasis Ternak Ruminansia Kecil Secara Terintegrasi untuk Mendukung Ketahanan Pangan”, menginisiasi pelatihan pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk organik cair (POC).
Kegiatan ini berlangsung di pekarangan rumah Pak RT 2 Dusun Tembelang. Suasananya sederhana namun penuh kebersamaan. Sasaran utama kegiatan adalah para ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai petani, yang tampak antusias menyambut mahasiswa KKN saat menyampaikan materi terkait pupuk organik cair. Pemilihan lokasi di pekarangan dimaksudkan agar kegiatan terasa lebih santai dan dekat dengan kehidupan sehari-hari warga.
Dalam penjelasannya, Dyah memaparkan bahwa bahan pembuatan POC sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Sisa sayur, kulit bawang, hingga buah yang tidak lagi layak konsumsi dapat dimanfaatkan. Bahan tambahan yang dibutuhkan meliputi molases (4 tutup botol), EM4 (4 tutup), serta air cucian beras (4 liter). Proses fermentasi berlangsung selama 14 hingga 28 hari, tergantung pada tekstur bahan yang digunakan. Sampah keras seperti kulit singkong memerlukan waktu lebih lama untuk terurai. “Kalau fermentasi berhasil, hasil akhirnya akan berbau asam segar dengan sedikit manis, bukan bau busuk,” jelas Dyah di depan warga.
Ia juga menyampaikan fungsi dari masing-masing bahan. EM4 berperan sebagai mikroba pengurai, molases menjadi sumber energi bagi mikroba, sedangkan air cucian beras menambah nutrisi agar proses fermentasi berjalan lebih optimal. Jika warga mengalami kesulitan mendapatkan molases, gula aren bisa digunakan sebagai pengganti karena bahan ini banyak ditemukan di wilayah tersebut.
Warga yang hadir tampak antusias mengikuti praktik langsung. Mereka bergotong royong mencampur bahan dalam galon, kemudian menutup rapat wadah agar proses fermentasi berjalan maksimal. Setelah POC jadi, penggunaannya juga cukup sederhana, yaitu dengan melarutkan satu gayung POC ke dalam sepuluh gayung air sebelum disiramkan ke tanaman.
Pak RT 2 yang hadir dalam kegiatan ini mengungkapkan apresiasinya. “Pelatihan ini sangat membantu, karena hampir semua warga di sini kan petani. Harga pupuk sekarang mahal, kalau bikin pupuk organik sendiri biasanya tetap harus beli mendil dulu (kotoran kambing). Dengan memanfaatkan sampah dapur, kita bisa lebih hemat dan tetap subur tanamannya,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, Dyah juga menempelkan poster panduan pembuatan POC di pos ronda Dusun Tembelang. Poster ini diharapkan menjadi pengingat praktis bagi warga agar bisa memproduksi pupuk organik cair secara mandiri kapan saja.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat, tetapi juga membawa solusi nyata untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Dengan adanya pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair, warga Dusun Tembelang dapat menghemat biaya pertanian, meningkatkan kesuburan lahan, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.