Pemerintah saat ini sedang berupaya keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pemerintah berfokus pada peningkatan PDB setiap tahun, menggenjot pembangunan infrastruktur, serta mendorong investasi dan industrialisasi. Akan tetapi, dalam upaya mengejar angka pertumbuhan itu, kita kerap melupakan satu hal yang penting yaitu inovasi lokal yang lahir dari inisiatif rakyat dan punya dampak nyata bagi lingkungan maupun ekonomi di Indonesia.
Di tengah persoalan sampah plastik yang kian menumpuk, muncul sosok Toni Permana, warga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Sejak tahun 2017, ia mencoba mengelola plastik bekas menjadi paving block yang kuat, ringan, dan ramah lingkungan. Ia bahkan sudah melakukan uji tes di laboratorium, menciptakan alat penyaring asap demi mengurangi polusi, hingga mendapatkan sertifikasi dari Institut Teknologi Bandung. Ironisnya bukannya mendapat dukungan, Toni justru menyampaikan kekecewaanya karena karyanya belum dipertimbangkan pemerintah.
Dalam kerangka pertumbuhan ekonomi, inovasi seperti ini sangat penting. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata diukur dari PDB, melainkan juga kualitas pembangunan. Inovasi produk yang muncul dari kreativitas masyarakat berpotensi menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang baru. Paving block plastik misalnya, mampu membuka lapangan pekerjaan, mendorong usaha daur ulang, sekaligus menekan ketergantungan terhadap material impor. Seluruh rangkaian aktivitas ini pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan PDB nasional.
Produk ramah lingkungan seperti paving block plastik ini memiliki potensi ekspor yang signifikan. Saat ini dunia sedang bergerak ke arah green economy, yang di mana negara-negara lain sedang berlomba untuk mengurangi jejak karbon. Jika dikembangkan secara serius, inovasi lokal ini mampu meningkatkan devisa negara sekaligus mengurangi kebergantungan akan bahan konstruksi impor. Dapat dikatakan bahwa, dukungan terhadap Toni bukan sekadar membantu individu, melainkan berkontribusi secara langsung terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Dampaknya sangat terlihat jelas bagi masyarakat. Sampah plastik yang biasanya menjadi timbunan sekarang bisa diolah sebagai bahan baku. Masyarakat mendapatkan lingkungan yang lebih bersih, harga paving lebih murah, serta mempunyai kesempatan untuk bekerja di industri pengolahan sampah. Dengan begitu, inovasi ini bukan hanya soal teknologi, melainkan juga soal kesejahteraan sosial.
Jika kita tinjau dari teori Solow Growth Model, peran inovasi tampak semakin jelas. Solow menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang tidak cukup hanya dengan mengandalkan modal dan tenaga kerja, teknologi merupakan kunci utama. Kasus Toni menunjukan bahwa meskipun modal yang dimiliki terbatas dan tenaga kerja yang terhitung relatif kecil penerapan teknologi baru seperti paving block plastik mampu mendorong kurva pertumbuhan ke tingkat yang lebih tinggi. Secara sederhana, ekonomi dapat diibaratkan seperti mesin, yang di mana modal berperan sebagai bahan bakarnya, dan tenaga kerja adalah pengemudi, tetapi jika tanpa inovasi, mesin tidak bergerak melampaui kapasitas yang ada. Karya inovatif milik Toni merupakan bentuk “penyempurnaan mesin” yang dapat mempercepat sekaligus menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dengan demikian, kritik layak diarahkan pada pemerintah yang dinilai lamban ataupun enggan memberikan dukungan. Retorika tentang ekonomi hijau dan keberlanjutan tidak ada artinya jika inovasi nyata dari masyarakat terus diabaikan. Restu untuk Toni seharusnya mencerminkan, apakah kita benar-benar serius membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan atau hanya puas bersembunyi di balik statistik yang tampak indah di atas kertas.
Kini saatnya pemerintah berhenti menutup mata. Menguatkan inovasi rakyat seperti karya Toni Permana bukan sekadar memberi dukungan, melainkan menanam benih investasi jangka panjang demi ekonomi yang tangguh, lingkungan yang lestari, dan masa depan bangsa yang lebih cerah.
Jika karya Toni Permana saja masih diabaikan, bagaimana mungkin kita bisa bicara tentang pertumbuhan inklusif, keberlanjutan, dan masa depan yang layak bagi generasi berikutnya?
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”