Bullying atau perundungan di sekolah dasar merupakan masalah serius yang dapat mengganggu kesehatan mental anak. Anak-anak korban bullying tidak hanya mengalami luka fisik, tetapi juga kerusakan psikologis seperti stres, kecemasan, depresi, dan penurunan kemampuan belajar. Berdasarkan data yang diperoleh JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia) tahun 2024 ada 573 kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan termasuk sekolah dasar. Menurut Data UNICEF dalam (Muryani et al., 2023) menunjukan bahwa perilaku bullying verbal di Asia mencapai angka 70%, sedangkan di Indonesia menunjukan 40% anak pernah mendapatkan perilaku bullying verbal di sekolah.
Sekolah harus sigap dalam menangani kasus bullying ini untuk menjaga kesehatan fisik dan kesehatan psikis anak. Meskipun kasus bullying ini sering terjadi di sekolah namun keluarga juga harus turut andil dalam mengatasi bullying. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat penting dalam mengatasi bullying agar anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan sehat secara mental.
Peran Guru dalam Mengatasi Bullying
Guru memiliki peran strategis sebagai fasilitator dan pelindung di lingkungan sekolah dasar. Mereka bertugas mengenali tanda-tanda bullying sejak dini, melakukan intervensi kepada semua siswa yang terlibat, dan memberikan pembinaan moral serta teladan sikap baik. Langkah-langkah yang biasa dilakukan guru antara lain menasehati pelaku bullying untuk menyadari kesalahannya, meminta maaf, dan memotivasi siswa agar tidak melakukan bullying. Kerjasama guru dengan orang tua juga sangat penting untuk menanggulangi masalah ini secara efektif. Dengan bimbingan dan perhatian guru, kasus bullying dapat diminimalisir sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kondusif untuk proses belajar dan perkembangan mental anak.
Peran Orang Tua dalam Menangani dan Mencegah Bullying
Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman dan mendukung agar anak tidak terlibat atau menjadi korban bullying. Pola pengasuhan yang hangat, komunikasi terbuka, dan pemberian nilai empati dapat mencegah perilaku bullying. Dalam kasus anak menjadi korban, orang tua sebaiknya menjadi pelindung dan penengah dengan mendengarkan masalah anak, memberikan semangat, serta membawa anak ke psikiater jika mengalami trauma mendalam. Mengajarkan cara mengatasi bullying dan mendorong anak untuk mencari bantuan dari guru juga merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental anak. Orang tua yang aktif berperan menjembatani penyelesaian kasus bullying dapat membantu membangun rasa aman dan percaya diri anak.
Dengan demikian penanganan bullying harus menjadi prioritas bersama antara sekolah dan keluarga untuk melindungi kesehatan fisik dan psikologis anak-anak.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”