Pendidikan di Indonesia selama ini cenderung berfokus pada pencapaian akademik dan nilai-nilai ujian. Namun, di tengah krisis moral yang melanda sebagian generasi muda saat ini, penting bagi kita untuk menyadari bahwa pembentukan karakter harus menjadi prioritas utama dalam dunia pendidikan, khususnya di jenjang sekolah dasar. Usia ini adalah masa emas perkembangan anak yang sangat menentukan kepribadian mereka di masa depan.
Sekolah dasar merupakan tahap awal pembentukan identitas anak, di mana mereka mulai belajar membedakan benar dan salah, baik dan buruk, serta mulai mengembangkan sikap terhadap sesama. Dalam fase ini, pendidikan karakter berfungsi sebagai fondasi utama yang akan menopang segala bentuk pembelajaran lain, baik secara kognitif maupun sosial. Tanpa karakter yang kuat, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menciptakan generasi yang unggul dan berintegritas.
Menurut Lickona (2018), pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk membantu seseorang memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang baik. Artinya, pendidikan tidak hanya berorientasi pada hasil akademik, tetapi juga harus mampu membentuk peserta didik agar memiliki sikap moral yang luhur, bertanggung jawab, dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara positif.
Secara psikologis, anak-anak usia sekolah dasar berada pada tahap perkembangan moral sebagaimana dijelaskan oleh Piaget dan Kohlberg. Mereka mulai memahami aturan sosial serta pentingnya norma dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pendidikan karakter diberikan secara konsisten sejak dini melalui keteladanan guru, pembiasaan positif di sekolah, serta dukungan orang tua di rumah, anak-anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, kerja keras, dan disiplin.
Lebih dari itu, pendidikan karakter terbukti dapat mengurangi berbagai masalah sosial di lingkungan sekolah. Kasus perundungan (bullying), intoleransi, bahkan kekerasan fisik dan verbal dapat diminimalisir bila nilai-nilai moral diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hasil laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2023) menunjukkan bahwa sekolah yang aktif menerapkan pendidikan karakter mengalami penurunan kasus kekerasan antar siswa hingga 40% dibandingkan sekolah yang belum menerapkannya secara sistematis. Fakta ini membuktikan bahwa pembiasaan nilai-nilai karakter memberikan dampak nyata terhadap perilaku peserta didik di sekolah.
Pendidikan karakter juga memiliki korelasi positif terhadap kesuksesan jangka panjang. Penelitian Harvard University (2020) menemukan bahwa sekitar 80% keberhasilan seseorang dalam karier ditentukan oleh soft skills seperti kemampuan bekerja sama, komunikasi, kejujuran, dan ketekunan yang semuanya merupakan bagian dari pembentukan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya berfungsi membentuk pribadi yang baik, tetapi juga menyiapkan generasi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan global.
Namun, tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah atau guru. Orang tua memegang peranan besar dalam memberikan contoh nyata dan pembiasaan yang baik di rumah. Lingkungan sosial serta media juga perlu berkontribusi dengan menghadirkan keteladanan positif agar nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah dapat diperkuat di luar lingkungan pendidikan formal. Menurut Fitri (2020), pendidikan karakter akan efektif apabila berlangsung secara sinergis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sehingga anak memperoleh konsistensi nilai dalam setiap aspek kehidupannya.
Dengan demikian, pendidikan karakter bukanlah pilihan tambahan dalam sistem pendidikan, melainkan kebutuhan mendesak untuk mencetak generasi masa depan yang berintegritas. Sekolah dasar menjadi titik awal yang paling tepat untuk memulai proses ini karena pada masa inilah anak-anak membangun dasar moral dan sosial yang akan terbawa hingga dewasa. Jika pendidikan karakter diterapkan secara konsisten dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, maka tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia yang cerdas, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab akan lebih mudah tercapai.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”