Bandung – Di tengah hiruk-pikuk di Kota Bandung, nama Muhammad Khoirul Anam, pemuda asal Desa Pejangkaran Kidul, Kecamatan Karangasem Utara, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, muncul sebagai potret generasi muda pendatang yang berjuang menyeimbangkan tiga dunia: agama, pendidikan, dan olahraga.
Lahir dari keluarga sederhana, Anam tumbuh dengan nilai-nilai kesabaran dan kerja keras. Ibunya seorang asisten rumah tangga, sementara ayahnya bekerja sebagai petugas kebersihan. Di tengah keterbatasan itu, ia justru menemukan semangat hidup untuk mewujudkan impian melalui lapangan sepak bola, pesantren, dan perguruan tinggi.
“Saya ingin mengubah nasib keluarga lewat sepak bola, tapi tetap menjaga nilai agama dan pendidikan. Saya ingin sukses dunia dan akhirat,” tutur Anam saat ditemui penulis di sela-sela latihan sepak bola.
Awal Cinta dari Tempat Penjemuran Padi
Kecintaan Anam terhadap sepak bola dimulai sejak Kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Setiap sore, ia bersama teman-teman kecilnya bermain sepak bola di tempat penjemuran padi bersama teman-temannya. Dari situ, cita-citanya untuk menjadi pemain profesional mulai tumbuh. Ia sempat bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas Muda, meski harus berjalan kaki sejauh 5 km menuju lapangan. “Sepatu bola pertama saya harganya Rp150 ribu. Tapi semangat saya lebih mahal dari itu,” kenangnya.
Perjuangan terus berlanjut hingga ia dipercaya mewakili sekolah dalam ajang POPDA. Meskipun timnya gugur di babak awal, kekalahan itu menjadi titik balik tekadnya untuk berlatih lebih keras.
Menimba Ilmu di Pesantren
Setelah lulus Sekolah Dasar, Anam melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Terpadu Al-Fusha Pekalongan. Selama tiga tahun nyantri, ia mengatur waktu antara belajar akademis, mengaji kitab, dan berlatih sepak bola. Rutinitas padat tak menyurutkan semangatnya. “Kalau malam selesai belajar, saya main sepak bola kloteran (saling bergantian) dengan teman-teman pondok. Capek iya, tapi bahagia,” ujarnya.
Melalui pendidikan pesantren, yang setidaknya ditempuh selama 6 tahun, Anam belajar kedisiplinan, ketekunan, dan keikhlasan—modal utama dalam menggapai cita-cita. Ia bahkan berhasil membawa tim pondoknya menjadi juara dalam sejumlah turnamen sepak bola dan futsal. Di antaranya Anam tercatat pernah menjuarai Liga Santri di Pekalongan.

Langkah ke Tanah Pasundan
Setelah lulus pesantren dengan memegang ijazah SMK Al-Fusha Pekalongan, Anam melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia lulus ke UPI pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun 2025.

Meskipun datang ke tatar Pasundan karena tuntutan akademis, tidak serta merta semangat Anam di Sepak Bola padam. Kira-kira minggu ketiga September 2025, Anam memperoleh kesempatan untuk mengikuti seleksi menjadi pemain sepakbola di klub R2B Legend FC, yang akan berlaga di ajang resmi PSSI, Liga 4 Seri 2 (Piala Gubernur) Jawa Barat 2025. Untuk mengikuti seleksi, ia harus menempuh perjalanan lebih dari 20 km dari tempat kosnya. Berkat kerja keras dan doa orang tua, ia akhirnya lulus bersama 25 pemain lainnya.
“Sebenarnya Bandung memang kota tujuan saya. Saya berencana masuk Akademi Persib Bandung setelah lulus dari pesantren. Bandung itu kota sepak bola. Banyak pemain profesional lahir dari sini. Saya ingin belajar dan berkembang di lingkungan yang kompetitif. Tapi takdir membawa saya harus datang ke Bandung bukan melalui Akademi Persib, tetapi melalui Kampus UPI. Meskipun saya belum menjadi pemain profesional, tapi lulusnya saya menjadi pemain R2B Legend FC bisa tetap memelihara semangat saya untuk menjadi pesepakbola” paparnya.

Santri Bisa Jadi Pemain Profesional
Meskipun sekarang Anam baru dipastikan menjadi pemain sepak bola Liga 4 Jawa Barat dan belum menjadi pemain profesional di klub Liga 1 atau Liga 2, ia sudah membuktikan bahwa menjadi santri bukan penghalang untuk meraih impian atau setidaknya untuk mendekatkan diri pada impian. Ia menjadikan sosok pemain Timnas Indonesia, Asnawi Mangkualam dan Witan Sulaeman sebagai inspirasi bahwa menjalani kehidupan di dunia pesantren tidak berarti memupus impian untuk menjadi pesebakbola.
“Santri juga bisa jadi pemain profesional. Kuncinya disiplin, doa, restu orang tua, dan jangan mudah menyerah,” tegasnya.

Kini, Anam tengah mempersiapkan diri tampil bersama R2B Legend FC di kompetisi resmi PSSI, Liga 4 Seri 2 (Piala Gubernur) Jawa Barat 2025. Cita-citanya sederhana tapi dalam: membawa klubnya naik kasta dan menginspirasi santri lain agar percaya diri menjemput mimpi. Untuk mewujudkan cita-cita ini, ia terkadang harus mengatur waktu antara latihan di klub, perkuliahan, dan membaca buku-buku referensi untuk menyelesaikan tugas kuliah.
Harapan untuk Santri Indonesia
Anam berharap ke depan akan ada lebih banyak ajang sepak bola khusus santri di tingkat nasional. “Liga Santri itu penting, supaya banyak talenta pesantren bisa tersalurkan. Saya ingin santri juga bisa harum namanya di sepak bola Indonesia,” ujarnya menutup percakapan dengan penulis.
TWOSP – 11 Oktober 2025
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”