Penampilan teatrikal “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” yang dibawakan oleh Ain, Diah, Tika, Nurul, Rahma, Samsul, dan Ikhwan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Al Hikmah Surabaya dalam acara Pembaharu patut diapresiasi sebagai karya kreatif yang memadukan tiga unsur seni: drama, puisi, dan silat. Pementasan ini bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan yang mencerminkan semangat mahasiswa dalam menafsirkan karya sastra ke dalam bentuk pertunjukan yang hidup dan bermakna.
Dalam pementasan tersebut, penonton disuguhkan pada kekayaan ekspresi gerak dan kata. Unsur drama menghidupkan konflik dan emosi dalam kisah “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”, unsur puisi memperjelas alur dengan irama bahasa yang puitis, sementara unsur silat menghadirkan daya magis sekaligus simbol perjuangan dan perlawanan. Kombinasi ketiganya menciptakan tontonan yang memikat dan menggugah, menunjukkan bahwa sastra tidak hanya bisa dibaca, tetapi juga dihidupkan lewat tubuh dan jiwa.
Namun, di balik gemilangnya pertunjukan itu, ada satu hal yang perlu menjadi perhatian. Penampilan semacam ini perlu mendapatkan wadah dan pembekalan yang berkelanjutan. Keterampilan teatrikal bukan sekadar spontanitas, melainkan hasil dari latihan, pemahaman naskah, penataan artistik, serta penghayatan yang mendalam terhadap pesan karya sastra. Mahasiswa membutuhkan ruang kreatif baik berupa sanggar, pelatihan, maupun bimbingan dari dosen dan praktisi teater agar potensi seperti ini tidak berhenti pada satu acara saja.
Penulis berpendapat, STKIP Al Hikmah Surabaya perlu menjadikan penampilan semacam ini sebagai ekstrakurikuler atau bahkan program unggulan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar teori sastra di kelas, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai estetika, moral, dan sosial yang terkandung di dalamnya melalui pementasan. Selain itu, kegiatan seperti ini dapat memperkuat citra kampus sebagai lembaga yang menumbuhkan generasi pendidik kreatif, ekspresif, dan berbudaya.
Penampilan “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” menunjukkan bahwa seni bisa menjadi jembatan antara intelektualitas dan kepekaan nurani. Oleh karena itu, apresiasi saja tidak cukup perlu ada langkah nyata agar mahasiswa seperti Ain, Diah, Tika, Nurul, Rahma, Samsul, dan Ikhwan terus mendapat dukungan untuk mengasah kemampuan mereka. Sebab, dari panggung kecil semacam inilah lahir guru-guru besar kehidupan yang tidak hanya pandai mengajar, tetapi juga mampu menginspirasi dengan daya seni dan nilai kemanusiaannya.
Penulis: Ainur Rohimah (Sekretaris Himapbindo STKIP Al Hikmah Surabaya 2024/2025)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”