Udara sejuk pagi di kawasan Villa Nur Amir disambut derap langkah puluhan mahasiswa berseragam lapangan. Mereka bukan sedang berlibur, melainkan sedang menyiapkan diri untuk menempa mental, fisik, dan hati dalam tiga hari penuh pembelajaran. Di sinilah, pada 3–5 Oktober 2025, Emergency Response in Disaster and Medical Services (ERDAMS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKM UMJ) menggelar kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Dasar (DIKLATSAR) wadah lahirnya generasi muda yang tangguh, disiplin, dan berjiwa kemanusiaan.
Dengan tema “Siap Berilmu, Cepat Bertindak, Tanggap Bertanggung Jawab,” DIKLATSAR 2025 menjadi titik awal perjalanan bagi para calon anggota ERDAMS. Kegiatan ini bukan sekadar latihan, tetapi ruang pembentukan karakter yang menanamkan nilai kesiapsiagaan dan kepedulian sosial. Di tengah tantangan bencana yang kian kompleks, semangat seperti inilah yang terus dibangun oleh ERDAMS sebagai bagian dari komitmen mahasiswa kesehatan untuk turun langsung melayani masyarakat.
Hari pertama dibuka dengan penyambutan dan pengenalan sejarah organisasi oleh Kakanda Hardiman S. Gurrici, pendiri ERDAMS FKM UMJ. Ia menceritakan bagaimana organisasi ini lahir dari keprihatinan mahasiswa terhadap keterbatasan penanganan bencana di tingkat komunitas, hingga kini tumbuh menjadi wadah pembinaan relawan muda yang profesional dan humanis. “ERDAMS adalah sekolah kemanusiaan,” ujarnya, “tempat kita belajar bahwa menolong orang lain adalah bagian dari ilmu dan iman.”
Hari kedua menjadi momen paling padat. Para peserta mengikuti berbagai sesi pelatihan teknis yang menghadirkan pemateri berpengalaman dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan KMPA Widharsa.
Melalui sesi Kelogistikan dan Manajemen Bencana yang dipandu oleh Ibu Mulya Dewi, S.Pd., peserta diajak memahami bagaimana strategi, koordinasi, dan empati menjadi fondasi dalam setiap respon bencana. Tidak hanya teori, simulasi lapangan juga dilakukan untuk melatih kecepatan berpikir dan ketepatan bertindak di tengah tekanan.
Sementara itu, tim KMPA Widharsa memberikan pelatihan Pertolongan Pertama yang langsung dipraktikkan di lapangan. Suasana pelatihan terasa hidup—sesekali tegang, tapi juga hangat—saat peserta belajar menangani korban luka, mengikat perban, atau mengangkat tandu darurat. “Kami belajar bukan hanya tentang menyelamatkan orang lain, tapi juga mengelola panik dan rasa takut,” ungkap salah satu peserta.
Meski padat, kegiatan tidak melulu serius. Ada sesi Focus Group Discussion (FGD) dan ice breaking yang mencairkan suasana, diikuti dengan Pentas Seni (PENSI) yang menampilkan bakat para peserta. Musik, puisi, dan teater menjadi cara mereka mengekspresikan semangat solidaritas yang tumbuh selama pelatihan.

Namun, momen paling berkesan datang pada malam hari, dalam kegiatan Datangnya Energi Baru Anggota (DEBAR). Di bawah langit Villa Nur Amir yang redup, para calon anggota menyalakan api kecil sebagai simbol lahirnya energi baru semangat untuk melanjutkan perjuangan kemanusiaan ERDAMS dari generasi ke generasi.
Hari ketiga menjadi penutup yang penuh makna. Dalam prosesi pelantikan sederhana namun khidmat, setiap peserta resmi dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga besar ERDAMS FKM UMJ. Raut lelah berganti senyum bangga; peluh yang jatuh seolah berubah menjadi lambang pengabdian. Mereka bukan lagi peserta, melainkan relawan muda yang siap mengabdi di garis depan kemanusiaan.
Ketua Bidang Diklat ERDAMS, Izzana Fatima M.A., menegaskan bahwa pelatihan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan proses pembentukan karakter. “Kami ingin setiap peserta memahami bahwa menjadi relawan adalah panggilan hati. Ilmu yang mereka dapatkan harus hidup dalam tindakan—dalam setiap langkah kecil menolong sesama,” ujarnya.
Dari Villa Nur Amir, semangat itu kini menyala. DIKLATSAR 2025 menjadi bukti bahwa generasi muda tidak hanya siap bicara soal perubahan, tapi juga siap bertindak. Mereka belajar bahwa tangguh bukan berarti tak pernah lelah, melainkan tetap bergerak meski dalam keterbatasan. Karena di balik setiap pelatihan, ada tekad yang tumbuh: menjaga kemanusiaan agar tetap hidup, di mana pun mereka berada.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
































































