Membangun startup bukan hanya soal menciptakan produk yang bagus atau layanan yang inovatif. Salah satu faktor terpenting yang sering diabaikan adalah branding. Branding bukan sekadar logo, warna, atau slogan. Ini tentang bagaimana orang merasakan bisnis kamu. Sayangnya, banyak startup baru terjebak dalam kesalahan yang justru membuat mereka gagal membangun identitas yang kuat di pasar.
Berikut adalah 7 kesalahan branding yang paling sering dilakukan oleh startup baru, beserta cara menghindarinya.
1. Tidak Memahami Audiens Target
Banyak founder terlalu fokus pada visi pribadi tanpa benar-benar memahami siapa target pasar mereka. Akibatnya, pesan brand tidak nyambung dengan kebutuhan atau bahasa pelanggan.
Contohnya, startup teknologi yang menggunakan bahasa terlalu teknis untuk audiens non-teknis. Alhasil, pesan yang ingin disampaikan tidak terserap dengan baik.
Solusi:
Lakukan riset mendalam tentang audiens. Buat buyer persona alias gambaran ideal pelangganmu. Ketahui apa yang mereka pedulikan, bagaimana mereka berbicara, dan apa yang membuat mereka percaya pada sebuah merek.
2. Menganggap Branding = Logo dan Desain
Ini kesalahan klasik. Banyak startup mengira branding cukup dengan punya logo keren dan desain website yang modern. Padahal, logo hanyalah salah satu elemen kecil dari keseluruhan strategi branding.
Branding adalah kombinasi dari nilai, cerita, pengalaman, dan konsistensi yang kamu bangun di setiap titik kontak dengan pelanggan.
Solusi:
Bangun brand identity menyeluruh: visi, misi, nilai, tone of voice, hingga gaya komunikasi visual. Logo hanyalah simbol dari makna besar di balik merekmu.
3. Tidak Konsisten di Semua Kanal
Konsistensi adalah kunci agar brand mudah dikenali dan diingat. Banyak startup gagal karena pesan atau tampilan mereka berubah-ubah di tiap platform—Instagram terlihat santai, website terlalu formal, dan email terasa dingin.
Hal ini menciptakan kebingungan dan menurunkan kredibilitas merek.
Solusi:
Buat brand guideline sederhana yang mencakup warna, tipografi, gaya bahasa, dan cara penggunaan logo. Dengan begitu, setiap konten yang keluar akan tetap konsisten dan memperkuat identitas brand.
4. Mengabaikan Storytelling
Startup yang sukses biasanya punya cerita menarik di balik produknya. Cerita inilah yang menghubungkan brand dengan emosi pelanggan. Tanpa narasi yang kuat, merekmu akan terasa datar dan mudah dilupakan.
Misalnya, banyak brand lokal tumbuh pesat karena mampu bercerita tentang perjuangan mereka memberdayakan UMKM atau menjaga keberlanjutan lingkungan.
Solusi:
Temukan cerita unik di balik brand kamu. Ceritakan mengapa kamu memulai bisnis ini, bukan hanya apa yang kamu jual. Cerita yang autentik akan membuat pelanggan merasa lebih dekat dan percaya.
5. Terlalu Fokus pada Tren, Bukan Identitas
Tren desain dan gaya komunikasi memang selalu berubah, tapi ikut-ikutan tanpa arah bisa merusak identitas brand. Beberapa startup mengganti logo, tone, dan strategi pemasaran hanya karena “yang lain juga begitu.”
Akibatnya, pelanggan jadi bingung dengan perubahan yang tidak memiliki alasan jelas.
Solusi:
Ikuti tren secukupnya, tapi pastikan setiap keputusan branding tetap selaras dengan identitas dan nilai utama brand kamu. Konsistensi membangun kepercayaan jangka panjang.
6. Tidak Memanfaatkan Branding di Dunia Nyata
Banyak startup terlalu fokus pada branding digital dan melupakan interaksi fisik dengan pelanggan. Padahal, pengalaman offline bisa sangat kuat dalam membentuk persepsi brand.
Misalnya, menggunakan kaos promosi perusahaan saat menghadiri pameran, acara networking, atau konferensi bisa menjadi cara sederhana tapi efektif untuk memperkenalkan brand secara visual. Kaos dengan desain profesional dan pesan yang relevan dapat membuat orang langsung mengenali dan mengingat startup kamu.
Solusi:
Bangun pengalaman brand secara menyeluruh—baik online maupun offline. Gunakan kemasan, merchandise, dan elemen visual lain untuk memperkuat kesan profesional dan konsisten.
7. Tidak Mengevaluasi dan Beradaptasi
Branding bukan sesuatu yang dibuat sekali lalu dibiarkan begitu saja. Dunia bisnis terus berubah, dan startup harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya.
Kesalahan umum yang terjadi adalah menganggap brand sudah “jadi” setelah peluncuran. Padahal, tanpa evaluasi berkala, kamu bisa kehilangan relevansi di mata pelanggan.
Solusi:
Kumpulkan umpan balik pelanggan, pantau metrik brand awareness, dan lakukan audit merek secara rutin. Jika ada hal yang tidak lagi relevan, ubah dengan strategi yang terencana—bukan spontan.
Branding Adalah Fondasi, Bukan Pelengkap
Branding bukan aktivitas tambahan setelah produk siap diluncurkan—ini adalah fondasi yang menentukan bagaimana startup kamu dilihat dan diingat. Kesalahan kecil dalam branding bisa berdampak besar terhadap kepercayaan dan loyalitas pelanggan.
Dengan memahami dan menghindari tujuh kesalahan di atas, startup kamu bisa membangun identitas yang kuat, autentik, dan tahan lama di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.
Ingat, branding bukan tentang menjadi yang paling keren, tapi menjadi yang paling relevan di benak audiensmu. Bangun brand dengan makna, bukan hanya tampilan. Karena pada akhirnya, produk bisa ditiru, tapi identitas merek yang kuat akan selalu unik dan berharga.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
































































