Lamongan, 26 Oktober 2025 — Suasana hangat menyelimuti kediaman Mbah Yai Saeran, tokoh spiritual yang dikenal luas di Lamongan. Di tempat sederhana namun penuh makna itu, berbagai elemen masyarakat berkumpul dalam forum lintas komunitas untuk membahas tema yang sarat filosofi: “Nomor 8 Bundere Langit, Bundere Bumi, Presiden Kedelapan Pemegang Kekuasaan – Benar dan Salah adalah Permainan Alam.”
Kegiatan yang dihadiri oleh FKPPAI Jawa Timur, Pelita UMKM, Milangkori, dan Cah Angon Lamongan ini menjadi ruang pertemuan gagasan antara budaya, spiritualitas, dan gerakan ekonomi rakyat.
Merajut Silaturahmi dan Kemandirian
Ketua Pelita UMKM dalam sambutannya menekankan pentingnya kebersamaan dalam memperkuat sektor usaha kecil menengah. Ia berharap forum ini menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antarpegiat rakyat dan melahirkan kolaborasi nyata di bidang ekonomi kerakyatan. “Sudah saatnya kita memperkuat blok kesejahteraan sebagai dasar sosial bangsa,” ujarnya.
Suara dari Para Tokoh
Dalam diskusi, Gus Lukman dari Padepokan Sunan Drajat Girinoto menyoroti kondisi bangsa yang kian kehilangan arah moral. Ia menyebut bahwa di tengah kerusakan berbagai sektor, hanya budaya dan adat istiadat yang masih kokoh. “Ketika ulama tergoda politik, kehancuran moral negara hanya tinggal menunggu waktu,” tegasnya.
Sementara itu, Cak Nur Salim dari Cah Angon Lamongan mengajak masyarakat untuk memulai perubahan dari lingkup terkecil. “Setiap orang punya potensi, sekecil apa pun. Masalahnya bukan karena rakyat bodoh, tapi karena dibodohkan,” ujarnya dengan nada reflektif.
Dari FKPPAI Jawa Timur, M. Yamin menambahkan pentingnya menjaga kearifan lokal dan etika sosial. Ia mengutip falsafah Jawa, “Toto titi mongso, jer basuki mawa bea,” yang menandakan bahwa setiap keberhasilan menuntut tata dan biaya. Ia menyoroti fenomena persaingan tidak sehat di masyarakat yang “rela mematikan kawan demi unggul.”
Sebaliknya, Widhi Lamong, pembina Pelita UMKM, menegaskan bahwa waktu untuk hanya berdiskusi sudah lewat. “Pemikiran sudah banyak terkumpul. Kini saatnya aksi nyata, terutama di sektor ekonomi rakyat,” katanya.
Adapun Gus Huda Putra Sugio menekankan pentingnya kebiasaan baik dalam membangun tatanan sosial. “Perubahan dimulai dari kebiasaan, tapi sayangnya sistem yang membentuk habit itu sering justru tidak bisa dipercaya,” ujarnya.
Wejangan dari Mbah Yai Saeran
Sebagai tuan rumah dan penutup acara, Mbah Yai Saeran memberikan pesan yang menggugah. Menurutnya, kekuatan komunitas terletak pada kemauan berpikir dan berbuat untuk kemaslahatan. “Komunitas yang hebat bukan yang banyak bicara, tapi yang banyak manfaat,” ucapnya.
Beliau juga menyinggung pandangan spiritual tentang manusia sebagai mikrokosmos yang memikul tanggung jawab atas “tujuh langit dan tujuh bumi” dalam dirinya. Dengan tembang lirih khasnya, beliau menutup pertemuan dengan petuah, “Ora gampang urip ning alam dunyo.”
Peneguhan Spirit Kebangsaan
Forum ini menjadi momentum penyatuan nilai spiritual, kebudayaan, dan ekonomi kerakyatan. Dari pertemuan lintas komunitas ini, muncul harapan akan lahirnya langkah konkret bagi kebangkitan moral dan kesejahteraan rakyat kecil — sejalan dengan cita-cita keadilan sosial dalam semangat UUD 1945 dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
































































