Silvia Damayanti

Silvia Damayanti

Dua Umar, Dua Cermin Pemimpin: Relevansi Nilai Islam dalam Dunia Pendidikan Modern

Di tengah derasnya arus globalisasi dan krisis moral yang merambah dunia pendidikan, kita dihadapkan pada tantangan serius: bagaimana membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan berkarakter islami. Salah satu solusi yang layak ditawarkan adalah kembali meneladani tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam, seperti Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz, dua sosok pemimpin legendaris yang dikenang karena keadilan, ketegasan, ketakwaan, dan kepeduliannya terhadap umat.

Kisah hidup kedua tokoh ini terangkum apik dalam buku The Glory Story of Two Umars karya Fuad Abdurrahman. Buku ini bukan hanya sekadar narasi sejarah, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang sangat relevan diterapkan dalam dunia pendidikan kontemporer.

 

Pemimpin yang Mendidik Lewat Teladan

Umar bin Khattab dikenal sebagai khalifah yang tegas dan adil. Ia tidak hanya menerapkan hukum Islam dengan konsisten, tetapi juga menjadi teladan dalam kesederhanaan dan tanggung jawab. Kepemimpinannya menggambarkan nilai akhlak mulia (khuluqiyah) yang sangat dibutuhkan dalam membentuk pribadi pendidik dan peserta didik masa kini: jujur, amanah, adil, dan bertanggung jawab.

Umar bin Abdul Aziz, di sisi lain, tampil sebagai reformis lembut yang menolak kemewahan dan memilih hidup zuhud. Kepemimpinannya merepresentasikan nilai keimanan yang mendalam (i’tiqodiyah) dan pengabdian tulus kepada umat. Ia menghapus pajak-pajak yang menindas, mengembalikan tanah-tanah rampasan, dan membangun sistem pendidikan serta sosial yang berkeadilan. Sosok Umar bin Abdul Aziz adalah pengingat bahwa pemimpin sejati bukan yang memperkaya diri, tapi yang mengayomi rakyat dan memuliakan ilmu.

 

Pendidikan Islam Butuh Keteladanan

Dalam konsep pendidikan Islam, nilai bukan sekadar teori yang disampaikan di kelas, melainkan harus dihidupkan lewat keteladanan. Sayangnya, banyak krisis moral hari ini muncul karena hilangnya teladan yang konsisten antara ucapan dan perbuatan, baik dari guru, pemimpin, maupun tokoh masyarakat.

Kedua Umar memberikan gambaran nyata bagaimana pendidikan karakter Islam bisa hidup dalam kebijakan publik dan tindakan sehari-hari. Ketegasan Umar bin Khattab dalam menegakkan keadilan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz dalam membangun masyarakat madani adalah potret sempurna pendidikan berbasis nilai.

 

Literasi Sejarah Islam sebagai Sumber Pembelajaran

Pembelajaran sejarah Islam dapat diperkaya dengan kisah-kisah keteladanan tokoh Islam yang inspiratif agar nilai-nilainya lebih mudah diresapi oleh peserta didik. Buku The Glory Story of Two Umars menjadi contoh bagaimana kisah-kisah sahabat Nabi dan tokoh Islam dapat menjadi bahan ajar yang menggugah kesadaran moral dan spiritual peserta didik. Melalui narasi biografi yang menyentuh, nilai-nilai ibadah, akhlak, dan kepemimpinan dapat diajarkan secara kontekstual dan menyenangkan.

Pendidikan yang hanya menekankan kognisi tanpa membentuk hati akan melahirkan generasi yang cerdas tetapi kehilangan arah. Maka, saatnya lembaga pendidikan menjadikan literatur sejarah Islam sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan karakter.

 

Penutup: Menjadi “Umar” di Era Modern

Dua Umar adalah dua cermin kepemimpinan ideal dalam Islam. Kita mungkin tidak bisa menjadi mereka, tapi kita bisa belajar dari mereka dalam cara mendidik, memimpin, bersikap, dan hidup. Dunia pendidikan hari ini membutuhkan lebih banyak guru dan pemimpin yang seperti Umar: berani, adil, jujur, dan peduli.

Dengan menjadikan nilai-nilai pendidikan Islam sebagai landasan, bukan hanya kurikulum kita yang akan berubah, tetapi generasi kita juga akan tumbuh lebih berintegritas. Dan itu adalah investasi terbesar untuk masa depan umat.

Iklan Guest Post

Welcome Back!

Login to your account below

Create New Account!

Fill the forms below to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.