Sejak awal memilih jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan, saya menyadari bahwa ini bukan sekadar studi tentang bahasa. Ia adalah pilihan jalan hidup. Bahasa Arab bukan hanya alat komunikasi, tetapi jendela menuju khazanah ilmu Islam, budaya, dan warisan intelektual yang sangat luas. Namun di balik itu semua, saya juga paham satu hal: tak semua orang langsung jatuh cinta pada Bahasa Arab.
Setelah lulus dan terjun langsung sebagai pengajar di MTs Hasyim Asy’ari Kedung Megarih, Kembangbahu, saya menemukan fakta lapangan yang tidak bisa diabaikan: sebagian siswa menganggap Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang “berat”, “membingungkan”, atau bahkan “menakutkan”. Ini tantangan yang nyata bagi saya sebagai pengajar, sekaligus peluang untuk mengubah stigma itu.
Saya percaya bahwa cara menyampaikan pelajaran memiliki pengaruh besar terhadap minat belajar siswa. Karena itu, saya mulai menyusun pendekatan yang berbeda. Bukan dengan menghapus sisi akademiknya, tetapi dengan mengemasnya menjadi lebih fun, humanis, dan kontekstual.
Di ruang kelas, saya mencoba menghadirkan suasana yang tidak kaku. Misalnya, saya selipkan game bahasa Arab, nyanyian mufrodat, atau mini drama berbahasa Arab. Sesekali saya ajak siswa membuat vlog pendek dengan bahasa Arab sederhana, yang kemudian kami tonton bersama dan evaluasi sambil tertawa. Ternyata, bukan hanya siswa yang menikmati—saya pun merasa pembelajaran ini menjadi lebih hidup.
Dunia hari ini tidak bisa dilepaskan dari media sosial dan konten digital. Banyak guru mungkin merasa bahwa “berkonten” itu bukan wilayah mereka. Tapi bagi saya, konten edukatif adalah perpanjangan tangan dari ruang kelas. Saya mulai mendokumentasikan sebagian aktivitas pembelajaran: saat siswa latihan muhadatsah, saat mereka menyusun kalimat, atau ketika mereka memperagakan perkenalan diri dengan Bahasa Arab.
Tentu semuanya saya lakukan dengan izin dan pendekatan etis. Tapi dari situ saya belajar, bahwa mengajar dan berkonten bukan hal yang bertentangan. Bahkan sebaliknya, ini bisa menjadi bentuk apresiasi terhadap proses belajar siswa, sekaligus memotivasi mereka untuk lebih percaya diri dalam berbahasa.
Mengajarkan Bahasa Arab bukan sekadar menyampaikan nahwu dan sharaf. Ia adalah proses menanamkan makna, kecintaan terhadap ilmu, dan semangat memahami Al-Qur’an serta tradisi Islam. Maka menjadi guru Bahasa Arab, menurut saya, bukan hanya tugas profesi, tetapi bentuk kontribusi intelektual dan spiritual bagi generasi muda.
Saya bersyukur menjadi bagian dari proses itu. Di balik tantangan dan dinamika kelas, selalu ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat siswa yang tadinya bingung akhirnya bisa memahami arti kalimat, menyusun ucapan, bahkan menyampaikan salam dan doa dalam Bahasa Arab dengan percaya diri.
Sebagai alumni pesantren yang kini berada di ruang pendidikan formal, saya belajar bahwa profesionalisme bukan hanya soal metode atau manajemen kelas. Profesionalisme seorang guru juga terletak pada ketulusan untuk memahami muridnya, kesediaan untuk terus belajar, dan kemampuan beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan akar nilai.
Saya terus mengembangkan kompetensi, mengikuti pelatihan guru, dan mencoba menyelaraskan pendekatan pembelajaran dengan kebutuhan siswa masa kini. Karena saya percaya, guru yang baik bukan yang paling tahu, tapi yang paling mau bertumbuh bersama siswanya.
Di tengah dunia yang semakin kompleks, Bahasa Arab tetap relevan. Ia bukan hanya bahasa agama, tetapi juga bahasa diplomasi, perdagangan, dan akademik global. Karena itu, menjadikan Bahasa Arab sebagai pelajaran yang dicintai adalah investasi untuk masa depan.
Dan bagi saya pribadi, menjadi pengajar Bahasa Arab adalah karier yang membahagiakan. Saya tidak hanya mengajar huruf dan kosakata, tapi saya turut membentuk keberanian, karakter, dan jati diri siswa. Dan ketika semua itu bisa dibagikan dalam bentuk konten edukatif, saya yakin, kita sedang membuktikan bahwa bahasa yang tampak rumit pun bisa diajarkan dengan cinta, humor, dan kebersamaan.
Oleh: [Alif Kafa Thoyyibah]
Alumni S1 Pendidikan Bahasa Arab – Institut Pesantren Sunan Drajat | Pengajar Bahasa Arab di MTs Hasyim Asy’ari Kedung Megarih, Lamongan