Seminar Nasional Linguistik Indonesia (SENALA) UPN Veteran Jawa Timur tak hanya menjadi ajang presentasi hasil riset, tetapi juga medan dialog strategis untuk menyongsong era transformasi linguistik digital. Dengan tema besar “Transformasi Linguistik Digital di Era Big Data”, sesi paralel yang digelar selama dua hari (2 – 3 Oktober 2025) via ruang virtual ini menyajikan keberagaman isu dan pendekatan—dari korpus digital, literasi media, dakwah daring, hingga evolusi meme dan humor digital.
Tercatat lebih dari 90 pemakalah terbagi dalam 6 ruang virtual mempresentasikan hasil penelitiannya. Beberapa topik yang menyita perhatian publik dan peserta antara lain kajian inkonsistensi bahasa ujaran Google Maps, representasi emoji dalam kolom komentar TikTok, analisis pragmatik ujaran sarkastik di media sosial, serta pemeliharaan bahasa daerah lewat teknologi digital.
Salah satu pemateri dari sesi paralel Ruang Virtual 1, Muhammad Hasyimsyah Batubara, menyoroti pentingnya pengembangan kamus digital Mandailing sebagai bentuk pelestarian bahasa minoritas. Sementara itu, di Ruang Virtual 2, Fajriani Fitri membedah bagaimana slang politik menjelma menjadi alat ekspresi dan perlawanan di platform YouTube.

Tak kalah menarik, Krismonika Khoirunnisa bersama timnya dalam presentasi bertajuk “Inkonsistensi Bahasa Ujaran Navigasi Google Maps: Benarkah AI Belum Sepenuhnya Memahami Bahasa Manusia?” mempertanyakan kemampuan kecerdasan buatan dalam memahami konteks linguistik Indonesia. Data observasional mereka menunjukkan adanya perbedaan struktur perintah suara Google Maps dalam beberapa situasi berkendara, yang memicu kesalahan navigasi dan membuktikan pentingnya kearifan lokal dalam desain AI berbahasa.
Ketua Program Studi Linguistik Indonesia Dr. Endang Sholihatin, M.Pd. dalam keterangannya menyampaikan apresiasinya atas antusiasme pemakalah dan peserta. “SENALA kali ini menunjukkan bahwa linguistik bukan ilmu menara gading. Ia hidup berdampingan dengan realitas digital kita hari ini, dan kontribusi para peserta membuktikan bahwa bahasa adalah instrumen kritis membangun peradaban,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana SENALA #2, Dewi Puspa Arum, M.Pd., menegaskan bahwa seminar ini bukan hanya ajang akademik, tetapi juga wadah kolaborasi dan penguatan jejaring peneliti muda. “Antusiasme peserta sangat luar biasa, baik dari kalangan mahasiswa, dosen, hingga peneliti lintas daerah. Harapan kami, hasil seminar ini dapat diproses dalam prosiding dan turut memberi warna dalam wacana linguistik Indonesia yang lebih progresif dan digital-aware,” ujarnya.
Sesi paralel ditutup dengan sesi diskusi masing-masing ruang, pemberian penghargaan Best Presenter, serta pengarahan teknis terkait prosiding. Peserta kemudian kembali ke main room dengan semangat baru: menjadikan linguistik sebagai arena transformasi sosial, budaya, dan teknologi.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”