Plastik mungkin benda paling akrab dalam kehidupan kita. Hampir setiap hari kita menggunakannya kantong belanja, botol minum, pembungkus makanan, sedotan, dan masih banyak lagi. Semuanya terasa ringan dan praktis, tapi pernahkah kita berpikir ke mana plastik-plastik itu pergi setelah dibuang?
Fakta yang jarang disadari, plastik yang kita gunakan hari ini tidak akan hilang begitu saja. Ia bisa bertahan ratusan tahun di alam. Mungkin plastik bungkus makanan yang kita buang pagi ini masih akan ada di bumi ketika cucu kita lahir kelak.
Plastik memang kecil dan tampak sepele, tapi dampaknya luar biasa besar baik bagi lingkungan, kesehatan, maupun kehidupan manusia.
Fakta dan Realita yang Tak Terbantahkan
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) , Indonesia menghasilkan lebih dari 68 juta ton sampah setiap tahun , dan sekitar 17 persen di antaranya adalah sampah plastik. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Lebih memprihatinkan lagi, satu kantong plastik bisa bertahan antara 10 hingga 1.000 tahun untuk terurai. Sementara botol plastik air mineral memerlukan waktu hingga 450 tahun untuk hancur sepenuhnya. Artinya, semua plastik yang kita buang selama hidup kita akan tetap ada di bumi bahkan setelah kita tiada.
Lingkungan yang Kian Tersedak Plastik
Laut, sungai, dan pesisir kini menjadi korban terbesar dari sampah plastik. Hewan laut seperti penyu, paus, dan burung seringkali mengira plastik sebagai makanan. Data World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan, lebih dari 100.000 mamalia laut dan jutaan burung mati setiap tahun karena menelan atau terjerat plastik.
Di daratan, tumpukan plastik menutupi saluran air dan memicu banjir saat hujan. Ketika dibakar, plastik menghasilkan asap beracun yang mencemari udara dan berisiko menyebabkan gangguan pernapasan.
Jika dibiarkan, bumi kita akan menjadi planet penuh plastik indah dari luar, tapi sekarat di dalam.
Mikroplastik: Racun yang Tak Terlihat
Bahaya plastik tidak berhenti di tempat pembuangan. Saat plastik terurai, ia menghasilkan mikroplastik , partikel kecil yang tak kasat mata. Mikroplastik kini telah ditemukan dalam air minum, garam laut, bahkan dalam darah manusia.
Penelitian internasional menunjukkan, rata-rata manusia menelan sekitar 5 gram mikroplastik setiap minggu setara dengan satu kartu kredit! Dampaknya bukan main: mengganggu sistem hormon, menurunkan fungsi organ, bahkan berpotensi memicu kanker.
Bayangkan, sesuatu yang dulu kita anggap “praktis” kini justru perlahan mengancam tubuh kita sendiri.
Dampak Ekonomi dan Sosial: Bukan Sekadar Sampah
Masalah sampah plastik juga menimbulkan beban besar bagi pemerintah dan masyarakat. Biaya penanganan sampah terus meningkat setiap tahun. Selain itu, tumpukan sampah di pantai dan sungai menurunkan nilai pariwisata, merugikan nelayan, dan mencoreng citra daerah wisata.
Secara sosial, kebiasaan membuang sampah sembarangan mencerminkan rendahnya kesadaran kolektif masyarakat. Padahal, perubahan besar justru dimulai dari langkah-langkah kecil: menolak plastik sekali pakai, membawa tas kain, dan memilah sampah di rumah.
Mencari Solusi: Dari Kebijakan hingga Kesadaran Diri
Pemerintah di beberapa daerah seperti Bali dan Banjarmasin telah melarang penggunaan plastik sekali pakai di pusat perbelanjaan. Kebijakan ini menjadi langkah awal yang patut diapresiasi. Namun, solusi tak akan berarti tanpa dukungan masyarakat.
Gerakan Zero Waste kini semakin populer, terutama di kalangan muda. Banyak komunitas yang mulai menggalakkan penggunaan tumbler, sedotan stainless, hingga kampanye “bawa kantong belanja sendiri”. Tak kalah penting, inovasi terus bermunculan mulai dari plastik ramah lingkungan berbahan singkong hingga proyek daur ulang kreatif yang menghasilkan produk bernilai ekonomi.
Kita semua punya peran. Satu tindakan kecil yang dilakukan berjuta orang bisa membawa perubahan besar bagi bumi.
Penutup: Mari Jadi Pelita Kecil untuk Bumi
Sampah plastik memang kecil, tapi dampaknya sangat besar. Ia mencemari laut, mencederai hewan, meracuni tanah, bahkan masuk ke tubuh manusia. Namun, di balik ancaman itu selalu ada harapan selama masih ada orang-orang yang peduli.
Mulailah dari diri sendiri. Kurangi plastik sekali pakai, biasakan membawa wadah sendiri, dan ajak orang sekitar untuk ikut peduli. Karena masa depan bumi ditentukan bukan oleh siapa yang paling pintar, tetapi oleh siapa yang paling peduli.
Menjadi pelita kecil bagi bumi bukanlah hal sulit. Cukup dengan kesadaran, tindakan nyata, dan semangat literasi kita bisa menyelamatkan masa depan. Mari jaga bumi kita, sebelum bumi yang menjaga kita menyerah.
Oleh: Dimaresa Amelia, Esti Susiloningsih, Dwi Cahaya Nurani, Palembang, Sumsel, 2025
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”