Bencana banjir bandang kembali mengguncang Nusa Tenggara Timur, kali ini melanda Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo pada Senin (8/9/2025) sore. Derasnya aliran sungai membuat pemukiman warga luluh lantak, menelan korban jiwa, serta melumpuhkan akses vital masyarakat. Data awal menyebutkan tiga orang dari satu keluarga meninggal dunia setelah terjebak di pondok pinggiran Kali Malasawu, sementara beberapa orang lain masih dinyatakan hilang. Duka semakin terasa ketika jenazah korban harus dievakuasi secara manual oleh warga karena akses jalan terputus akibat tiga jembatan yang hanyut terbawa arus.
Peristiwa memilukan ini menyingkap rapuhnya infrastruktur di daerah rawan bencana. Di tengah situasi darurat, warga hanya mampu membangun jembatan sementara dari bambu dan kayu agar setidaknya bisa melintas dengan berjalan kaki. Namun, solusi seadanya ini jelas tidak cukup untuk menjamin kelancaran distribusi bantuan dan mobilitas warga. Ironisnya, keterlambatan kehadiran BPBD di lokasi membuat upaya awal lebih banyak ditanggung oleh warga bersama aparat desa, padahal wilayah Flores sudah dikenal rentan dengan banjir bandang hampir setiap musim hujan. Hal ini menegaskan bahwa sistem mitigasi, jalur evakuasi, dan infrastruktur dasar belum disiapkan secara maksimal.
Hingga Rabu (10/9/2025), jumlah korban jiwa tercatat mencapai sepuluh orang yang tersebar di beberapa desa terdampak, sementara proses pencarian masih terkendala cuaca ekstrem. Tim SAR gabungan memang telah dikerahkan, namun keterbatasan akses membuat upaya penyelamatan berlangsung lamban. Situasi ini menjadi potret nyata bagaimana warga berada dalam posisi paling rentan setiap kali bencana datang, tanpa jaminan perlindungan yang memadai dari negara.
Tragedi di Nagekeo harus dipandang sebagai peringatan serius bagi pemerintah pusat maupun daerah. Mitigasi bencana bukan lagi pilihan tambahan, melainkan kebutuhan utama yang harus segera diwujudkan. Infrastruktur permanen seperti jembatan yang kokoh, sistem peringatan dini yang efektif, dan respon cepat dari aparat berwenang harus diprioritaskan agar nyawa warga tidak terus menjadi taruhan setiap musim hujan tiba. Duka di Nagekeo semestinya menjadi alarm keras bagi semua pihak untuk tidak lagi menunda langkah konkret dalam membangun kesiapsiagaan bencana yang berkelanjutan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”