Sekolah sering digambarkan sebagai ruang kelas yang dipenuhi meja, kursi, dan papan tulis. Namun, belajar sejatinya tidak harus selalu berlangsung di dalam ruangan tertutup. Alam terbuka bisa menjadi ruang belajar yang luas sekaligus penuh makna.
Bagi anak sekolah dasar (SD), pengalaman belajar langsung dari lingkungan sekitar tidak hanya menambah variasi kegiatan, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu, kepedulian, serta kemampuan berpikir kritis sejak dini.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak kini lebih akrab dengan gawai dibandingkan dengan alam. Mereka memahami cara kerja aplikasi di ponsel, tetapi sering kali asing dengan proses alami seperti bagaimana bunga mekar atau kupu-kupu bermetamorfosis. Padahal, keterhubungan dengan alam memiliki peran besar dalam tumbuh kembang anak, baik secara kognitif maupun emosional. Lalu, mengapa pembelajaran berbasis lingkungan penting bagi anak SD, dan apa manfaat yang sebenarnya bisa mereka dapatkan?
Pembelajaran Hidup dari Alam Sekitar
Pembelajaran berbasis lingkungan merupakan pendekatan pendidikan yang menjadikan alam sekitar sebagai sumber sekaligus media belajar. Lingkungan tidak hanya berfungsi sebagai latar, tetapi juga ruang praktik yang nyata.
Guru dapat mengajak siswa mengamati siklus hidup serangga di taman sekolah, menghitung tinggi pohon untuk mengenalkan konsep matematika, atau mengenali bentuk awan saat mempelajari cuaca. Dalam situasi ini, anak tidak hanya mendengar penjelasan, tetapi juga melihat, merasakan, dan mengalami langsung — membuat konsep pembelajaran lebih melekat dalam ingatan.
Penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 10 Lampung (2017) menunjukkan bahwa penerapan outdoor study dalam pembelajaran matematika mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa hingga 20 persen. Temuan serupa di SD Muhammadiyah 01 Medan (2023) juga membuktikan bahwa belajar di luar kelas meningkatkan kecerdasan spasial dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini menegaskan bahwa interaksi langsung dengan alam membuat anak lebih antusias dan mudah memahami konsep pelajaran.
Menumbuhkan Karakter dan Kepedulian Sosial
Belajar di alam tidak hanya berdampak pada peningkatan akademis. Anak-anak yang terbiasa berinteraksi dengan lingkungan cenderung memiliki rasa peduli dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi.
Aktivitas sederhana seperti menanam pohon, membersihkan halaman sekolah, atau membuat proyek daur ulang dapat menumbuhkan empati dan kesadaran lingkungan. Nilai-nilai karakter seperti kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab tumbuh alami melalui pengalaman tersebut.
Dampak Nyata bagi Anak SD
Selain memperkuat pemahaman konsep, belajar di luar kelas juga meningkatkan kebugaran fisik dan semangat belajar anak. Mereka lebih aktif bergerak, berinteraksi dengan teman, dan belajar sambil bermain.
Penelitian Richard Louv dalam Last Child in the Woods (2008) menunjukkan bahwa anak yang dekat dengan alam memiliki daya fokus lebih baik, lebih kreatif, dan sehat secara emosional. Sejalan dengan hal ini, Kemendikbudristek melalui Program Profil Pelajar Pancasila mendorong pembelajaran kontekstual berbasis pengalaman langsung — mengajak siswa mengenal dan menjaga lingkungan sekitar sebagai bentuk karakter peduli dan berkelanjutan.
Saatnya Sekolah Lebih Terbuka pada Alam
Belajar di alam terbuka bukan sekadar alternatif, melainkan kebutuhan pembelajaran abad ke-21. Anak SD membutuhkan ruang untuk bereksplorasi, menemukan hal baru, dan membangun keterhubungan dengan lingkungan sekitar. Alam menyediakan semua itu secara alami dan tanpa batas — asalkan guru dan sekolah mau menjadikannya bagian dari strategi belajar.
Sudah saatnya sekolah-sekolah di Indonesia memberi ruang lebih besar bagi pembelajaran di luar kelas. Tidak semua materi harus diajarkan di alam, tetapi memadukan pembelajaran formal dengan pengalaman nyata akan membuat pendidikan lebih hidup dan bermakna. Dengan cara ini, anak-anak tumbuh tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli, kreatif, dan siap menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”