Jawa Tengah adalah salah satu Provinsi yang masih kental akan adat, budaya, dan keagamaannya. Masih banyak kita jumpai ritual keagamaan seperti pengajian umum, tahlilan, ziarah kubur dan lain lain. Kegiatan sosial yang diadakan dengan dasar keagamaan juga beragam, seperti les mengaji, santtunan anak yatim, bahkan organisasi masyarakat dari suatu agama tertentu juga ada.
Kegiatan belajar agama disisni tak hanya bias dapat dari sekolah formal saja, belajar secara non formal juga banyak kita jumpai, khususnya di kota Kendal, yang juga mempunyai kaliwungu sebagai kota santri. Tak hanya pondok pesantren saja, di Kendal juga banyak anak anak yang belajar mengenal Al-Qur’an di rumah salah satu dari pemuka agama di desa yang mereka tinggali. Biasanya kegiatan belajar mengajae ini di lakukan diantara waktu sholat maghrib dan isya’. Mereka akan berangkat sholat maghrib, kemudian mengaji di mushola atau di kediaman guru mengaji mereka sembari menunggu waktu sholat isya’ tiba.
Satu desa biasanya memiliki lebih dari satu tempat untuk belajar mengaji. Seperti di desa Kadilangu kecamatan Kangkung, disini terdapat sekitar empat tempat untuk belajar mengaji. Salah satunya yang berada di tengah desa, yaitu kediaman bapak Thoifur dan ibu Siti muksodah. Anak anak laki laki akan di ajar oleh bapak Thoifur, atau orang orang biasa memanggil beliau pak Pur dan anak anak perempuan di ajar oleh ibu Muksodah atau yang akrab dipanggil dengan nama bu Muk.
Anak anak yang mengaji di sini berusia sekitar 5-15 tahun, ada yang masih belajar mengenal huruf hijaiyah, ada juga yang sudah lancer membaca Al-Qur’an. Kegiatan mengaji disini tak hanya belajar membaca Al-Qur’an, namun anak anak juga diajari tatacara sholat, dengan keterangan dan juga praktik di setiap hari selasa bersama bu Muk di mushola depan kediaman beliau, sedangkan pak Pur mengajar remaja dari organisasi PR IPNU-IPPNU desa Kadilangu dengan materi dari kitab kuning di uang tamu rumah.
Menurut keterangan dari bu Muk kegiatan mengajar mengaji di rumah beliau sudah turun menurun sejak bertahun tahun yang lalu dan akan terus di wariskan ke generasi yang akan dating. Warga di sekitar merasa terbantu akan adanya kegiatan mengaji di desa, anak anak jadi memiliki sarana untuk belajar, dan kegiatan bermanfaat untuk mengisi waktu luang.