Jakarta — Semangat kesetaraan gender mengalir hangat dalam diskusi interaktif antara para Duta Maritim Indonesiadan Mega Anastasya Diska Mokoginta, aktivis muda yang dikenal sebagai pejuang pemberdayaan perempuan pesisir. Pertemuan ini menjadi ruang berbagi pengalaman dan gagasan tentang bagaimana kesetaraan gender dapat menjadi motor penggerak kemajuan sektor kemaritiman Indonesia.
Kak Mega, sapaan akrabnya, membuka pembicaraan dengan menegaskan bahwa perempuan di wilayah pesisir memegang peran strategis yang kerap luput dari sorotan. Dari membantu suami melaut, mengolah hasil tangkapan, hingga mengelola usaha kecil berbasis laut, kontribusi mereka nyata namun sering tidak tercatat dalam data resmi.
“Kesetaraan gender bukan hanya soal hak yang sama, tetapi memastikan bahwa perempuan memiliki peluang, fasilitas, dan dukungan untuk berkembang. Di sektor kelautan, ini berarti memberi akses pelatihan, modal usaha, dan ruang untuk berinovasi,” ujar Mega penuh keyakinan.
Para Duta Maritim Indonesia turut menyampaikan pandangan dan pengalaman mereka dari berbagai daerah. Ada yang bercerita tentang ibu-ibu nelayan yang sukses mengembangkan usaha olahan ikan, ada pula yang mengangkat isu sulitnya perempuan pesisir mengakses pendidikan tinggi karena faktor ekonomi dan budaya.
Diskusi berjalan dinamis, dengan banyak gagasan segar lahir dari kolaborasi lintas generasi ini. Mega mendorong Duta Maritim untuk menjadi agen perubahan di daerah masing-masing, menginisiasi program pemberdayaan yang melibatkan perempuan dan laki-laki secara setara.
Pertemuan ini ditutup dengan komitmen bersama untuk terus menggaungkan pentingnya kesetaraan gender, tidak hanya sebagai isu sosial, tetapi juga sebagai strategi pembangunan maritim yang inklusif dan berkelanjutan. Kak Mega menutup sesi dengan pesan inspiratif: “Jika laut adalah masa depan kita, maka perempuan dan laki-laki harus menjadi nakhoda bersama di kapal yang sama.”