Di tengah krisis moral, disorientasi nilai, dan tantangan globalisasi yang semakin kompleks, sistem pendidikan Indonesia dituntut tidak hanya mencetak generasi cerdas secara intelektual, tetapi juga unggul secara spiritual dan moral. Sayangnya, pendidikan formal saat ini kerap terjebak dalam orientasi nilai akademik semata, melupakan urgensi penanaman akhlak mulia. Di sinilah pendidikan Islam memegang peranan krusial sebagai penjaga nilai, pembentuk karakter, dan pemandu kehidupan.
Pendidikan Islam bukan sekadar mata pelajaran di sekolah. Ia merupakan proses yang utuh dan menyeluruh dalam membentuk manusia seutuhnya insan kamil yang tidak hanya menguasai ilmu, tetapi juga memiliki kesadaran ketuhanan dan tanggung jawab sosial.
Pertama, pendidikan Islam mengintegrasikan aspek spiritual (tauhid), intelektual (‘ilm), dan moral (‘amal). Hal ini tidak ditemukan secara utuh dalam sistem pendidikan sekuler. Dengan membiasakan peserta didik pada nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kesederhanaan, pendidikan Islam menjadi benteng kuat dari dekadensi moral yang kini mengancam generasi muda.
Kedua, pendidikan Islam relevan untuk menjawab tantangan era disrupsi. Di tengah gempuran teknologi dan derasnya arus informasi, peserta didik rentan kehilangan arah. Dengan pendidikan Islam yang menanamkan nilai-nilai etika digital, tanggung jawab sosial, serta ajaran rahmatan lil ‘alamin, generasi masa depan tidak hanya melek teknologi, tetapi juga bijak menggunakannya.
Ketiga, pendidikan Islam menempatkan guru sebagai sosok teladan, bukan sekadar penyampai materi. Dalam sistem ini, proses mendidik tidak hanya terjadi di kelas, melainkan dalam setiap interaksi yang sarat nilai keteladanan dan kasih sayang. Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa beliau diutus “untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Pendidikan Islam merupakan jalan strategis untuk membentuk generasi berkarakter, berilmu, dan bertakwa. Di era yang penuh ketidakpastian ini, membumikan kembali nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan bukanlah pilihan, tetapi sebuah keharusan. Pemerintah, pendidik, dan masyarakat harus bersinergi mewujudkan sistem pendidikan Islam yang kontekstual, humanis, dan solutif. Dengan demikian, masa depan bangsa akan lahir dari rahim pendidikan yang tak hanya mencerdaskan, tetapi juga menyejukkan.