UHAMKA, Jakarta – Pertemuan kelima diawali dengan eksplorasi konsep Love Language sebagai bagian dari pengembangan kesadaran interpersonal. Siswa diminta mengidentifikasi Bahasa Cinta diri mereka sendiri dan teman sekelasnya, diikuti dengan sesi berbagi pengalaman oleh siswa yang memiliki teman dekat laki-laki. Aktivitas ini bertujuan memperkuat dinamika kelompok serta pemahaman akan kebutuhan emosional dalam hubungan akademik. Dalam pertemuan ini mengajarkan siswa untuk aktif. Mahasiswa juga di ajukan untuk berpikir kritis dan di asah retorikanya. Dalam sebuah pertemuan akademik yang berlangsung dinamis, para peserta terlibat dalam debat terbuka bertajuk “Studi Kasus Ekonomi Kreatif di Indonesia dan Dunia.” Kegiatan ini menjadi sorotan utama karena mengangkat isu strategis mengenai peran ekonomi kreatif sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi global, yang sekaligus menimbulkan tantangan di era disrupsi. Debat ini melibatkan 25 peserta, terdiri dari 14 peserta yang berpihak pada argumen pro dan 11 peserta yang menyuarakan argumen kontra. Kelompok kedua menyampaikan pandangan kritis terhadap sejauh mana mana ekonomi kreatif mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional.
Beberapa poin penting yang dibahas di dalamnya mencakup tiga aspek utama, yaitu dampak ekonomi kreatif terhadap ketahanan nasional, pertandingan kebijakan antara Indonesia dengan negara lain dalam mendukung sektor kreatif, serta tantangan penerapan kebijakan tersebut baik di tingkat lokal maupun global. Argumen yang mendasarinya memuat banyak referensi pada literatur akademik, seperti buku The Creative Economy : How People Make Money from Ideas karya John Howkins dan jurnal penelitian dari UNCTAD yang menegaskan bahwa ekonomi kreatif bukan hanya sektor potensial, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah tinggi dan membuka lapangan kerja luas, terutama di tengah krisis ekonomi.
Untuk memperkuat argumentasi, para peserta menghadirkan contoh kasus aktual, seperti keberhasilan Korea Selatan dalam memanfaatkan kreativitas ekonomi melalui gelombang budaya Hallyu dan K-Pop, yang berdampak signifikan terhadap ekspor budaya dan pertumbuhan PDB. Dari dalam negeri, muncul pula pembahasan mengenai ekosistem kreatif di Bandung dan Yogyakarta yang telah berkembang sebagai pusat desain dan seni, namun masih menghadapi kendala dalam hal regulasi, akses permodalan, dan Infrastruktur digital.
Sebagai hasil dari diskusi ini, para peserta menyusun beberapa rekomendasi kebijakan yang dianggap penting, di antaranya adalah perlunya peningkatan investasi negara dalam pendidikan berbasis kreativitas, perbaikan kebijakan hak kekayaan intelektual, serta penguatan kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan komunitas lokal. Rekomendasi ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan. Pertemuan ini menjadi bagian dari pendekatan pembelajaran student-centered learning, yang ketegangan rata-rata kolaborasi, berpikir kritis, serta keterlibatan aktif siswa dalam memahami isu-isu global secara analitis. Tugas pada pertemuan selanjutnya akan mengintegrasikan kesadaran lingkungan dengan analisis ekonomi kreatif, selaras dengan visi pembangunan berkelanjutan yang kini menjadi prioritas global. Oleh karena itu, kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah akademik, tetapi juga sarana untuk menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap masa depan ekonomi dan lingkungan.
Yuk, Daftar Jadi Mahasiswa Baru!
Bercakapan, dan rasakan pengalaman kuliah yang tidak biasa.
Kunjungi info dibawah ini untuk lebih lanjut :
https://www.instagram.com/pendidikanekonomi_uhamka?igsh=eTIfcnVpdmY3cGjk
Ditulis oleh :
Kelompok Kriya
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Kreatif :
Dr. Camelia Safitri, M.Pd
atau
Ingin mengenal lebih lanjut bisa kunjungi web dibawah ini : https://scholar.google.com/citations?user=As6EaHgAAAAJ&hl=en
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
27 APRIL 2025