• Hubungi Redaksi
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Leaderboard apa apa
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Sorot

Harga Hijau yang Mahal: Krisis Sosial dan Ekologis Akibat Tambang Nikel

Redaksi by Redaksi
6 June 2025
in Sorot
A A
0
IMG 20250606 WA0031
851
SHARES
1.2k
VIEWS

Peralihan global menuju energi hijau menjadi narasi utama dalam menghadapi krisis iklim. Salah satu pilar utamanya adalah kendaraan listrik, yang sangat bergantung pada nikel sebagai bahan baku utama baterai. Indonesia, khususnya Sulawesi, memiliki cadangan nikel yang melimpah, menjadikannya lokasi strategis bagi investasi pertambangan nikel berskala besar. Namun, di balik kontribusi terhadap energi terbarukan dunia, aktivitas tambang nikel di Sulawesi menyisakan dampak serius bagi lingkungan dan masyarakat lokal. Deforestasi, pencemaran air dan tanah, degradasi ekosistem pesisir, serta konflik lahan dengan masyarakat adat dan petani menjadi konsekuensi nyata dari ekspansi pertambangan ini. Ironisnya, dalam upaya mendukung transisi energi global yang “hijau”, wilayah penghasil justru menanggung beban ekologis dan sosial yang besar. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang keadilan ekologi dan distribusi manfaat serta dampak pembangunan. Apakah transisi energi yang dicanangkan benar-benar berkelanjutan jika mengorbankan wilayah-wilayah rentan seperti Sulawesi?

Hijau di Atas Kertas, Merah di Bumi: Luka Ekologis Sulawesi di Balik Tambang Nikel

Pertambangan nikel di Sulawesi membawa dampak ekologis yang sangat signifikan dan bersifat merusak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wilayah Sulawesi, yang dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia, kini mengalami tekanan lingkungan yang luar biasa akibat ekspansi tambang yang agresif. Aktivitas pembukaan lahan tambang menyebabkan kerusakan hutan dalam skala luas, mengakibatkan deforestasi yang tidak hanya menghancurkan habitat alami tetapi juga merusak keseimbangan ekologis yang telah terjaga selama berabad-abad. Selain itu, proses penambangan menyebabkan pencemaran air secara masif. Limbah tambang yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya mencemari sungai dan laut di sekitarnya. Sedimentasi akibat penggundulan lahan juga menurunkan kualitas air dan mengganggu ekosistem perairan, termasuk merusak terumbu karang yang berada di kawasan pesisir. Banyak komunitas pesisir yang sebelumnya menggantungkan hidup dari laut kini mengalami penurunan hasil tangkapan ikan karena degradasi ekosistem laut yang parah. Kerusakan ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga berdampak sistemik terhadap stabilitas iklim regional. Hilangnya tutupan hutan mengurangi kemampuan wilayah tersebut dalam menyerap karbon, yang ironisnya berbanding terbalik dengan tujuan energi hijau global yang menginginkan pengurangan emisi. Maka, aktivitas tambang nikel di Sulawesi pada dasarnya telah menimbulkan kerusakan ekologis yang luas dan mengikis daya dukung lingkungan secara drastis.

Baca Juga

SEMMI

Kongres SEMMI SII di bubarkan

16 June 2025
dims.apnews 1

Negara Israel Meluncurkan Serangan Terhadap Iran

15 June 2025
IMG 20250501 WA0005

Aktivis Sumsel Irfan Nazori Soroti Carut Marut Dunia Pendidikan Palembang, Desak Wali Kota Ambil Tindakan Tegas

14 June 2025
SURABAYA, INDONESIA - MARCH 24: Activists clash with Indonesian Police officers during a protest against the military law revision on March 24, 2025 in Surabaya, Indonesia. On March 20, Indonesia's House of Representatives passed a revision to military law, allowing military officers to serve in more government posts and take up civilian positions without resigning from the Indonesian National Armed Forces. This amendment has drawn criticism from civil society groups, who warn it could signal a return to the repressive New Order era under former President Soeharto, when military officers dominated civilian affairs.Critics argue that this change could lead to abuse of power, human rights violations, and political impunity for army personnel, reminiscent of the era under dictator Suharto, who stepped down in 1998. The timing is particularly significant as Indonesia is now led by President Prabowo Subianto, an ex-special forces general and former son-in-law of Suharto, who was inaugurated in October 2024. (Photo by Robertus Pudyanto/Getty Images)

Membungkam Suara Mahasiswa: Antara Demokrasi dan Represi Negara

12 June 2025

Ketimpangan dan Kehilangan Identitas di Wilayah Tambang

Kehadiran tambang nikel di Sulawesi tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga sangat memengaruhi dinamika sosial dan budaya masyarakat setempat. Banyak komunitas lokal, terutama masyarakat adat, mengalami perampasan ruang hidup mereka akibat ekspansi tambang. Lahan-lahan adat yang telah dikelola secara turun-temurun kini berubah menjadi kawasan industri, seringkali tanpa persetujuan atau keterlibatan aktif dari warga. Hal ini memicu konflik lahan yang berkepanjangan, baik antara masyarakat dan perusahaan maupun dengan aparat negara yang kerap berpihak pada kepentingan industri. Secara ekonomi, meskipun tambang membawa investasi dan peluang kerja, distribusi manfaatnya tidak merata. Sebagian besar pekerjaan yang disediakan bersifat kasar dan berupah rendah, sementara posisi manajerial dan pengambilan keputusan dipegang oleh pihak luar. Ketimpangan ini menciptakan kesenjangan sosial antara penduduk lokal dan pendatang, memperlebar jurang kesejahteraan di wilayah tambang. Budaya lokal juga mengalami tekanan besar. Arus masuk tenaga kerja dari luar daerah membawa perubahan sosial yang cepat, menggeser nilai-nilai tradisional dan melemahkan ikatan komunitas. Upacara adat, sistem kepercayaan lokal, serta pengetahuan tradisional tentang pengelolaan alam mulai terpinggirkan, bahkan hilang. Tambang bukan hanya mengubah lanskap fisik, tetapi juga menggerus identitas dan jati diri masyarakat lokal secara perlahan namun pasti.

Lemahnya Regulasi dalam Bayang-bayang Industri

Kebijakan pemerintah dalam mengatur pertambangan nikel sejauh ini masih lebih menekankan pada aspek ekonomi dan pertumbuhan investasi ketimbang keberlanjutan dan keadilan lingkungan. Meskipun telah terdapat kerangka hukum seperti AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, implementasinya di lapangan sangat lemah. Banyak perusahaan tambang yang menjalankan operasi tanpa mematuhi standar lingkungan secara ketat, dan pengawasan dari pemerintah daerah sering kali terbatas karena keterbatasan kapasitas maupun tekanan politik dari investor.

Selain itu, proses perizinan tambang sering kali berlangsung secara tertutup tanpa melibatkan masyarakat yang terdampak secara langsung. Mekanisme partisipatif seperti konsultasi publik hanya dijalankan secara formalitas, bukan sebagai ruang pengambilan keputusan yang bermakna. Hal ini bertentangan dengan prinsip keadilan lingkungan, di mana seharusnya masyarakat memiliki suara dan kontrol atas proyek yang berdampak pada hidup mereka. Perusahaan tambang sering memanfaatkan celah hukum dan lemahnya kontrol pemerintah untuk menghindari kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan. Banyak kasus menunjukkan bahwa reklamasi pasca-tambang tidak dilakukan dengan benar, dan kerusakan lingkungan dibiarkan begitu saja tanpa pemulihan. Akibatnya, beban lingkungan ditanggung oleh masyarakat lokal dan generasi mendatang, sementara keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir elit bisnis dan politik.

Kirim Berita Media Wanita

Hijau untuk Dunia, Gelap untuk Nusantara: Ketimpangan Global di Balik Transisi Energi

Indonesia, khususnya melalui Sulawesi, kini menempati posisi strategis dalam rantai pasok global energi hijau karena cadangan nikelnya yang melimpah. Bahan ini sangat dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi, yang menjadi tulang punggung transisi energi bersih di negara-negara maju. Namun, peran Indonesia dalam rantai ini sebagian besar terbatas pada penyedia bahan mentah, dengan nilai tambah yang dinikmati lebih banyak oleh perusahaan-perusahaan multinasional di luar negeri. Ironisnya, meskipun produk akhir dari bahan tambang ini diklaim sebagai solusi iklim global, proses ekstraksinya justru memperparah krisis lingkungan dan sosial di wilayah penghasil. Negara-negara maju dapat membangun citra “hijau” melalui teknologi bersih mereka, sementara dampak buruk proses hulu ditanggung oleh masyarakat di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ini menciptakan bentuk baru ketimpangan global, di mana beban ekologis dan sosial tidak dibagi secara adil.

Selain itu, belum ada mekanisme internasional yang mengatur atau memastikan bahwa rantai pasok mineral transisi energi berjalan dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan. Ketidaksetaraan ini menunjukkan bahwa transisi energi global saat ini, meskipun disebut “hijau”, sebenarnya masih menyimpan wajah kelam: sebuah sistem yang mengorbankan wilayah-wilayah pinggiran demi menyelamatkan pusat-pusat industri dunia. Dalam konteks ini, tambang nikel di Sulawesi menjadi simbol dari paradoks transisi energi—di mana harga hijau dibayar mahal oleh mereka yang paling rentan.

 

 

 

 

Share340Tweet213Share60Pin77SendShare
Kirim Berita Media Wanita
Previous Post

KUA Menganti Terapkan PMA No. 30 Tahun 2024

Next Post

DPD Partai Golkar Kota Palembang Berkurban Dua Ekor Sapi pada Idul Adha 1446 H

Redaksi

Redaksi

Related Posts

SEMMI

Kongres SEMMI SII di bubarkan

16 June 2025
dims.apnews 1

Negara Israel Meluncurkan Serangan Terhadap Iran

15 June 2025
IMG 20250501 WA0005

Aktivis Sumsel Irfan Nazori Soroti Carut Marut Dunia Pendidikan Palembang, Desak Wali Kota Ambil Tindakan Tegas

14 June 2025
SURABAYA, INDONESIA - MARCH 24: Activists clash with Indonesian Police officers during a protest against the military law revision on March 24, 2025 in Surabaya, Indonesia. On March 20, Indonesia's House of Representatives passed a revision to military law, allowing military officers to serve in more government posts and take up civilian positions without resigning from the Indonesian National Armed Forces. This amendment has drawn criticism from civil society groups, who warn it could signal a return to the repressive New Order era under former President Soeharto, when military officers dominated civilian affairs.Critics argue that this change could lead to abuse of power, human rights violations, and political impunity for army personnel, reminiscent of the era under dictator Suharto, who stepped down in 1998. The timing is particularly significant as Indonesia is now led by President Prabowo Subianto, an ex-special forces general and former son-in-law of Suharto, who was inaugurated in October 2024. (Photo by Robertus Pudyanto/Getty Images)

Membungkam Suara Mahasiswa: Antara Demokrasi dan Represi Negara

12 June 2025
Next Post
IMG 20250607 WA0036

DPD Partai Golkar Kota Palembang Berkurban Dua Ekor Sapi pada Idul Adha 1446 H

PHK

Gelombang PHK dan Pengangguran Muda Masih Membayangi Pasar Kerja

Mahasiswa UBSI melakukan foto bersama Siswa SD Negeri Taman Sukarya 1 selepas kegiatan sosialisai

Waktu Sangat Berharga! Mahasiswa Universitas BSI Gandeng SD Negeri Taman Sukarya 1 dalam Sosialisasi Manajeman Waktu untuk Meningkatkan Produktivitas

Mahasiswa sedang memaparkan materi terkait cinta tanah air.

PROGRAM IMPLEMENTASI RASA CINTA TANAH AIR MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA ANAK ANAK SEKOLAH DASAR

DBD

Mahasiswa Universitas Jember FKIP IPA Gelar Penyuluhan Pencegahan DBD di SMPN 8 Jember

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran Berita menghadirkan berbagai informasi terbaru dan terpercaya.

Follow Us

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan Penggunaan Website
  • Disclaimer

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita