Integritas dan Moralitas Kepala Sekolah SMAN 6 Medan Dipertanyakan Gara-Gara Korupsi Dana Bos
Kadang tuh suka miris banget kalau liat berita tentang dunia pendidikan sekarang. Sekolah yang harusnya jadi tempat belajar soal kejujuran, tanggung jawab, dan moral, malah justru sering jadi tempat munculnya kasus korupsi. Ironi banget, kan? Padahal, sekolah itu kan tempat di mana semua nilai baik harusnya ditanamkan sejak awal. Tapi kenyataannya, orang-orang yang seharusnya jadi panutan di dunia pendidikan malah kadang ikut main curang juga.
Belum lama ini, ramai banget berita soal dugaan korupsi dana BOS di SMAN 6 Medan. Katanya, kepala sekolahnya yang baru menjabat malah ketahuan nyelewengin dana BOS tahun 2022 dan 2023. Bahkan Kejaksaan Belawan sampai nangkep dua kepala sekolah sekaligus karena kasus yang mirip. Salah satunya ya kepala sekolah SMAN 6 Medan itu.
Kalau dipikir-pikir, mungkin dana BOS nggak sebesar kasus korupsi pejabat-pejabat besar di pemerintahan. Tapi buat dunia pendidikan, uang itu tuh penting banget. Dana BOS itu ibarat “nyawa” buat jalannya kegiatan belajar — dipake buat beli buku, alat tulis, bantu murid yang kurang mampu, sampai ngebenerin fasilitas sekolah. Jadi kalau dana kayak gitu disalahgunakan, efeknya gede banget. Nggak cuma uangnya yang ilang, tapi juga kepercayaan masyarakat ke dunia pendidikan ikut runtuh.
Yang paling nyesek sih, pelakunya adalah kepala sekolah. Sosok yang seharusnya jadi contoh buat guru dan murid, malah ngelakuin hal yang nyimpang. Anak-anak tiap hari disuruh jujur, tapi kalau yang nyuruh justru korupsi, gimana mereka bisa percaya sama omongan itu? Semua ajaran soal moral dan kejujuran jadinya kayak teori kosong aja, nggak ada maknanya.
Dampaknya juga nggak berhenti di situ. Nama sekolah jadi ikut jelek, murid sampai malu ngakuin asal sekolahnya, guru-guru pun kena imbasnya padahal mereka nggak salah apa-apa. Ini nunjukin kalau kesalahan satu orang yang punya jabatan tinggi bisa ngejatuhin reputasi banyak orang baik di sekitarnya.
Dari sisi moral, perbuatan kepala sekolah itu bukan cuma nyuri uang, tapi juga bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang seharusnya dia jaga. Padahal, KPK aja udah lama ngenalin sembilan nilai antikorupsi — jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Nilai-nilai itu seharusnya hidup di diri pendidik, apalagi kepala sekolah. Tapi kalau orang yang seharusnya ngajarin justru nggak bisa jadi contoh, ya gimana mau nularin nilai itu ke murid?
Korupsi di dunia pendidikan tuh efeknya lebih dalam dari sekadar uang yang ilang. Karena yang rusak itu bukan cuma sistem, tapi juga moral generasi muda. Anak-anak bisa jadi mikir kalau nyolong atau bohong itu hal biasa, karena mereka liat sendiri yang punya jabatan aja bisa ngelakuin itu. Dari situ, nilai kejujuran bisa pelan-pelan hilang.
Kita sering dengar pemerintah ngomongin reformasi pendidikan, ganti kurikulum, atau sistem belajar yang makin modern. Tapi semua itu nggak ada gunanya kalau orang-orang di dalamnya nggak punya moral. Percuma kurikulumnya bagus kalau pemimpinnya korup. Soalnya, pendidikan sejati itu bukan cuma soal teori, tapi soal keteladanan. Satu orang jujur di posisi penting bisa ngasih pengaruh lebih besar daripada seribu orang yang cuma ngomong soal moral.
Sekolah itu kayak cermin moral bangsa. Kalau cerminnya retak gara-gara keserakahan, pantulannya juga pasti rusak. Gimana mau lahir generasi yang berintegritas kalau tempat mereka belajar aja udah ternoda? Dunia pendidikan butuh pemimpin yang bisa dipercaya, bukan karena jabatan atau gelarnya, tapi karena hatinya bersih dan jujur. Anak-anak belajar bukan cuma dari buku, tapi dari contoh nyata di sekitar mereka. Kalau mereka liat guru dan kepala sekolahnya jujur, disiplin, dan sederhana, mereka pasti ngikut. Tapi kalau yang mereka liat malah korupsi, lama-lama mereka nganggep kejujuran cuma omongan manis tanpa arti. Dan kalau itu kejadian terus, yang rusak bukan cuma sekolah, tapi masa depan bangsa juga.
Makanya, dana BOS itu jangan dianggap cuma bantuan biasa dari pemerintah. Itu amanah yang besar banget. Setiap rupiah di dana itu punya tujuan mulia buat ningkatin kualitas pendidikan. Jadi kalau diselewengin, sama aja kayak ngerampas harapan anak-anak yang pengen sekolah dengan layak.
Pada akhirnya, ukuran pendidikan sejati bukan dari berapa banyak siswa lulus ujian, tapi seberapa kuat karakter dan moral mereka. Dan karakter itu cuma bisa tumbuh kalau pemimpin-pemimpin di dunia pendidikan punya integritas yang nyata. Karena masa depan bangsa dimulai dari sekolah, tapi kalau moral para pemimpinnya udah rusak, ya masa depan itu bisa ikut hancur juga.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”