YOGYAKARTA – Yogyakarta kembali menegaskan dirinya sebagai jantung kreativitas dan kebudayaan Indonesia. Tahun ini, kota pelajar tersebut menjadi tuan rumah bagi peristiwa penting yang menandai babak baru dalam industri fesyen nasional: Jogja Eco Style (JES) 2025, kolaborasi antara Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI), Loman Park Hotel, dan UNESCO.
Ajang yang digelar pada 25–26 Oktober 2025 ini bukan sekadar pergelaran busana, melainkan sebuah gerakan kultural untuk mendorong lahirnya industri fesyen yang ramah lingkungan, beretika, dan berakar pada kearifan lokal.
Menjawab Krisis Global Lewat Benang dan Warna Alam
Dunia fesyen tengah menghadapi sorotan tajam. Industri ini menyumbang 10 persen emisi karbon global, melampaui total emisi gabungan penerbangan dan pelayaran internasional. Di balik gemerlap catwalk, dunia mode masih bergulat dengan limbah tekstil, eksploitasi sumber daya alam, dan budaya konsumsi fast fashion yang semakin tak terkendali

Di Indonesia, fenomena pakaian bekas impor yang menumpuk di TPA menjadi potret nyata krisis yang dihadapi. JES 2025 hadir untuk membalik narasi itu: menjadikan fesyen bukan sumber masalah, tetapi solusi bagi keberlanjutan.
“Threads of Earth”: Fesyen Sebagai Bahasa Ekologis dan Budaya
Mengusung tema “Threads of Earth”, Jogja Eco Style 2025 memadukan estetika, etika, dan ekologi. Ketua Pelaksana Puthut Ardianto menjelaskan, tema ini lahir dari semangat kolaborasi lintas disiplin.
“JES 2025 bukan sekadar pertunjukan mode, melainkan ruang dialog antara alam, budaya, dan manusia. Busana bisa menjadi media refleksi ekologis sekaligus ekspresi budaya,” ujar Puthut.
Dukungan UNESCO sebagai co-organizer menegaskan relevansi global JES 2025 dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di bidang kebudayaan, lingkungan, dan ekonomi kreatif.
Ecoprint dan Slow Fashion: Jejak Kearifan Lokal di Kain Nusantara
Dalam semangat slow fashion, JES 2025 menonjolkan teknik ecoprint—metode pencetakan kain menggunakan daun, bunga, akar, dan pewarna alami tanpa bahan kimia berbahaya. Proses ini menghasilkan motif yang unik dan bernilai seni tinggi, sekaligus memperkecil jejak karbon dan menjaga keberlanjutan alam.
Pembina AEPI Fitriani Kuroda menegaskan bahwa JES bukan sekadar ajang mode, tetapi gerakan budaya.
“Kami ingin menghidupkan kembali hubungan manusia dengan alam melalui kain. Ini bukan tren sesaat, melainkan arah baru industri fesyen yang lebih manusiawi,” ungkapnya.
Fitriani juga mengonfirmasi bahwa JES akan menjadi agenda tahunan di Yogyakarta, memperkuat posisi kota ini sebagai pusat fesyen berkelanjutan di Asia Tenggara.
Kolaborasi Kreatif dan Dukungan Industri Hijau
Jogja Eco Style 2025 digagas oleh tiga tokoh: Handono S. Putro, Puthut Ardianto, dan Fitriani Kuroda, yang berbagi visi menjadikan fesyen sebagai kekuatan perubahan sosial dan ekologis.
Acara ini turut didukung oleh sponsor utama Rumah Celup Indonesia dan Bemberg™, yang berkomitmen menyediakan bahan ramah lingkungan serta fasilitas produksi berkelanjutan bagi para desainer dan fashion creators.
“Kami ingin membuktikan bahwa industri fesyen bisa bertransformasi tanpa kehilangan keindahan dan nilai ekonominya,” ujar Handono S. Putro, Co-Founder JES sekaligus Managing Director Loman Park Hotel.

Rangkaian Acara: Dari Pameran hingga Festival Fesyen Dunia
Selama dua hari, JES 2025 akan menghadirkan rangkaian acara edukatif dan inspiratif:
1. Pameran Eco Style (Fashion & Craft) – Menampilkan karya para desainer dan artisan AEPI yang mengusung konsep zero waste dan bahan alami.
2. Workshops – Pelatihan Ecoprint Basic, Nui Shibori, Eksplorasi Pewarna Alami di Batik Cap, dan Sashiko.
3. Talkshow Inspiratif – Diskusi bersama pakar fesyen dan perwakilan UNESCO. Salah satu pembicara utama, Poppy Dharsono, akan membawakan sesi “Eco-Conscious Fashion” pada Sabtu, 25 Oktober pukul 13.30 WIB.
4. AEPI Fashion Festival (AFF) ke-4: “Threads of Earth” – Puncak acara yang menampilkan koleksi busana terinspirasi dari alam dan budaya Indonesia, menghadirkan desainer tamu Larissa Gustova dari London.
Fesyen Hijau, Gaya Hidup Baru
Jogja Eco Style 2025 terbuka bagi siapa pun: dari pelaku industri kreatif, akademisi, hingga masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dalam makna keberlanjutan.
“Kami mengundang semua pihak untuk datang dan menjadi bagian dari perubahan. Dari Yogyakarta, kita tunjukkan bahwa
fesyen bisa menjadi jembatan antara tradisi dan masa depan hijau,” ajak Handono.
Dari Jogja, Dunia Belajar tentang Fesyen yang Berhati dan Berkelanjutan
Jogja Eco Style 2025 bukan sekadar agenda mode, melainkan manifesto budaya: bahwa Indonesia mampu menenun masa depan hijau lewat kain, warna, dan karya. Dari Yogyakarta, semangat fesyen berkelanjutan ini diharapkan menjalar ke seluruh penjuru dunia. (Yusuf)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”