Foto: Siswa-siwi menyantap hidangan makan bergizi saat uji coba program makam bergizi gratis di SDN 4 Tangerang, Banten, Senin (5/8/2024). source: Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Pemerintah bersama DPR baru saja mengesahkan APBN 2026. Salah satu program yang paling banyak dibicarakan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Anggaran yang disiapkan sangat besar, mencapai ratusan triliun rupiah. Tujuannya memang baik, agar anak-anak bisa sekolah tanpa merasa lapar dan mendapatkan gizi yang cukup. Namun, di balik program yang tampak mulia ini, ada dilema yang muncul yaitu sebagian besar dana MBG diambil dari anggaran pendidikan. Artinya, uang yang seharusnya bisa digunakan untuk memperbaiki sekolah, menyediakan fasilitas dasar, atau membangun sarana belajar, justru dialihkan untuk memberi makan.
Dari beberapa berita yang saya baca masalah Pendidikan dan kesehatan di Indonesia masih banyak sekali. Misalnya sekolah tanpa WC dimana ada sekolah yang bahkan tidak punya toilet, sehingga murid terpaksa buang air di rumah tetangga atau di sungai kemudian ada bangunan sekolah rusak serta di beberapa daerah sekolah berdinding retak, atap bocor, kursi reyot, bahkan ada siswa yang pernah terluka akibat kondisi sekolah yang rapuh. Tidak hanya itu saja akses kesehatan yang sulit, Di Krayan Kalimantan, warga masih harus menandu pasien naik-turun gunung selama berjam-jam hanya untuk mendapat pelayanan medis. Kondisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan dasar rakyat yaitu pendidikan yang aman dan kesehatan yang terjangkau masih jauh dari kata layak.
Program MBG memang penting. Anak yang kenyang tentu lebih siap belajar. Tapi, pertanyaannya, apakah masuk akal jika kita memberi makan sehari, sementara sekolahnya hampir roboh dan tidak punya fasilitas dasar?. Kalau anggaran pendidikan habis untuk makan, siapa yang akan memperbaiki WC sekolah, mengganti atap yang bocor, atau membangun ruang kelas yang layak? Program makan bergizi hanya menjawab kebutuhan jangka pendek, tapi mengorbankan pembangunan jangka panjang yang sebenarnya lebih penting bagi masa depan anak-anak.
Menurut saya perlu adanya keseimbangkan alokasi anggaran yaitu MBG bisa tetap jalan, tapi jangan sampai mengurangi dana untuk perbaikan sekolah dan fasilitas dasar. Prioritaskan daerah yang paling tertinggal. Sekolah tanpa WC, sekolah yang rusak parah, dan wilayah yang sulit mendapat layanan kesehatan harus jadi perhatian utama. Transparansi penggunaan anggaran yaitu uang rakyat harus benar-benar digunakan sesuai tujuan, bukan hanya berhenti di program besar yang penuh simbol dan pikirkan jangka panjang. Gizi anak penting, tapi kualitas bangunan sekolah, sanitasi, dan akses kesehatan adalah pondasi masa depan bangsa.
APBN 2026 seharusnya menjadi bukti bahwa pemerintah benar-benar berpihak pada rakyat. Bukan sekadar membanggakan program makan gratis, melainkan memastikan bahwa setiap anak bisa sekolah dengan layak dan setiap warga bisa mendapatkan layanan kesehatan yang bermutu. Karena pada akhirnya, bangsa ini tidak hanya butuh perut kenyang untuk sehari, tetapi juga otak cerdas dan tubuh sehat untuk masa depan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”