Dalam beberapa waktu terakhir ini, banyak sekali media yang menyorot mengenai perilaku murid yang tidak memiliki sopan santun terhadap guru atau tenaga ajar lainnya. Ketidaksopanan ini meliputi beberapa hal yakni berbicara dengan nada tinggi, menggunakan Bahasa yang tidak sopan, mengabaikan instruksi hingga kasus kekerasan baik secara verbal maupun kekerasan secara fisik. Fenomena ini sangatlah marak terjadi dan bukan menjadi insiden langka.
Guru yang seharusnya menjadi sosok panutan tidak lagi dihormati, ketika hal tersebut terjadi maka ada sesuatu yang keliru dalam pembentukan karakter murid. Krisis ini bukan semata kesalahan individu akan tetapi hal ini juga dapat mencerminkan pudarnya nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi dasar dalam membentuk sebuah tingkah laku dan etika dalam sebuah lingkungan pendidikan. Menurunnya etika dan moral murid pada guru hal ini dapat mencerminkan bahwasanya terjadi krisis karakter pada dunia pendidikan. Nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika perlu diimplementasikan secara terus menerus dalam proses pendidikan untuk mempertahankan dan membangun kembali budaya sopan santun saling menghormati pada lingkungan sekolah.
Kasus yang terjadi sebagai contoh seorang siswa SMA di Jawa Timur yang memukul gurunya hanya karena ditegur saat bermain ponsel di kelas dan masih banyak kejadian-kejadian yang serupa lainnya. Kejadian ini secara langsung menunjukkan adanya penurunan mengenai sikap hormat terhadap guru yang seharusnya dihormati dalam pendidikan. Koordinator nasional jaringan pemantau pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji pada jumat 27 desember 2024 dikutip dari sumber tempo, menyampaikan bahwasanya sebanyak 10,2 persen guru di Indonesia menjadi korban kekerasan.
Kasus kekerasan pada guru ini dilakukan oleh peserta didik, kasus pemukulan oleh orang tua, dan diskriminasi guru. Aduan terhadap perilaku murid yang tidak sopan ini semakin tahun semakin meningkat, sebelumnya pada tahun 2023 terdapat 286 kasus kekerasan di sekolah, angka ini menjadi meningkat hingga sebanyak 573 kasus di sepanjang 2024. Fenomena ini bukan hanya berdampak pada psikologis guru atau pengajar, melainkan akan merusak suasana belajar dan akan menciptakan sebuah keteladanan yang buruk di lingkungan sekolah dan akan menjadikan sebuah perilaku yang lama kelamaan akan dinormalisasi.
Tentunya ketidaksopanan murid kepada guru bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yang paling berpengaruh dalam pembentukan karakter anak sebelum masuk ke dalam dunia pendidikan adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sangatlah berpengaruh karena di sinilah peran orang tua sangatlah penting orang tua yang sebagai guru utama dalam anak harusnya bisa memberikan sebuah pengetahuan mengenai dasar-dasar perilaku sopan santun sebelum anak masuk dalam lingkungan pendidikan. Sebaliknya pola asuh orang tua yang cuek dan tidak peduli akan membentuk karakter anak yang seenaknya tanpa memiliki kontrol yang jelas.
Sebagai orang tua juga hendaklah memiliki waktu luang untuk sekedar bermain bersama anak agar emosi dan perasaan anak dapat teregulasi secara baik. Pada era digitalisasi seperti saat ini dan banyaknya informasi yang dapat di jangkau dengan mudah dan anak cenderung tidak dapat membedakan mana tontonan yang baik dan mana tontonan yang buruk sehingga memiliki kecenderungan untuk menerima informasi secara mentah, sehingga mudah untuk meniru perilaku negatif tanpa memikirkan dampak buruknya. Selain itu mendisiplinkan murid juga bukan hal yang salah, hal itu menjadi benar ketika masih dalam porsi wajarnya.
Seperti contoh yang sudah dijabarkan menegur murid ketika bermain dengan ponsel saat pembelajaran berlangsung merupakan kewajiban seorang guru dan hak seorang guru untuk diperhatikan pada saat pembelajaran, namun hal yang terjadi setelahnya justru diluar kendali yang dimana guru yang menegur mendapatkan kekerasan secara fisik. Seharusnya murid merasa bahwa dirinya bersalah bukan langsung melakukan tindakan implusif dengan melakukan kekerasan kepada guru tersebut.
Perilaku ini perlu dipertanyakan mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana dengan tingkat kesopanan murid tersebut kepada guru?. Perilaku tersebut bisa terjadi karena lunturnya nilai-nilai pancasila, mereka cenderung menghafal dan tidak mendalami makna serta tidak menerapkan nila-nilia tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan perilaku yang tidak sopan dan minim etika pada pendidikan terpaut dengan pancasila sila ke 2 yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta sila ke 5 yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal yang dilakukan oleh murid tersebut sangatlah tidak dapat dibenarkan, daripada melakukan tindakan implusif dengan melakukan kekerasan secara fisik, lebih baik simpan ponsel dan dengarkan penjelasan guru yang ada di depan. Bak kata pepatah adab dulu baru ilmu, yang memiliki makna yang sangat dalam bahwa etika dan akhlak yang baik adalah fondasi yang penting bagi keberkahan dan manfaat ilmu yang didapatkan, serta untuk menghindari kesombongan dan penyalahgunaan ilmu.
Ketidaksopanan murid terhadap guru merupakan sebuah topik dan masalah yang serius, mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang ditinggalkan dan merosot dalam dunia pendidikan. Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi salah satunya yakni pola asuh keluarga, pengaruh dari media sosial, tidak bisa menyaring informasi dengan baik dan cenderung ditelan secara mentah.
Orang berilmu belum tentu memiliki adab yang baik akan tetapi orang beradab dan beretika pasti memiliki ilmu yang baik. Untuk mengatasi masalah ini agar tidak berlanjut dan tidak dinormalisasikan perlu adanya pembinaan mengenai karakter dan pembentukan etika dari seluruh pihak, baik keluarga, masyarakat, lingkungan sekolah dan lain lain. Dengan demikian karakter dan etika peserta didik dapat berangsur-angsur menjadi lebih baik dan tercapainya generasi penerus bangsa yang tumbuh menjadi pribadi yang beradab dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.