Sudah pernah dengar tentang jewawut? Tanaman berbulir kecil ini mungkin masih asing di telinga kita, padahal dulunya jewawut merupakan salah satu sumber pangan utama nenek moyang Nusantara, jauh sebelum beras mendominasi. Kini, jewawut kembali mencuri perhatian karena kaya gizi, tahan kering, dan bisa tumbuh di lahan minim air.
Dengan inovasi dan sentuhan teknologi agroindustri, jewawut berpotensi diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung bebas gluten, sereal sehat, hingga bahan pangan fungsional. Inilah bukti bahwa agroindustri mampu mengangkat kembali kekayaan lokal sekaligus memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
Jewawut sebagai Pangan Kuno yang Kembali Diperhitungkan
Tahukah kamu? Jewawut (Setaria italica) merupakan salah satu serealia kuno asal Asia yang dulu sempat jadi makanan pokok di Nusantara. Kini, tanaman berbulir kecil ini mulai dilirik kembali karena kandungan gizinya sangat tinggi. Beberapa penelitian menyebutkan jewawut mengandung karbohidrat kompleks, protein, kalsium, zat besi, serta serat yang baik untuk pencernaan dan pengendalian gula darah. Menurut Handoko et al. (2025), nilai gizi jewawut bahkan sebanding dengan beras. Selain itu, jewawut juga bebas gluten, sehingga aman bagi penderita alergi dan cocok untuk gaya hidup sehat.
Jewawut dikenal sebagai tanaman yang tangguh karena mampu tumbuh di lahan kering dengan sedikit air dan pupuk. Dalam waktu dua hingga tiga bulan, tanaman ini sudah bisa dipanen yang dapat menjadikannya pilihan ideal untuk lahan marginal yang sulit ditanami padi. Menurut Nurmala (2003), jewawut dapat tumbuh optimal di daerah beriklim kering dan tetap menghasilkan panen tinggi hingga sekitar empat ton per hektar. Ketahanannya terhadap kondisi ekstrem membuat jewawut berpotensi besar mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Potensi Pengembangan dalam Agroindustri
Di dalam dunia agroindustri jewawut menyimpan potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam produk bernilai tinggi. Tanaman ini bisa diolah menjadi tepung pengganti terigu, bahan dasar roti, mie, dan kue sehat, hingga sereal instan dan bubur bayi bergizi tinggi. Selain itu, jewawut juga cocok dijadikan camilan sehat rendah lemak dan tinggi serat yang diminati pasar modern.
Dengan pengolahan yang tepat, nilai ekonominya bisa meningkat berkali lipat dibandingkan jika dijual sebagai biji mentah. Keuntungannya pun berlapis, petani mendapat keuntungan lebih, sementara sektor pengolahan pangan terbuka lebar dan menyerap banyak tenaga kerja.
Dampak Nyata bagi Pembangunan Pertanian
Agroindustri berbasis jewawut berperan penting dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan sekaligus bernilai tambah. Melalui pengolahan hasil pertanian, petani tidak lagi bergantung pada penjualan bahan mentah, tetapi dapat memperoleh keuntungan lebih dari produk olahan. Selain meningkatkan pendapatan petani, pengembangan industri jewawut juga membuka lapangan kerja baru, menggerakkan ekonomi desa, dan menumbuhkan usaha kecil menengah di sektor pangan.
Menurut Ramlah et al. (2023), pengembangan industri pangan jewawut perlu diiringi dengan inovasi pengemasan yang menarik, tahan lama, dan terjangkau tanpa mengurangi kualitas gizinya. Produk olahan yang sehat dan bercita rasa baik akan lebih mudah diterima Masyarakat, bahkan bisa jadi oleh-oleh khas daerah. Dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, akademisi, pelaku industri, hingga masyarakat sangat dibutuhkan agar pangan lokal seperti jewawut tidak lagi dianggap sekadar alternatif, tetapi justru menjadi bagian dari solusi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Tantangan dan Langkah ke Depan
Meski potensinya besar, perjalanan jewawut menuju industri modern belum sepenuhnya mulus. Produksi benih unggul masih terbatas, teknologi pascapanen belum optimal, dan pemahaman petani tentang budidaya serta pengolahan hasil masih rendah. Menurut Mapikasari et al. (2017), tantangan utama pengembangan jewawut ada pada ketersediaan varietas unggul yang tahan kekeringan dan masih minimnya riset lanjutan di sektor ini.
Namun jangan khawatir, peluang untuk mengembangkan jewawut masih sangat terbuka. Pemerintah dapat memperkuat riset dan inovasi di bidang pertanian kering, sementara perguruan tinggi dan pelaku usaha bisa berkolaborasi menghasilkan produk olahan yang menarik, sehat, dan bernilai tinggi. Edukasi kepada konsumen juga penting, agar masyarakat semakin bangga mengonsumsi pangan lokal yang menyehatkan dan berkelanjutan.
Dari Lumbung Tradisional ke Panggung Industri
Sekilas jewawut mungkin terlihat sederhana, namun di balik bulir kecilnya tersimpan peluang besar bagi masa depan pangan Indonesia. Dengan dukungan inovasi dan pengembangan agroindustri, jewawut bisa menjadi lebih dari sekadar alternatif pengganti beras ia adalah simbol kemandirian, kreativitas, dan kebangkitan pertanian lokal.
Kini saatnya jewawut tak lagi dipandang sebagai pangan masa lalu, melainkan sebagai bagian dari solusi pangan masa depan. Dari lahan kering di pelosok negeri, tanaman ini siap menunjukkan bahwa kekayaan lokal Indonesia mampu bersaing dan bersinar di panggung agroindustri modern.
Referensi
Handoko, A., Kusnanadar, F., Budijanto, S., dan Herawati, H. 2025. Karakteristik Fisikokimia Tepung Jewawut (Setaria italica) Varietas Polewali Mandar sebagai Pengaruh Frekuensi Proses Penyosohan. Jurnal Agrointek. Vol. 19(3): 584-596.
Mapikasari, S., Adisyahputra., dan Indrayanti, R. 2017. Perkecambahan 4 Aksesi Jewawut (Setaria italica (L.) P. Beauv) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Artifisial. Jurnal Bioma. Vol. 13(1): 43-50.
Nurmala, T. 2003. Prospek Jewawut (Pennisetum spp.) Sebagai Tanaman Pagan Serealia Alternatif. Jurnal Bionatura. Vol. 5(1): 11-20.
Ramlah, R., Indrastuti, I., Iqraini, N., D., dan Mahful, R. 2023. Pemanfaatan Diversifikasi Pangan Sehat Jewawut Sebagai Peluang Usaha Masyarakat Desa Lego Polewali-Mandar. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”