Kirim Press Release
Contact Us
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Banner Publikasi Press Release Gratis
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

Penulis: Enjelin Amanda Dewi

Enjelin Amanda Dewi by Enjelin Amanda Dewi
6 August 2025
in Opini
A A
0
soft living
853
SHARES
1.2k
VIEWS
Ada apa 1080 x 2787

Bangun pagi-pagi, kerja tanpa henti, multitasking dari pagi sampai malam, lalu tidur dengan pikiran penuh target esok hari—itulah gambaran hustle culture yang selama ini diagung-agungkan. Namun, di tengah tekanan hidup modern, semakin banyak anak muda, khususnya Gen Z, mulai berkata: cukup.

Mereka memilih untuk melambat, untuk tidak selalu produktif, dan untuk hidup dengan ritme yang lebih manusiawi. Inilah yang disebut dengan tren soft living—gaya hidup santai dan penuh kesadaran yang kini makin populer sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya kerja berlebihan.

Soft Living: Bukan Malas, Tapi Lebih Sadar

Baca Juga

NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025
1F89760B 2BA5 41C9 A010 71AC0DB12AB7

Menjaga Memori Bangsa di Balik Tembok Arsip Nasional

4 August 2025
Digital Clutter

Terlalu Online, Malah Overwhelm: Fenomena “Digital Clutter” dan Beban Sosial Media

4 August 2025

Mengutip Magdalene (2024), soft living bukan berarti tidak bekerja keras, melainkan menolak glorifikasi kelelahan. Gaya hidup ini mendorong seseorang untuk tetap berkarya, namun dengan pendekatan yang lebih tenang, tidak tergesa-gesa, dan tidak menjadikan kerja sebagai pusat identitas hidup.

Soft living menekankan pentingnya membatasi ekspektasi yang tidak realistis, menjaga kesehatan mental, dan memberi diri sendiri ruang untuk pulih. Hal ini menjadi semacam ‘perlawanan diam’ terhadap dunia yang mengukur nilai manusia hanya dari kesibukannya.

Hustle Culture dan Tekanan Sosial yang Tak Terlihat

Dalam artikel Harian Disway (2024), dijelaskan bahwa hustle culture selama ini membuat banyak orang merasa harus terus bergerak agar dianggap berhasil. Seseorang yang mengambil waktu untuk beristirahat sering kali dicap “tidak ambisius” atau “kurang produktif.”

Tekanan ini bahkan menyusup ke kehidupan pribadi—merasa bersalah saat libur, gelisah jika tidak ‘berprogres’, dan mengukur harga diri dari seberapa banyak yang dikerjakan. Dalam jangka panjang, ini memicu burnout, rasa kehilangan arah, dan krisis identitas.

Leaderboard Satu Rumah

Soft living hadir sebagai jawaban atas keresahan ini. Gen Z mulai berani mengatakan bahwa istirahat bukan kelemahan, dan kebahagiaan bukan berarti sibuk setiap waktu.

Dilema Ekonomi: Ingin Santai, Tapi Takut Miskin

Namun tentu saja, soft living bukan tanpa tantangan. Seperti disorot oleh 5News (2024), banyak generasi muda yang terjebak dalam dilema: ingin hidup lebih pelan, tapi tetap dibayangi ketidakpastian finansial dan tekanan ekonomi. Mereka sadar pentingnya self-care, namun juga tidak bisa lepas dari realita “kalau tidak kerja keras, siapa yang akan membiayai hidup?”

Di sinilah pentingnya menemukan keseimbangan. Soft living tidak berarti pasrah atau anti kerja keras, melainkan menyadari batas, menjaga ritme, dan bekerja sesuai kapasitas diri. Bukan soal menjadi ‘santai’, tapi tentang tidak membiarkan ambisi merusak tubuh dan pikiran sendiri.

Kesimpulan

Tren soft living menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang mulai sadar: hidup bukan perlombaan. Meskipun pekerjaan dan pencapaian tetap penting, namun tidak ada hasil yang layak dikejar sampai mengorbankan kesehatan mental dan emosional. Di tengah dunia yang sibuk dan bising, memilih hidup yang tenang, seimbang, dan sadar menjadi bentuk keberanian baru. Hari ini, mungkin kita tak perlu jadi yang tercepat atau tersibuk. Cukup jadi versi terbaik dari diri sendiri—yang tahu kapan berlari, kapan melambat, dan kapan berhenti sejenak untuk sekadar… bernapas.

Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com

Share341Tweet213Share60Pin77SendShare
Kirim Berita Media Wanita
Previous Post

Pemanfaatan Rumput Laut dalam Olahan Es Krim Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Tellumpanua

Next Post

Pelayanan Semakin Prima, Kemenimipas Luncurkan Identitas Baru

Enjelin Amanda Dewi

Enjelin Amanda Dewi

Related Posts

NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025
1F89760B 2BA5 41C9 A010 71AC0DB12AB7

Menjaga Memori Bangsa di Balik Tembok Arsip Nasional

4 August 2025
Digital Clutter

Terlalu Online, Malah Overwhelm: Fenomena “Digital Clutter” dan Beban Sosial Media

4 August 2025
Next Post
0508

Pelayanan Semakin Prima, Kemenimipas Luncurkan Identitas Baru

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran-Berita.com adalah portal media berita online yang terbuka untuk umum dan menerima kontribusi tulisan dari berbagai penulis. Tulisan yang dimuat dapat berupa berita, press release, opini, maupun bentuk tulisan lainnya.

Segala konten yang dipublikasikan di Siaran-Berita.com merupakan tanggung jawab penuh dari masing-masing penulis. Hak cipta atas isi tulisan, gambar, maupun video yang ditayangkan di situs ini sepenuhnya menjadi milik penulis atau pengunggah konten.

Follow Us

Siaran-Berita.com

Jika Anda merasa keberatan dengan adanya tulisan, gambar, atau video yang ditampilkan di situs ini karena alasan hak cipta atau alasan lainnya, silakan hubungi tim redaksi melalui email di:

📧 redaksi@siaran-berita.com

Kami akan segera meninjau dan menghapus konten yang dimaksud sesuai dengan kebijakan dan pertimbangan redaksi.

Penting! Klaim Tulisan Kamu

Sehubungan dengan serangan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab mengakibatkan Redaksi mengalami kehilangan data dan terpaksa melakukan restore dari backup yang mengakibatkan beberapa tulisan dari penulis “berpindah” ke default “Redaksi”. Bagi yang ingin mengklaim tulisan nya silahkan tinggalkan pesan di kolom komen atau email ke : redaksi@siaran-berita.com

Iklan Guest Post
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?
  • Contact Us

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita