Jakarta, 17 Juli 2025 — Lenong, seni pertunjukan teater rakyat khas Betawi yang sempat berjaya di era 70–90an, kembali menggeliat. Dulu, lenong selalu hadir di setiap hajatan masyarakat Jabodetabek, bahkan melahirkan banyak tokoh besar seperti H. Bodong, H. Bokir, Mandra, Mpok Nori, hingga Nasir yang kemudian dikenal lewat layar kaca dan film layar lebar.

Dalam diskusi publik Dewan Kesenian Jakarta bertajuk “Lenong dalam Proses”, Syamsul Amri memaparkan bahwa istilah “lenong” diduga berasal dari nama seseorang bernama Lien Ong. Namun, ada versi lain yang menyebut istilah ini lahir dari kebiasaan para pedagang pasar membuat hiburan spontan menggunakan alat-alat dapur seperti penggorengan dan panci yang menimbulkan bunyi “neng nong”, yang kemudian dikenal sebagai lenong.
Secara garis besar, lenong terbagi menjadi dua jenis:
Lenong Preman, yang tampil dengan cerita bebas dan busana nonformal.
Lenong Denes, yang mengangkat kisah-kisah tentang bangsawan atau pejabat dan tampil dengan kostum khusus.

Kini, Sanggar Bintang Timur berusaha menghidupkan kembali Lenong Denes. Dipimpin oleh Bang Abdul Azis, mereka akan mementaskan lakon Stambul Kumis Baplang pada 20 Juli 2025 di Mall Cilegon. Pentas ini disutradarai oleh Rick A. Sakri dan diproduseri H. Naupal Haryawan, dengan naskah karya Agus Priyatna.

Lakon Stambul Kumis Baplang berkisah tentang perebutan gelar “raja terbaik” yang akan diberikan kepada raja dengan kumis paling tebal dan rapi (baplang). Persaingan antar raja dalam mencari ramuan penumbuh kumis pun berlangsung seru. Namun, gelar yang akhirnya diraih oleh Raja Kagada justru membawa kekacauan saat kumis-kumis para raja, termasuk milik Kagada, rontok satu per satu.

Hadi Winarno, pecinta seni teater tradisional yang menyaksikan latihan pentas, berharap cerita seperti ini bisa didokumentasikan secara digital maupun dicetak agar dapat disebarluaskan dan dimainkan kembali oleh komunitas teater lain. Ia juga mendorong keterlibatan dari Kementerian Kebudayaan, dinas kebudayaan, dan kalangan akademisi untuk turut menjaga eksistensi teater rakyat seperti Lenong Denes agar tetap hidup dan tampil dalam berbagai agenda institusi maupun kampus.