Lhokseumawe – Model pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning (PjBL) mulai diterapkan dalam beberapa mata kuliah di Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Sultanah Nahrasiyah. Inovasi pembelajaran ini dinilai mampu mendorong peningkatan literasi digital mahasiswa serta mengembangkan kemampuan mereka dalam menciptakan konten edukatif berbasis nilai-nilai keislaman.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, melainkan diminta merancang proyek nyata berupa konten digital yang bisa diakses oleh masyarakat luas. Proyek-proyek yang dikerjakan meliputi video dakwah pendek, infografis seputar etika bermedia sosial, kampanye tabayyun di Instagram, hingga pembuatan podcast kajian PAI untuk generasi muda. Hasil karya mereka kemudian dipresentasikan dan dipublikasikan di platform media sosial sebagai bagian dari evaluasi.
Salah satu dosen pengampu mata kuliah, , pendekatan ini diharapkan dapat menjembatani antara pemahaman akademik dan praktik dakwah digital yang kontekstual. “Mahasiswa zaman sekarang tidak cukup hanya memahami Islam dari sisi teori. Mereka juga harus bisa mengomunikasikan nilai-nilai itu secara kreatif lewat platform yang familiar dengan generasi mereka,” ujarnya saat ditemui pada Kamis (10/7/2025).
Ia menambahkan bahwa pembelajaran berbasis proyek membuka ruang bagi mahasiswa untuk berkolaborasi, berpikir kritis, dan memproduksi konten yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Terlebih di era informasi yang serba cepat dan penuh distraksi, kehadiran konten digital yang berbobot dan mengandung nilai keislaman sangat dibutuhkan.
Salah satu mahasiswa, Rani Amelia, mengaku bahwa model ini menjadi pengalaman belajar yang berbeda dari biasanya. Ia dan kelompoknya membuat kampanye edukasi berjudul “Bijak Bermedia Sosial: Pesan Islam untuk Netizen”. Dalam proyek tersebut, mereka merancang poster digital dan video singkat yang disebarkan melalui akun media sosial. “Kami jadi belajar bukan cuma materi kuliah, tapi juga bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan bisa diterima orang banyak,” katanya.
Menyambut positif penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini. Ia menilai metode ini sebagai bentuk penyesuaian terhadap perkembangan zaman sekaligus penguatan kompetensi mahasiswa secara menyeluruh. “Literasi digital bukan lagi keterampilan tambahan, tapi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi mahasiswa, termasuk dalam bidang pendidikan agama. Model ini sangat relevan dan efektif,”.
Pihak fakultas berencana untuk memperluas implementasi pembelajaran berbasis proyek ke lebih banyak mata kuliah, tidak hanya terbatas pada Prodi PAI. Evaluasi berkala dan pelatihan untuk para dosen juga sedang disiapkan guna mendukung keberlanjutan metode ini. Menurut rencana, hasil-hasil proyek terbaik mahasiswa akan dipamerkan dalam agenda akademik fakultas sebagai bentuk apresiasi dan penyebarluasan gagasan edukatif yang telah mereka hasilkan.
Model pembelajaran ini dianggap mampu menjawab tantangan literasi digital di lingkungan pendidikan tinggi Islam. Selain menumbuhkan kreativitas, mahasiswa juga belajar untuk bertanggung jawab terhadap informasi yang mereka sebarkan. Dengan pembelajaran berbasis proyek, mereka tidak hanya belajar agama, tapi juga belajar menjadi komunikator yang bijak dan produktif di dunia digital.