Berapa banyak password yang kamu miliki saat ini? Untuk media sosial, email, e-commerce, aplikasi perbankan, hingga platform hiburan? Tidak heran jika banyak orang sering lupa password atau PIN mereka sendiri. Fenomena ini seolah sudah jadi bagian dari kehidupan digital modern. Tapi, apakah ini sekadar kelalaian, atau tanda bahwa otak kita benar-benar kewalahan menghadapi banjir informasi?
Hidup di Tengah “Password Fatigue”
Era digital menuntut kita memiliki banyak akun sekaligus, dan hampir semuanya dilindungi dengan password atau PIN. Demi keamanan, kita disarankan membuat kombinasi rumit yang berbeda untuk tiap akun. Namun, hasilnya sering kali kontradiktif: password makin sulit diingat, risiko lupa pun semakin besar.
Fenomena ini dikenal dengan istilah password fatigue—kelelahan mental akibat terlalu banyak mengingat kode akses digital.
Otak yang Kewalahan Informasi
Psikolog menyebut fenomena ini sebagai bentuk cognitive overload. Otak manusia punya kapasitas terbatas dalam menyimpan informasi detail, apalagi yang sifatnya mirip dan repetitif. Akibatnya, meski kita bisa mengingat detail kecil lain dalam kehidupan, urusan password justru sering tercecer.
Kondisi ini semakin diperparah dengan derasnya arus notifikasi, data, dan aktivitas multitasking di era digital. Otak kita sibuk memproses banyak hal sekaligus, sehingga daya ingat untuk hal teknis seperti PIN sering dikorbankan.
Solusi Instan: Fitur Simpan Otomatis
Banyak orang akhirnya mengandalkan password manager atau fitur simpan otomatis di browser dan smartphone. Praktis memang, tetapi ini juga menimbulkan ketergantungan baru. Tanpa perangkat, banyak orang tidak lagi bisa mengakses akun mereka sendiri. Ironisnya, solusi digital justru semakin mengikis daya ingat manual kita.
Antara Lupa Biasa dan Alarm Gaya Hidup
Sesekali lupa password adalah hal wajar. Namun, jika hal ini terjadi terus-menerus, mungkin ada tanda bahwa kita terlalu bergantung pada teknologi dan kurang melatih ingatan. Lupa password bisa menjadi refleksi kecil bahwa otak kita kelebihan beban, butuh jeda, dan butuh keseimbangan antara aktivitas digital dan waktu istirahat.
Kesimpulan
Fenomena sering lupa password dan PIN bukan hanya masalah teknis, tetapi juga cerminan bagaimana otak kita kewalahan di era digital.
Di satu sisi, teknologi membantu mempermudah, tapi di sisi lain ia membuat kita kehilangan ketajaman dalam mengingat hal-hal kecil. Solusinya bukan sekadar mencatat password, tetapi juga mengelola gaya hidup digital agar tidak tenggelam dalam overload informasi.
Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”






























































