Mahasiswa dari tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelombang 114 gelar program kerja sosialisasi pembuatan briket dari limbah kelapa dan pestisida nabati berbahan alami. Kegiatan Sosialisasi tersebut sebagai upaya untuk menjawab masalah limbah pertanian sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Desa Malangke. Kegiatan berlangsung di Kantor Desa Malangke, pada Jumat pagi (1/8/2025).
Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan memadukan paparan teori singkat, tayangan video demonstrasi proses pembuatan briket dan pestisida nabati, sesi tanya jawab interaktif, serta diakhiri dengan melihat sampel briket dan pestisida nabati.
Desa Malangke memiliki masalah limbah pertanian yang besar. Salah satunya tumpukan limbah tempurung kelapa yang bisa menyumbat saluran air hingga memicu banjir. Di sisi lain, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan. Dengan hadirnya program KKN-T Unhas, untuk mengubah tantangan limbah dan ketergantungan penggunaan bahan kimia menjadi peluang pemberdayaan masyarakat di Desa Malangke.
Melalui program kerja individu “Pembuatan Briket dari Limbah Kelapa” yang diinisiasi oleh Arlon, anggota Tim KKN-T Unhas sekaligus mahasiswa program studi Teknik Industri, menjadi salah satu solusi dari munculnya keresahan tumpukan limbah hasil tani yang tidak dikelola. “Karena nda mauka liat limbah hasil tani yang menumpuk, karena itu bisa menyebabkan banjir juga. Jadi limbah itu saya manfaatkan,” ungkap Arlon.
Arlon turut memaparkan proses produksi briket secara bertahap, mulai dari pengumpulan limbah kelapa hingga proses pencetakan menjadi arang. Hasilnya berupa briket yang mudah disimpan dan digunakan, menggantikan kayu bakar tradisional. Manfaat keberlanjutan briket ini sangat besar. Selain mengurangi risiko banjir akibat penumpukan limbah, penggunaan briket memperkecil penebangan kayu, mengurangi emisi karbon, dan membuka peluang usaha lokal.
Mahasiswa Teknik tersebut juga menekankan bahwa bahan baku berlimpah di Desa Malangke sehingga potensi skala produksi bisa ditingkatkan. Selain bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga, dirinya juga meyakini briket dapat dipasarkan ke luar desa dan menjadi sumber pendapatan baru bagi keluarga petani.
Sementara itu, program kerja pembuatan pestisida nabati yang dikembangkan oleh Muh. Dirga, koordinator desa tim KKN-T Unhas sekaligus mahasiswa dari program studi Agribisnis, turut dipaparkan pada kegiatan sosialisasi. Dirinya mengungkap penggunaan pestisida kimia jangka panjang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Lebih lanjut, mahasiswa agribisnis tersebut memberikan solusi dengan memperkenalkan pestisida nabati.
Pembuatan pestisida nabati terbilang cukup mudah, “karena gampang cara buatnya dan dari bahan alami yang gampang di dapat, (serta) untuk mendukung pertanian lanjutan dengan mengurangi pestisida kimia,” jelas Dirga. Dirinya juga menjelaskan bahan pestisida nabati hanya memanfaatkan bahan alami yang tersedia di sekitar rumah, diantaranya bawang putih, cabai, lengkuas, dan daun pepaya. Semua bahan dihaluskan dan dicampur dengan sabun cair untuk membantu pestisida menempel lebih baik pada tanaman. Setelah disaring, pestisida nabati disimpan dalam botol semprot siap pakai
Disamping itu, program pestisida nabati ini juga selaras dengan SDG 2, Zero Hunger dengan menjaga produktivitas tanaman tanpa residu kimia dengan tujuan mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
Di akhir kegiatan, Dirga selaku koordinator desa KKN-T Unhas menegaskan kembali nilai lokalitas program. “Penggunaan limbah dan bahan-bahan yang ada di sekitar kita itu, bisa sangat dipergunakan, bisa dimanfaatkan, misalnya pada saat berkebun. Briket bisa dipasarkan ke luar daerah atau dipergunakan untuk keperluan pribadi,” jelasnya.
Ketua Desa Malangke, HJ. Ratna, turut memberikan tanggapannya. “Kegiatan tadi kan diperlihatkan bagaimana pengerjaannya dan bahan apa saja yang digunakan, jadi masyarakat lebih mudah paham (pembuatannya),” ujar Ketua Desa.
Kegiatan ini dinilai erat kaitannya dengan tema KKN “Kebencanaan dan Ketahanan Pangan”. Briket limbah kelapa mereduksi risiko banjir dengan menyingkirkan penumpukan sampah organik, sementara pestisida nabati memastikan hasil pertanian aman dan berkualitas. Secara keseluruhan, inovasi ini menunjukkan bahwa solusi sederhana berbasis kearifan lokal dapat menghasilkan dampak besar, mulai dari lingkungan lebih bersih, pangan lebih aman, hingga masyarakat lebih sejahtera.