Saat ini, memelihara hewan kesayangan menjadi sebuah gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat Indonesia karena mampu memberikan dukungan psikososial kepada pemiliknya. Dikutip dari kompas.id – terjadi peningkatan jumlah hewan kesayangan yang dipelihara masyarakat Indonesia dari tahun 2016 – 2022, yaitu pada kucing sebesar 129% dari 2,15 juta menjadi 4,8 juta dan anjing sebesar 60,5% dari 459 ribu menjadi 737 ribu. Hal ini sejalan dengan semakin tinggi kesadaran masyarakat Indonesia akan perawatan hewan kesayangannya sehingga setiap unit pelayanan kesehatan hewan diharapkan memiliki peralatan yang memadai dalam mendukung masa perawatan intensif setiap pasiennya, salah satu alatnya adalah inkubator.
Sejalan dengan itu, lima mahasiswa lintas disiplin ilmu yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karya Inovatif (PKM-KI) berhasil mengembangkan alat inkubator untuk perawatan intensif hewan kesayangan guna memudahkan pekerjaan tenaga medis hewan. Tim PKM-KI tersebut terdiri dari Zidan Az Zulfa (Elektronika dan Instrumentasi 2023), Lukas Ivander Mario Andrean (Kedokteran Hewan 2022), Marsha Paramitha Susanto (Kimia 2023), Vytis Rabbani Rex (Elektronika dan Instrumentasi 2023), dan Ata Beckham De Porras (Teknologi Rekayasa Elektro 2023) yang didampingi oleh Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng.
“Alat Inkupets hadir sebagai inkubator cerdas berbasis Internet of Things (IoT) yang diintegrasikan dengan aplikasi mobile untuk meningkatkan efisiensi penggunaan,” ujar Zidan Az Zulfa selaku ketua tim.
Ide tim PKM-KI UGM mengembangkan inovasi berupa alat inkubator hewan kesayangan dilatarbelakangi oleh pemenuhan produk tersebut di Indonesia didominasi oleh impor yang menyebabkan harganya menjadi lebih mahal dan sulit dijangkau. Selain itu, ada beberapa inkubator untuk hewan kesayangan dengan harga terjangkau, tetapi fiturnya tidak lengkap sehingga tidak mendukung untuk digunakan perawatan intensif hewan kesayangan.
Alat dilengkapi dengan sistem monitoring pemeriksaan kesehatan yang mampu memantau kondisi hewan di dalam inkubator sehingga dapat memudahkan pekerjaan tenaga medis hewan dalam memantau kondisi pasiennya. Selain itu, terdapat fitur pendukung seperti nebulizer, pengaturan cahaya, sistem sirkulasi, dan disinfeksi yang memastikan hewan bisa nyaman dalam ruang inkubator.
“Dengan kondisi tersebut, tentu berdampak kepada tenaga medis hewan, seperti dokter hewan dan paramedis veteriner,” terang Lukas Ivander Mario Andrean selaku anggota tim yang sedang menjalankan studinya di Kedokteran Hewan.
Bertindak selaku mekanis tim, Vytis Rabbani Rex menambahkan bahwa alat yang dipergunakan di antaranya menggunakan beberapa bahan penyusun utama dengan kualitas unggul seperti alumunim sebagai kerangka, arkrilik sebagai badannya, dan PETG sebagai komponen elektronisnya.
Dosen pendamping Tim PKM-KI Inkupets UGM, Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng. berharap alat ini dapat diproduksi secara massal dan dapat bermanfaat bagi tenaga medis hewan yang ada di Indonesia. Alat ini diharapkan sebagai loncatan perkembangan teknologi veteriner di Indonesia.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”