Kendal, 22 Juli 2025 – Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang tergabung kedalam program Kuliah Kerja Nyata UNNES GIAT 12 melaksanakan kegiatan sosialisasi pembuatan ecoenzym kepada ibu-ibu kader PKK di Desa Cening, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal pada (22/7). Kegiatan ini merapakan bentuk dukungan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Sosialisasi ini dilaksanakan disalah satu rumah warga yang dihadiri oleh 26 peserta yang terdiri dari perwakilan kader PKK tiap dusunnya. Kegiatan ini diselenggrakan oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES bekerja sama dengan Pemerintah Desa Cening dan melibatkan kader PKK sebagai mitra utama dalam penerapan ecoenzym di tinggkat rumah tangga. Para peserta mendapatkan pengetahuan dasar mengenai ecoenzym serta praktik langsung pembuatan cairan ramah lingkungan tersebut.
Ecoenzym merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik, seperti kulit buah dan sisa sayuran yang kemudian dicampurkan dengan gula dan air. Proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Cairan ini dikenal multifungsi, antara lain sebagai pupuk cair alami, pengusir hama, cairan pembersih rumah, bahkan penghilang bau di saluran air. Penggunaan ecoenzym menjadi solusi yang murah, mudah, dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah rumah tangga.
“Kami ingin mengajak ibu-ibu di desa untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama dalam mengelola limbah rumah tangga yang selama ini terbuang percuma. Melalui pelatihan ini kami harapkan kader PKK dapat menjadi pelopor dalam penggunaan ecoenzym di lingkungan sekitar”, ujar Nurul Faizah, koordinator kegiatan sosialisasi.
Dalam sesi praktik, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat ecoenzym menggunakan bahan limbah dapur yang dikumpulkan. Kompsisi yang digunakan dalam pembuatan ecoenzym adalah 3:1:10, yaitu 3 bagian sampah organik, 1 bagian gula, dan 10 bagian air. Semua bahan dicampur dan disimpan dalam wadah plastik yang tidak terlalu rapat untuk proses fermentasi selama minimal 90 hari. Selama fermentasi, peserta diminta rutin membuka tutup botol sehari sekali selama 1 minggu agar gas hasil fermentasi bisa keluar dan cairan tidak meledak.
Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi “Ternyata sisa sayuran bisa digunkan menjadi pupuk, kegiatan ini bisa menjadi pokja untuk PKK kami nantinya”, ujar salah satu kader PKK. Kegiatan ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir warga untuk lebih bijak dalam mengelola sampah. Ecoenzym menjadi solusi sederhana dan murah dalam mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
Menurut observasi tim KKN UNNES, Desa Cening memiliki potensi limbah organik rumah tangga yang cukup tinggi setiap harinya. Namun, pemanfaatannya masih minim karena kurangnya informasi dan keterampilan masyarakat dalam mengolahnya. Dengan pengolahan yang tepat, potensi ini bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna sekaligus menjaga kebersihan desa.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UNNES GIAT membuktikan peran aktifnya dalam membangun desa, tidak hanya dari sisi infrastruktur tetapi juga edukasi lingkungan. Mahasiswa berharap ecoenzym dapat diterapkan secara luas di lingkungan warga Desa Cening sebagai langkah kecil menuju gaya hidup ramah lingkungan dan pengurangan sampah organik.
Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk memulai praktik pengelolaan limbah yang sederhana namun berdampak. Dengan adanya kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat, Desa Cening menjadi contoh nyata bagaimana gerakan lingkungan bisa dimulai dari dapur rumah sendiri. Ecoenzym menjadi simbol kecil dari gerakan besar menuju desa yang lebih bersih, sehat, dan mandiri secara ekologis.
Bersama UNNES GIAT, membangun Indonesia dari Desa.