• Hubungi Redaksi
  • Mengapa Tulisan Saya Belum Ditayangkan?
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Leaderboard apa apa
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Makan Bergizi Gratis yang Berujung Petaka: Refleksi Kritis atas Kasus Keracunan Makanan di NTT

yohanes soares by yohanes soares
22 July 2025
in Opini
A A
0
IMG 3517
865
SHARES
1.3k
VIEWS
Ada apa 1080 x 2787

Makan Bergizi Gratis yang Berujung Petaka: Refleksi Kritis atas Kasus Keracunan Makanan di NTT

Program makan bergizi gratis yang diluncurkan oleh pemerintah sebagai bagian dari agenda prioritas nasional seharusnya menjadi langkah progresif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak sekolah, khususnya di daerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, ketika program ini justru menimbulkan kasus keracunan massal di sejumlah sekolah di NTT, publik pun terguncang, dan muncul pertanyaan besar: mengapa program yang niatnya baik justru berujung pada tragedi?

Dalam opini ini, penulis mencoba mengupas secara mendalam dari perspektif ilmiah, sosial, budaya, dan politik untuk memahami kompleksitas masalah ini.

1. Kajian Ilmiah: Standar Gizi dan Keamanan Pangan yang Terabaikan

Baca Juga

mobil listrik

Mobil Listrik Solusi Baru atau Ancaman Baru

22 July 2025
gambar artikel

Generasi Gadget : Maju Tak Gentar, Membela yang Bayar!

22 July 2025
Entrepreneurship sejak dini

Menanam Jiwa Wirausaha Sejak Dini: Fondasi untuk Masa Depan yang Mandiri dan Inovatif

21 July 2025
Islam

Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Berbasis Multikulturalisme

21 July 2025

Secara ilmiah, makanan bergizi berarti makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral dalam komposisi seimbang sesuai dengan kebutuhan usia anak. Namun, pada kenyataannya, pengadaan makanan bergizi di sekolah-sekolah di NTT kerap tidak diawasi oleh ahli gizi dan petugas keamanan pangan yang memadai.

Kasus keracunan yang terjadi diduga akibat makanan yang disiapkan tanpa standar sanitasi dan higiene yang layak. Dalam konteks ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seharusnya memiliki peran pengawasan yang ketat. Namun, distribusi pengawasan BPOM yang masih minim di pelosok NTT menyebabkan banyak sekolah berada di luar radar pengawasan.

Studi WHO (2015) menunjukkan bahwa di negara berkembang, lebih dari 70% kasus keracunan makanan pada anak-anak disebabkan oleh makanan yang tidak diolah dalam lingkungan bersih dan tidak tersertifikasi. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam skema pengadaan makanan cepat saji di sekolah-sekolah pelosok yang tidak memiliki akses air bersih dan pendingin makanan.

2. Dimensi Sosial: Ketimpangan dan Ketidaksiapan Lembaga Pelaksana

Secara sosial, program makan bergizi gratis menjadi simbol kehadiran negara dalam menjawab masalah stunting, malnutrisi, dan putus sekolah. Di NTT, di mana angka stunting pada anak balita masih di atas rata-rata nasional (sekitar 35% pada 2023, menurut data BPS dan Kemenkes), program ini sebenarnya sangat ditunggu masyarakat.

Namun, implementasi program yang serba mendadak dan tidak melibatkan partisipasi komunitas lokal dengan tepat justru memicu masalah. Banyak dapur sekolah atau katering lokal yang ditunjuk tidak melalui proses verifikasi ketat. Kegiatan memasak dilakukan dengan alat seadanya dan tenaga kerja tanpa pelatihan dasar tentang keamanan pangan. Dalam masyarakat yang masih menggantungkan kehidupan pada ekonomi subsisten, penunjukan sebagai penyedia makanan justru dipandang sebagai peluang ekonomi, bukan sebagai amanah nutrisi anak bangsa.

3. Pandangan Masyarakat: Rasa Syukur yang Berubah Menjadi Trauma

Awalnya, masyarakat menyambut baik program ini. Para orang tua di pedesaan NTT merasa terbantu karena tidak perlu lagi menyiapkan bekal makan siang untuk anak-anak mereka. Namun, insiden keracunan masal di beberapa sekolah menyebabkan trauma psikologis yang mendalam. Anak-anak menjadi takut makan makanan dari sekolah, dan para orang tua menjadi curiga serta waspada.

Kekecewaan masyarakat makin dalam ketika pemerintah daerah terkesan lamban dalam menangani kasus keracunan. Ada kesan bahwa pemulihan lebih fokus pada pencitraan, bukan pada evaluasi sistemik. Akibatnya, masyarakat menjadi skeptis terhadap niat baik pemerintah, dan ini memperburuk hubungan antara negara dan warganya di wilayah yang sudah lama merasa termarjinalkan.

4. Dimensi Politik: Antara Janji Populis dan Realitas Teknis

Program makan bergizi gratis merupakan bagian dari janji kampanye nasional yang sangat populis. Ia menjadi simbol keberpihakan negara terhadap rakyat kecil. Namun, dalam pelaksanaannya, terlihat bahwa program ini lebih didorong oleh tekanan politik untuk segera tampil dan ‘berhasil’ ketimbang kesiapan teknis dan infrastruktur daerah.

Politik anggaran pun turut berperan dalam carut-marut pelaksanaan. Ada kecenderungan bahwa alokasi anggaran yang besar justru membuka peluang praktik korupsi dan pengadaan fiktif. Misalnya, penunjukan penyedia makanan secara tertutup tanpa seleksi ketat membuka celah bagi kontraktor oportunis yang hanya mengejar keuntungan. Ini adalah bentuk kegagalan tata kelola pemerintahan yang mencoreng esensi dari program itu sendiri.

Leaderboard Satu Rumah

Politik lokal di NTT yang masih sarat patronase juga menjadikan program ini sebagai “ladang proyek” bagi kelompok-kelompok tertentu yang dekat dengan kekuasaan. Ketika program gagal dan rakyat menderita, tanggung jawab politik pun dilemparkan ke bawah, padahal akar masalahnya terletak pada desain sistem yang buruk dari atas.

5. Jalan Keluar: Evaluasi, Pendidikan Gizi, dan Peran Komunitas

Kejadian keracunan ini harus menjadi titik balik. Negara tidak boleh berlindung di balik narasi “niat baik” semata. Yang dibutuhkan adalah niat baik yang disertai kompetensi, tata kelola yang akuntabel, dan pelibatan masyarakat secara partisipatif.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Audit menyeluruh terhadap seluruh penyedia makanan sekolah, terutama di wilayah dengan infrastruktur kesehatan yang terbatas.
  • Pendidikan gizi dan keamanan pangan kepada pengelola kantin, guru, dan orang tua, agar mereka bisa menjadi pengawas pertama.
  • Sertifikasi dapur sekolah dan katering lokal dengan melibatkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan.
  • Transparansi anggaran dan pengawasan oleh masyarakat sipil serta media lokal.
  • Pelibatan organisasi keagamaan dan adat dalam memverifikasi penyedia makanan, agar ada kepercayaan sosial.

Penutup: Jangan Korbankan Anak-anak Demi Gagahnya Citra Politik

Program makan bergizi gratis seharusnya menjadi berkah. Namun ketika dilaksanakan dengan tergesa-gesa, tanpa kesiapan sistem, tanpa standar gizi dan sanitasi yang kuat, serta tanpa pelibatan masyarakat yang efektif, maka program ini akan menjelma menjadi “kebaikan yang menyakitkan.”

NTT tidak butuh program yang sekadar tampak hebat di atas kertas atau dijadikan panggung pencitraan politik. NTT butuh program yang membumi, adaptif terhadap kondisi lokal, serta benar-benar menjadikan anak-anak sebagai subjek utama, bukan korban.

Kini, saatnya kita tidak hanya mengevaluasi sistem pangan di sekolah, tapi juga mengevaluasi cara kita membangun kebijakan publik: apakah untuk rakyat, atau untuk panggung semata?

Yohanes Soares

Aktivis sosial dan peneliti kebijakan pendidikan dan masyarakat daerah tertinggal.

Share346Tweet216Share61Pin78SendShare
Leaderboard Satu Rumah
Previous Post

Budaya Lokal yang Terlupakan: Krisis Identitas di Kalangan Generasi Muda

Next Post

Matrikulasi: Membangun Fondasi untuk Belajar Lebih Cepat di El Haqqa Qur’anic School

yohanes soares

yohanes soares

Related Posts

mobil listrik

Mobil Listrik Solusi Baru atau Ancaman Baru

22 July 2025
gambar artikel

Generasi Gadget : Maju Tak Gentar, Membela yang Bayar!

22 July 2025
Entrepreneurship sejak dini

Menanam Jiwa Wirausaha Sejak Dini: Fondasi untuk Masa Depan yang Mandiri dan Inovatif

21 July 2025
Islam

Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Berbasis Multikulturalisme

21 July 2025
Next Post
1 1

Matrikulasi: Membangun Fondasi untuk Belajar Lebih Cepat di El Haqqa Qur'anic School

sIIs8qcw

Erwin Aksa Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan

mobil listrik

Mobil Listrik Solusi Baru atau Ancaman Baru

WhatsApp Image 2025 07 22 at 08.45.47

Rupbasan Mojokerto Ikuti Kegiatan Pengawasan Kearsipan Metode Observasi Langsung Virtual

https://nationalgeographic.grid.id/read/131948261/kopi-tiom-memunguti-yang-diabaikan

Menyeduh Asa di Ketinggian Bandung: Kisah Para Petani Kopi Milenial yang Menembus Pasar Dunia

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran-Berita.com adalah portal media berita online yang terbuka untuk umum dan menerima kontribusi tulisan dari berbagai penulis. Tulisan yang dimuat dapat berupa berita, press release, opini, maupun bentuk tulisan lainnya.

Segala konten yang dipublikasikan di Siaran-Berita.com merupakan tanggung jawab penuh dari masing-masing penulis. Hak cipta atas isi tulisan, gambar, maupun video yang ditayangkan di situs ini sepenuhnya menjadi milik penulis atau pengunggah konten.

Follow Us

Siaran-Berita.com

Jika Anda merasa keberatan dengan adanya tulisan, gambar, atau video yang ditampilkan di situs ini karena alasan hak cipta atau alasan lainnya, silakan hubungi tim redaksi melalui email di:

📧 redaksi@siaran-berita.com

Kami akan segera meninjau dan menghapus konten yang dimaksud sesuai dengan kebijakan dan pertimbangan redaksi.

Penting! Klaim Tulisan Kamu

Sehubungan dengan serangan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab mengakibatkan Redaksi mengalami kehilangan data dan terpaksa melakukan restore dari backup yang mengakibatkan beberapa tulisan dari penulis “berpindah” ke default “Redaksi”. Bagi yang ingin mengklaim tulisan nya silahkan tinggalkan pesan di kolom komen atau email ke : redaksi@siaran-berita.com

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita