Padang, Dinamika kehidupan modern yang semakin kompleks, sebuah gerakan inspiratif tengah menggema di kalangan para penyuluh agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) seluruh Indonesia. Tepuk Sakinah bukan sekadar tepukan tangan biasa, melainkan simbol komitmen kolektif untuk memperkuat fondasi keluarga muslim Indonesia. (Jumat, 10/10/25).
Tepuk Sakinah menjadi momentum refleksi bersama: sudahkah kita memahami dan mengamalkan nilai mawaddah mengisi qurbah dalam membangun rumah tangga? Melalui berbagai kegiatan bimbingan pra-nikah, konseling keluarga, dan ceramah-ceramah menyentuh, para penyuluh KUA berkomitmen untuk mengembalikan esensi pernikahan sebagai ibadah yang penuh berkah. Fenomena viral ini tidak hanya menarik perhatian pasangan muda yang akan menikah, namun juga pasangan yang telah lama berumah tangga untuk kembali berpikir: apakah rumah tangga kita sudah menjadi surga kecil yang dipenuhi mawaddah dan rahmah sebagaimana yang Allah janjikan?
1. Hakikat Mawaddah Fill Qurbah dalam Islam
Mawaddah fill qurbah adalah konsep agung dalam Islam yang bermakna cinta kasih dan sayang kasih di antara keluarga dan kerabat dekat. Ini bukan sekadar hubungan darah, tetapi ikatan spiritual yang diikat oleh cinta karena Allah SWT. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً”
yang artinya “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar-Rum: 21). Ayat ini mengajarkan bahwa keluarga adalah tempat kita menemukan ketenangan, dan mawaddah adalah fondasi yang membuat rumah tangga kokoh menghadapi badai kehidupan. Bayangkan seorang suami yang pulang kerja dengan lelah, namun ketika mengucapkan senyuman istri dan memeluk anak-anak, semua lelah itu sirna. Itulah keajaiban mawaddah yang Allah tanamkan dalam keluarga muslim.
2. Mawaddah Dimulai dari Cinta kepada Allah
Cinta yang sejati dalam keluarga harus dihilangkan dari cinta kepada Allah SWT. Ketika kita mencintai pasangan, orang tua, atau anak-anak karena Allah, maka cinta itu akan kekal dan tidak mudah pudar karena masalah duniawi. Allah berfirman:
Panduan Pengguna yang Dapat Diatur
Artinya “Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165). Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti kita mencintai keluarga bukan hanya karena kecantikan, ketampanan, harta, atau kedudukannya, tetapi karena mereka adalah amanah Allah yang harus kita jaga dengan sepenuh hati. Seorang istri yang tetap setia merawat suaminya yang sakit keras, atau seorang anak yang dengan ikhlas merawat orang tua yang sudah renta, adalah contoh nyata cinta karena Allah yang tidak tergoyahkan oleh keadaan. Motivasi diri Anda bahwa setiap kebaikan kepada keluarga adalah investasi akhirat yang tidak akan pernah rugi.
3. Menjaga Silaturahmi sebagai Wujud Mawaddah
Silaturahmi adalah nyawa dari mawaddah mengisi qurbah. Memutuskan silaturahmi adalah dosa besar yang dibenci Allah, sedangkan menyambungnya adalah ibadah yang dicintai-Nya. Allah berfirman:
Layanan Pelanggan dan Layanan Pelanggan وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
Artinya “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad : 22).
Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang ingin memanjangkan umurnya dan dilapangkan rezekinya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi. Dalam praktik sehari-hari, silaturahmi dapat diwujudkan dengan mengunjungi saudara meski hanya sebentar, menelepon orang tua secara rutin, mengirim kabar kepada kerabat melalui pesan singkat, atau membantu saudara yang sedang kesusahan tanpa diminta. Jangan biarkan kesibukan dunia memutus tali silaturahmi, karena hubungan keluarga yang harmonis adalah kunci kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.
4. Komunikasi Penuh Kasih Sayang dalam Keluarga
Mawaddah tidak cukup hanya dirasakan di hati, tetapi harus diwujudkan melalui perkataan dan perbuatan yang lembut. Allah mengajarkan kita untuk berkata baik, terutama kepada orang-orang terdekat. Allah berfirman:
لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya “Dan mengucapkan kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik” (QS. Al-Isra: 53). Sayangnya, kita sering berlaku kasar pada keluarga sendiri padahal kepada orang lain yang ramah. Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi penuh kasih bisa dimulai dari hal sederhana seperti mengucapkan salam ketika masuk rumah, berterima kasih atas makanan yang disajikan istri, memuji prestasi anak dengan tulus, atau meminta maaf ketika melakukan kesalahan kepada pasangan. Seorang suami yang rutin mengucapkan Jazakillah khairan kepada istrinya, atau seorang anak yang selalu mencium tangan orang tua sebelum berangkat, adalah contoh nyata bagaimana kata-kata lembut memperkuat ikatan mawaddah. Motivasi diri Anda untuk menjadi orang yang melembutkan suasana rumah dengan kata-kata yang baik, bukan yang memperkeruh dengan kata-kata kasar.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”